Selesai makan siang, Dante dan Ethan berbicara sebentar diruang tamu. Sementara Hanna membantu ibunya merapikan meja makan dan mencuci piring.
Setelah Hanna selesai membantu ibunya dia terpaksa meminta izin pergi lebih cepat."Maaf Bu, aku masih ingin berlama-lama disini, tapi sore ini aku harus melakukan operasi." Hanna berpamitan kepada ibunya."Begitulah kehidupan seorang dokter, Hanna. Kamu harus mengutamakan pasienmu terlebih dulu," ujar Clara sambil mengelus kepala Hanna.Pada saat yang sama Dante dan Ethan juga sedang berdiri di depan pintu, "Apakah kamu juga akan pergi?" tanya Dante pada Hanna."Iya, aku harus segera kembali ke rumah sakit, Ayah," jawab Hanna."Baiklah, mengemudilah dengan hati-hati," ujar Dante sambil memegang kepala Hanna."Iya, Ayah," jawab Hanna."Hmmm, Hanna.. ," tiba-tiba Ethan berbicara padanya."Ya, ada apa Tuan?" tanya Hanna."Apakah kamu pernah mendengar tentang Institut Penelitian Helms?" tanya Ethan.Mata Hanna berbinar ketika mendengar nama institut tersebut, "Tentu saja, itu adalah pusat penelitian teratas dan paling bergengsi saat ini. Semua ilmuwan dan peneliti di dalamnya adalah yang terbaik di dunia. Banyak orang bermimpi untuk bergabung di sana."Ethan tersenyum mendengar Hanna membicarakannya dengan bersemangat."Aku mendengar mereka sedang melakukan proyek besar di bidang jantung, dan sedang mencari orang-orang berpotensi. Apakah kamu berminat untuk pergi kesana?" tanya Ethan lagi kepada Hanna."Tuan, aku sangat berminat untuk bergabung di Institut Penelitian Helms. Tapi, kemampuan dan pengalamanku masih belum sebanding dengan para peneliti di dalamnya. Mereka meraih banyak nobel dalam hidupnya.""Tidak, kamu sangat cerdas dan kamu adalah dokter yang sangat hebat. Pikirkanlah baik-baik tentang peluang ini." Ethan berusaha meyakinkan Hanna."Aku sekarang terikat kontrak kerja dengan Institut Penelitian AS. Jika aku mundur sebelum proyek yang aku pimpin selesai, maka aku akan dikenakan denda yang sangat besar. Belum lagi tuntutan pidana yang mungkin akan ku hadapi," keluh Hanna."Bagaimana jika aku membantumu menyelesaikannya?" tanya Ethan lagi."Tidak Tuan, itu akan terlalu merepotkan mu."Hanna tidak ingin menjadi beban bagi seseorang karena ingin mencapai ambisinya.Dante dan Clara yang sedari tadi mendengarkan kemudian ikut berbicara dan menyetujuinya."Hanna, ini kesempatan yang belum tentu akan datang kedua kalinya. Ayah mendukungmu jika kamu benar-benar menginginkannya.""Iya nak, jika kamu masuk bergabung di Institut Penelitian Helms, kamu akan banyak belajar di sana. Kariermu akan cemerlang," tambah Clara berusaha meyakinkan Hanna."Aku akan mempertimbangkannya dengan baik," jawab Hanna.Ethan menyodorkan kartu namanya kepada Hanna, "Jika kamu kemudian memutuskan untuk bergabung, kamu dapat menghubungiku kapan saja."Hanna mengambil kartu nama itu dan menyimpannya, "Baik Tuan, terimakasih. Aku sangat menghargainya.""Aku pamit pergi dulu Tuan, dan Nyonya Miller. Terima kasih atas jamuan makan siangnya. Dan... senang bertemu denganmu Hanna." Ethan berkata sambil menatap dalam kepada Hanna.Hanna menanggapi dengan anggukkan dan tersenyum.Ethan dan Hanna kemudian meninggalkan kediaman Miller secara terpisah. Ethan kembali ke perusahaannya. Dan Hanna kembali ke rumah sakit untuk menangani pasiennya.Sesampainya di rumah sakit, Hanna menuju ke ruangan praktek pribadinya."Ada seorang penggemar yang mengirimkan bunga kepadamu, Hanna," ujar Mia sambil melirik ke arah meja kerja Hanna.Di mejanya tampak ada karangan bunga mawar putih dan lily putih yang sangat cantik.Ada kartu ucapan di karangan bunga itu, dan Hanna kemudian melihatnya, 'Bunga cantik untuk wanita cantik' dengan pengirim 'Aiden Bradley'."Huh, ternyata dari pria mesum itu. Menyebalkan sekali!"Kemudian Hanna melemparkan bunga-bunga cantik itu ke dalam tempat sampah.Mia yang melihatnya berkata sambil menggelengkan kepalanya, "Bunga cantik yang malang.""Jika lain kali pria mesum itu mengirimkan sesuatu lagi, segera kembalikan. Atau kamu bisa membuangnya saja," Hanna memerintahkan."Oke," kata Mia pasrah."Bagaimana makan siangmu bersama ayah dan ibumu tadi? Menyenangkan kah?" tanya Mia."Ya, seperti biasa. Hal yang paling kusyukuri adalah mereka sehat dan baik-baik saja," ujar Hanna lagi."Syukurlah kalau begitu," timpal Mia."Mia, apakah kamu mengenal Ethan Hawk?""Ethan Hawk? Dia sangat terkenal. Ya, aku tahu beberapa informasi tentangnya. Dia adalah pengusaha legendaris asal Jerman. Dia juga memiliki beberapa anakan perusahaan di beberapa negara, termasuk disini. Dia benci publikasi dan menutup identitasnya. Tidak ada yang tahu seperti apa wajahnya.""Oh iya, selain kaya raya, dia juga merupakan donatur terbesar di rumah sakit ini," tambah Mia lagi.Hanna tampak berpikir, "Tadi aku bertemu dengannya. Dia makan siang bersama kami di kediaman Miller."Mia tampak terkejut, "Astaga, benarkah itu? Bagaimana penampilannya? Apakah dia tua, atau masih muda? Apakah dia tampan?"Hanna meletakkan jarinya pada dahi Mia dan mengetuknya pelan, "Mia, tidak bisakah kamu bertanya dengan perlahan? Mengapa kamu begitu penasaran?""Hahaha.. bukan begitu. Aku hanya bersemangat, karena tidak seorang pun yang berhasil mempublikasikan sosok Ethan Hawk. Jika ada wartawan atau media yang mencuri fotonya diam-diam dan mempublikasikannya, mereka kemudian akan dibungkam dan pemberitaan itu akan segera lenyap.""Hmmm.. Dia masih muda dan tampan. Hanya saja, aku selalu merasa aneh saat dia menatapku.""Bertemu dengan milyarder muda dan tampan, mengapa kamu merasa aneh?" Mia tersenyum mengejek."Bukan begitu.. Setiap dia menatapku, aku melihat pancaran kesedihan di matanya. Dan ada perasaan aneh yang sulit dijelaskan setiap kali aku melihatnya." Hanna berkata sambil mengetuk meja dengan jari-jarinya."Mungkin itu hanya perasaanmu saja Hanna," ujar Mia kepadanya."Hmmm.. Ya, mungkin aku terlalu banyak berpikir," kata Hanna lagi."Apakah kau tahu? Dia menawarkan padaku untuk bergabung di Institut Penelitian Helms," ujar Hanna kepada Mia."Apa? Helms?" mata Mia seketika membesar."Bukankah kamu bermimpi untuk pergi kesana?" kata Mia lagi.Hanna mengangguk, "Tapi aku tidak dapat pergi sekarang Mia." Wajah Hanna kemudian tampak sedih."Benar, kamu belum dapat pergi. Kamu masih terikat kontrak di Institut Penelitian AS," ujar Mia sambil menggeleng."Ethan berkata, dia akan membantu pembatalan kontrak dan pengunduran diriku pada proyek di Institut Penelitian AS. Tapi aku merasa tidak enak jika harus merepotkannya," ucap Hanna sambil menghela napas."Hmmm, Hanna, aku mendukung apapun keputusan yang akan kamu ambil. Pikirkanlah lagi dengan baik-baik. Jangan sampai kamu menyesal jika melewatkan kesempatan ini," ujar Mia menyemangati Hanna."Ya, aku akan mempertimbangkan semua ini dengan baik."Hanna melihat jam di pergelangan tangannya, "Bukankah ini sudah jadwal operasi? Aku akan bersiap dahulu." Kemudian Hanna bersiap untuk mengoperasi pasiennya.Mia pun dengan sigap mengikuti Hanna. Meskipun sebagai asisten, Mia juga adalah seorang dokter. Dia bekerja kepada Hanna, karena ingin belajar lebih banyak darinya.Hanna menyukai sifat Mia yang loyal dan pekerja keras. Selama ini mereka bersama lebih seperti sahabat satu sama lainnya.Ethan saat ini telah sampai di perusahaannya. Dia memiliki tempat parkir mobil khusus. Dari tempat parkiran itu ada sebuah lift khusus menuju ruang kerjanya, yang hanya bisa digunakan olehnya saja.Hampir seluruh perusahaan yang dimilikinya dibuat seperti itu. Dia ingin menjaga privasi dan identitasnya dari semua orang.Sampai saat ini, tidak ada seorangpun yang tahu seperti apa wajah Ethan Hawk. Terkecuali asisten kepercayaannya, Carl.Pernah ada seorang wartawan yang berhasil mendapatkan informasi tentang dirinya dan foto-fotonya.Kemudian wartawan itu membuat pemberitaan tentang identitas Ethan Hawk dan mempublikasikan foto-fotonya di media secara online. Namun, hanya dalam beberapa detik, berita dan foto-foto Ethan Hawk menghilang begitu saja.Keesokkan harinya reporter itu juga menghilang tanpa jejak begitu saja. Itulah sebabnya tidak ada lagi wartawan atau pemberitaan yang berusaha mati-matian untuk membongkar identitas Ethan Hawk, apalagi diam-diam mengambil fotonya. Mereka tak
Pagi-pagi sekali Hanna berlari seperti biasanya, dia mengitari lingkungan sekitar bangunan apartemennya.Ketika dia telah berlari setengah putaran terdengar suara seseorang disampingnya."Selamat pagi, Hanna. Meskipun sibuk, kamu termasuk orang yang konsisten berolahraga ya."Ketika Hanna menoleh pada sumber suara itu mendadak bulu kuduknya berdiri."Pria menyebalkan ini lagi, huh!" gumam Hanna yang hanya bisa didengarnya sendiri."Apakah kamu menerima semua bunga-bunga yang ku kirimkan padamu? Apakah kamu suka?" tanya Aiden pada Hanna."Sepertinya tempat sampah di ruangan ku menyukainya, sehingga bunga-bunga itu ditempatkan di sana," sahut Hanna ketus."Apakah kamu tidak menyukainya? Baiklah, lain kali akan aku pilihkan jenis bunga yang berbeda, kamu menyukai bunga apa selain lily putih?" ujar Aiden dengan wajah sok polos."Tidak perlu, jangan kirimkan bunga jenis apapun lagi padaku.""Apakah kamu menginginkan sesuatu? Perhiasan? Mobil? Tas?" tanya Aiden lagi."Kamu pikir aku wanita
Aiden menekan tuts pada telepon dan menelepon James, "Paman, bisakah kita bertemu? Ada hal penting yang ingin aku bicarakan."James dan Hanna saat ini baru sampai di restoran dan memesan makanan, "Apakah sangat mendesak?" tanya James."Ya, Paman. Aku ingin bertemu denganmu segera," ujar Aiden."Aku kebetulan sedang makan siang bersama Hanna di restoran Halmarywest. Apakah kamu mau bergabung bersama kami?" ujar James menawarkan."Baiklah, aku akan segera kesana," ujar Aiden lagi.Kemudian Aiden menutup panggilan di telepon dan mengemudikan mobilnya menuju restoran Halmarywest.Sesampainya di restoran tersebut, dia langsung menuju ke ruang privat yang disebutkan oleh James."Maaf Paman, harus mengganggu makan siang kalian," ujar Aiden ketika dia telah memasuki ruang makan."Tidak masalah. Aiden, mari bergabung dan makan siang bersama kami," ujar James."Kenapa sih pria ini selalu ada dimana-mana?" kesal Hanna dalam hati."Halo Hanna, tidak keberatan kan jika aku ikut bergabung dengan ka
Setelah berbicara banyak dengan James, Aiden justru baru menyadari beberapa hal.Alena sebelum kehilangan ingatan, dia sangat membenci Aiden. Banyak kekecewaan yang didapatkan oleh Alena.Aiden tidak siap jika harus kehilangan Alena lagi.Apakah dia justru seharusnya bersyukur Alena kehilangan ingatan? Dengan begitu dia bisa memulai semuanya dari awal untuk meluluhkan hati Alena sekarang.Memulai semuanya? bukankah dia memulai semuanya dengan menculik dan memperkosa Hanna?"Dasar bodoh kamu Aiden!" dia memarahi dirinya sendiri.Bahkan, ketika Alena sekarang hidup dengan identitas sebagai Hanna pun, Aiden mengawali hubungan mereka dengan melakukan sesuatu yang tidak pantas.Setiap kali bertemu, Hanna tampak ketakutan padanya. Dia bahkan selalu membuang bunga-bunga yang dikirim oleh Aiden."Apa yang telah kulakukan?" Aiden mengacak-acak rambutnya karena kesal."Aku tidak boleh terlalu agresif mulai sekarang, harus bersabar untuk mendapatkan hatinya lagi."Aiden berbicara kepada dirinya
Hari ini Hanna mulai bekerja di Institut Penelitian AS. Seperti biasa, Hanna selalu didampingi oleh Mia sebagai asisten pribadinya.Sebelum memulai pekerjaan mereka, Hanna mengumpulkan rekan-rekan satu timnya untuk melakukan rapat singkat tentang pembagian tugas.Mia membagikan modul jadwal dan tupoksi kepada para ilmuwan dan ahli kesehatan yang berkumpul."Seperti kita semua ketahui, bahwa setelah berbulan-bulan kita merancang hipotesis proyek kita, sekarang sudah saatnya kita melakukan riset dan eksperimen. Aku harap, kita bisa bekerja sama dengan baik sebagai tim. Di dalam modul yang dibagikan tersebut, selain berisi tentang kesepakatan kita sebelumnya, juga berisi tentang paparan tugas dan jadwal yang terperinci," ujarHanna memberikan arahan awalnya.Para anggota tim pun mulai membuka dan membaca tiap-tiap lembar modul tersebut."Aku heran mengapa kalian lebih mendukung program penelitian milik Hanna dibandingkan dengan milikku? Padahal kalian sendiri tahu bahwa teknik Balon Valp
"Hahaha.. Hanna, apa kamu melihat wajah Shopie tadi? Wanita menyebalkan itu berusaha keras mendekati Aiden, tapi Aiden selalu mengabaikannya. Dia itu memiliki kepercayaan diri yang berlebihan," ujar Mia.Hanna menanggapi dengan tersenyum, "Sssttt, Mia. Jangan berbicara terlalu nyaring, siapa tahu dia ada di dekat kita dan mendengar.""Biarkan saja jika dia mendengar. Aku kesal setiap kali kita akan bekerja melakukan penelitian, Shopie selalu bertentangan denganmu. Dia sangat iri, karena kamu selalu lebih menonjol darinya."Hanna menggeleng-gelengkan kepalanya mendengar perkataan Mia."Hanna, apakah kita akan langsung menuju ke rumah sakit sekarang?" tanya Mia."Cukup lama aku tidak berjalan-jalan di pusat perbelanjaan. Bagaimana kalau kita kali ini berjalan-jalan di sini dahulu?" kata Hanna."Hmmm, ya, kamu memang perlu berbelanja. Terutama untuk cara berpakaian mu. Tidak kah kamu bosan mengenakan warna hitam dan putih setiap hari?""Apa?" Hanna berpikir setelah mendengar perkataan Mi
Pagi-pagi sekali Aiden telah bangun, dia berharap bisa bertemu Hanna sebelum dia pergi berlari pagi ini.Dia menunggu di depan pintu kamar apartemen Hanna sambil menenteng kantong belanja yang berisi pakaian-pakaian yang dibelinya untuk Hanna.Hampir 1 jam Aiden menunggu, lalu kemudian dia mencoba mengetuk pintu kamar apartemen Hanna.Setelah beberapa saat Aiden mengetuk, pintu kamar apartemen Hanna tidak juga kunjung dibuka."Ada apa ini, kemana dia? Apakah dia tidak pulang dari semalam?"Karena rasa penasarannya akhirnya Aiden memutuskan menggunakan sebuah benda kecil berbentuk persegi dan berwarna hitam. Komputer mini, yang sekilas terlihat seperti sebuah telepon biasa. Benda itu hanya bisa dimiliki oleh peretas teratas."Dari seluruh kamera pemantauan cctv di sekitar sini sepertinya dia tidak pulang ke apartemennya semalam," gumam Aiden.Aiden memainkan jari jemarinya pada benda hitam tersebut lagi dengan cekatan."Itu dia. Ketemu," ujar Aiden sambil mengamati benda hitam itu lagi
Sesampainya di Institut Penelitian AS, Hanna segera turun dari mobil Aiden. Dia takut rekan-rekan kerjanya akan melihat dia datang bersama dengan Aiden.Hanna tidak ingin orang lain menduga-duga yang tidak benar. Dia takut kelak prestasinya dikaitkan dengan hubungan tidak profesional.Lagipula dia memang tidak ingin orang-orang mengira bahwa dia memiliki hubungan dengan Aiden.Tidak pantas rasanya jika tersebar gosip bahwa 'Pemilik institut berkencan dengan ketua tim penelitian'."Hanna, Tung..gu." Belum sempat Aiden menyelesaikan kata-katanya, Hanna sudah berjalan dengan sangat cepat menuju ke dalam gedung, tanpa sempat mengucapkan sepatah kata pun pada Aiden."Mengapa dia begitu terburu-buru?" Aiden kebingungan.Sayangnya, ada sepasang mata yang sudah mengamati mereka berdua sejak datang tadi dari atas gedung."Huh! Hanna, kamu selalu merebut semuanya dariku. Sekarang bahkan kamu juga mendekati pria yang kusukai," ujar Shopie dengan kesal.Shopie merasa sangat kesal dan benci kepad