“Berliana bahagia banget bang, rasanya Berli ingin berteriak sekencang-kencangnya."
“Untuk apa beteriak?”“Berli ingin memberitahu pada dunia, jika Berli begitu bahagia menerima lamaran Abang.” Mereka kembali berpelukan erat."Berlina, bagaimana dengan kedua orang tua mu. apa mereka merestui hubungan kita?" Devan mulai bimbang."Jika ke-dua orang tua Berli tidak merestui kita, Berli siap kabur dari rumah, agar kita bisa kawin lari bang." ucap Berliana semangat."Jangan!""Kenapa bang?""Kamu tahu sendiri jika Abang tidak punya apa-apa, kamu pasti menderita nantinya jika tidak ada orang tua.""Tidak masalah bang, Berli sangat siap. sudah senang akan kita hadapi berdua." Berliana semakin mantap."Sayang, sebaiknya kita coba dulu ngomong baik-baik pada kedua orang tuamu, sapa tahu mereka merestui kita untuk menikah." ucap Devan."Iya juga Bang.""Sialan ni cewek, kagak peka jika aku cuma ngincar hartanya doang. jika tidak aku ngak bakalan sudi nikah bersamanya." bathin Devan.Saat berkumpul dengan kedua orang tuanya, Berliana pun memanfaatkan kesempatan itu untuk memberitahukan dan berterus-terang. Jika dia dan Devan sudah menjalin hubungan.“Kamu yakin jika tidak salah pilih Berli?” tanya Hendrawan memastikan.“Tidak pa, kami sudah beberapa bulan ini pacaran. Bang Devan serius dengan ucapannya, bahkan dia sudah berencana akan meminang Berliana untuk menjadi istrinya." Jelas Berliana tersenyum bahagia.“Berliana, Devan itu bukan laki-laki baik. Papa tidak ingin dia memanfaatkan kepolosan mu saja, nak.”“Tidak pa, dia tulus mencintai ku.”“Sadarlah nak, kamu sudah dibutakan oleh cinta. papa sangat mengenal siapa Devan yang sesungguhnya. Bahkan dia berandalan dan pengganguran yang suka berjudi dan main perempuan. dia hanya menginginkan harta kekayaan kita saja."“Pa itu tidak benar, Berliana sangat mengenal siapa bang Devan. dia tidak mungkin seperti itu.” Berliana begitu yakin dengan perasaannya sehingga dia tidak bisa melihat kenyataan didepan matanya.Pertengkaran Berliana dan papanya terus berlanjut, Berliana begitu sedih. Ditambah lagi dengan mamanya yang lebih membela keputusan suaminya dari pada perpihak pada anak semata wayangnya.“Berliana, besok kamu akan papa kirim kuliah ke Jerman. Tinggal disana bersama Tante mu, Fiona.”“Berli ngak mau pa, Berli tidak bisa meninggalkan bang. Devan. papa tidak boleh memisahkan cinta kami berdua hick..hick..""Pokoknya kamu harus pergi, kamu harus papa jauhi dari laki-laki bresengsek itu."“Pa, Berli sangat mencintai bang Devan, Berli tidak ingin berpisah darinya.” menangis memohon pada papanya.“Berli, Mama tidak ingin dia menyakitimu dan hanya memanfaatmu nak.” mama Berli terus meyakinkan anak semata wayangnya.“Tidak ma, bang Devan sudah berjanji jika dia akan berubah. Ma tolongin bujuk papa biar merestui hubungan kami...hu...hu...” tangis Berli yang memeluk erat tubuh sang Mama.“Berliana sayang, kamu jangan seperti ini nak. Sebaiknya kita ikuti dulu perkataan papa.” Bujuk mama.“Tapi Berli hanya mencintai bang Devan,”“Iya sayang, Mama ngerti. Nanti kita cari waktu yang tepat buat bujukin papa.” Ucap mama membelai satang rambut bergelombang putrinya."Berliana, Jika kamu masih bersikeras seperti ini, terpaksa papa bertindak tegas pada Devan dan keluarga nya." ancaman Hendarso mampu membuat Berliana terdiam, dia tidak ingin papanya memanfaaatkan kekuasaannya untuk memecat ayah Devan di pabrik tempatnya bekerja.Beriana hanya bisa Menangis, dia tidak bisa membantah lagi, mengingat keputusan papanya yang sudah bulat. Bahkan papa tidak menghiraukan suara tangisan nya"Baiklah, Berli akan ikuti permintaan papa."Mau tidak mau, Berli terpaksa menuruti perintah papanya, sepanjang perjalanan menuju bandara yang dilalui penuh dengan derai air mata Berliana yang tidak mau berhenti menagis.“Sudah nak, jangan menangis lagi. Semoga kamu betah ya di Jerman. Disana juga ada Arya kakak sepupu mu. Semoga kalian berdua bisa dekat nantinya.” Bujuk mama.Disaat keberangkatan nya keluar negeri Berli ingin sekali melihat Devan dan memeluk kaki-laki yang dicintainya itu untuk terakhir kalinya, namun sosok Devan tidak pernah muncul, meskipun hanya sekedar melepasnya dari jarak jauh.“Berli jangan harap, laki-laki itu akan muncul menyusulmu kesini. Karena dia tidak mencintaimu nak, melainkan harta kita.” Ucap papa yang bisa membaca kegelisahan Berli.“Bang Devan tidak seperti itu pa, mungkin dia lagi sibuk.” Berli tidak rela mendengar papa menjelek-jelekkan Devan yang menurutnya sangat baik dan mencintainya.Harapan Berliana untuk melihat Devan hanya tinggal keinginan saja, laki-laki itu sama sekali tidak muncul. Bahkan Berliana saat itu ingin Devan datang dan mengajak nya untuk kabur, jika perlu mereka kawin lari, sesuatu yang mustahil diharapkan Berli, mengingat Devan yang hanya mencintai uangnya saja."Hati-hati disana, jangan lupa jaga kesehatanmu dan sering-sering hubungi kami. jangan mikirin Devan Mulu karena itu hanya buang-buang waktu mu saja." pesan mama ketika sudah sampai di bandara."Iya, mama, papa Berli pergi dulu.""Ya sayang."Pesawat mulai mengudara, air mata Berliana terus mengalir membasahi wajahnya, bahkan Berliana sempat ketiduran dengan genangan air mata yang masih membasahi pelupuk matanya yang sembab karena kebanyakan menagis.Tanpa terasa perjalanan jauh sudah dia lewati, dengan langkah gontai Berliana berjalan keluar, dari kejauhan nampak tante Fiona dan anaknya Arya datang menjemput Berliana, senyum hangat mengembang di bibir mereka."Tante Viona.""Kak Arya."“B
Berliana menjalani hari-harinya dengan hampa, dan Berliana akan lari ke makanan. Sehingga berat badan nya semakin bertambah. “Aku tidak bisa seperti ini terus, aku bisa mati bila terus berjauhan dengan Bang Devan.” Teriak Berliana sambil menatap pantulan wajah dan tubuhnya dicermin. “Hallo ma.” “Halllo juga nak, apa kabarmu disana dan bagaimana dengan kuliahmu?” tanya Mama. “Buruk ma, Berli mersa tersiksa jauh dari bang Devan. Pokonya Berli mau pulang sekarang.” Ucapnya terus merengek.“Tapi nak, sebaiknya kita bicarakan dulu sama papa.” Bujuk mama menenangkan nya. “Tidak ma, papa pasti tidak akan mengizinkan Berli pulang, sebaiknya Mama saja yang bujuk papa. Kalau tidak lebih baik Berli mati saja daripada berjauhan dari bang Devan.” Ancamnya. “Astagfirullah Berli, sadar nak.” Ucap mama mengelus dada melihat begitu besarnya pengaruh Devan bagi putrinya yang dulu menurut dan sangat patuh. “Baiklah jika itu keputusan mu, pulang lah nak. Biar masalah papamu itu Mama yang menyelesai
Tante Fiona yang mendengar obrolan Berliana dengan mamanya ditelpon, mendekati dan ikut membujuknya. “Berliana, kamu baru memukai kuliah mu disini. Bertahanlah dulu sampai kamu bisa betah dan cocok dengan lingkungan mu yang baru.” Bujuk yante Fiona. “Ngak Tante, Berli mau pukang saja.” Arya dan mamanya juga sudah kewalahan dan kehabisan akal, untuk membujuk Berliana. Namun gadis itu tetap bersikeras, dan tidak mau merubah sedikit pun keputusan nya. Berli mengambil penerbangan pertama hari itu, terlebih dahulu dia meminta Devan untuk menjemput nya dibandara. “Kenapa bang Devan ngak mengangkat panggilan ku?” mengulanginya lagi. “Aku sudah ngak sabaran lagi untuk bertemu dengan. Bang Devanku sayang .” ** Zzzz....zzzrrrd.... Getaran ponsel Devan yang terletak di atas nakas, membuyarkan tidur pasangan yang saling berpelukan itu. Devan mengusap kasar wajahnya, dengan malas dia melihat layar ponselnya. “Berliana, kenapa dia menghubungi ku?” Devan bangkit, meskipun keberatan untuk
Ucapan manis Devan selalu sukses membuat Berliana terbang ke langit biru, bahkan cinta yang sudah membutakan mata hati Berliana sehingga dia tidak bisa membedakan lagi Mama ucapan serius dari hati atau manis dibibir saja. “Bang kita langsung kerumah Berli ya, semoga hari ini papa dan Mama mau memberikan kita restu.” Ucap Berli ketika masuk kedalam mobil jemputan Berli yang sangat mewah. “Baiklah, sayang, Abang sudah tidak sabar lagi untuk mempersunting dirimu,” “Ya, kita berjuang bersama-sama ya bang.” “Tentu sayang.” “Wah mobil yang sangat bagus, aku bisa menikmati semua ini jika berhasil menikahi kebo ini. Peduli amat dengan omongan orang-orang.” bathin Devan bergumam dalam hatinya sambil tersenyum sinis membayangkan jika dia berhasil mendapatkan semuanya. “Iya sayang, aku juga sudah tidak sabar ingin segera menikahiku.” Ucap Devan meremas lembut jemari Berli yang membuat gadis itu terbang melayang saking bahagianya. “Abang manisssnya.” bergelayut manja dilengan Devan. Mobil
"Ayo Devan, aku su... su.... sudah ingin keluar duluan.” desah Milka.“Tahan sayang, aku masih ingin bermain-main dengan tubuh indah mu." Balas Devan.Suara desahan dan bisikan lembut, terus keluar dari bibir Milka maupun Devan. nafas keduanya ngos-ngosan seperti lari maraton dengan jarak tempuh sudah mencapai titik puncaknya.Keduanya, semakin berpacu menikmati gairah yang terus memuncak. Memberikan sensasi yang membuatnya keduanya tidak ingin mengakhiri permainan panas ranjang ini, tanpa peduli dengan keringat yang sudah membasahi tubuh mereka yang polos. ruangan kamar yang biasanya sunyi dan sepi, mulai sedikit berisik dengan desahan yang keluar dari bibir mungil Milka maupun Devan.Kesempatan untuk Devan dan Milka memadu kasih, disaat kedua orang tuanya tidak dirumah. Nafsu membuat Devan kalap mata, sehingga dia melupakan calon istrinya Berliana yang sedang berkunjung kerumahnya.Berliana mempercepat langkah kakinya, memasuki gang sempit perumahan milik orang tua Devan. yang sebula
Berliana tidak sanggup lagi mendengar desahan dan percakapan mereka sela-sela percintaan panas itu, dia menutup kedua telinganya.“Bruuuaggkk.”“Sayang suara apa Itu?”"Mungkin suara kucing, atau ayah yang pulang dari pabrik?"Kedua pasangan yang tengah main kuda-kudaan, saling pandang sesaat. menghentikan sejenak aktivitas permainan panas dengan rasa cemas takut aksi mereka ketahuan. Devan tergesa-gesa mengenakan pakaian lalu dengan gerakan cepat Devan menarik gagang pintu kamar sehingga terbuka lebar, mata elang Devan langsung membulat takkala melihat Berliana yang berlari menuju halaman.“Berliana, apa dia telah melihat apa yang sedang aku lakukan bersama Milka barusan, sial!! Tidak aku harus segera mengejarnya." Devan terlihat syok berusaha mengejar Berliana yang belum jauh.“Berliana, sayang tunggu.” Dengan gerakan cepat Devan berhasil menarik sebelah tangan Berli yang menagis sesunggukkan.“Lepas Bang, aku jijik disentuh oleh tanganmu yang kotor ini.” Elak Berliana yang berusaha
"Ternyata, usaha keras membuahkan hasil ya. Sekarang Dek Berli sudah terlihat jauh lebih langsing setelah diet ketat," ucap bu RT menatap takjub perubahan bentuk tubuh Berliana yang sekarang."Terimakasih Bu."Berliana semakin bersemangat untuk berubah, terutama untuk menurunkan berat badannya. Berliana menghirup nafas dalam-dalam, dan mengeluarkan secara perlahan. yah, gadis itu telah membulatkan tekadnya. air mata seakan tidak ingin menetes lagi dikedua belah pipinya."Devan, suatu saat kalian akan menerima akibatnya. Dan aku pastikan kamu akan berlutut mencintai ku. Dan kamu Milka. Aku akan akan membuat kamu merasakan bagaimana rasanya dikhianati oleh orang yang kita cintai." Ucap Berliana lirih.Dalam tidurnya Berliana bermimpi, dimana saat indahnya bersama Devan kembali terulang. Devan dengan penuh kasih sayang membimbing tangan nya menelusuri jalan perkebunan kelapa sawit yang sangat luas, menuju taman yang sangat indah, disekeliling mereka bunga-bunga mulai bermekaran.Berliana
"Bibi jangan siapkan makanan itu.!" Terdengar suara lantang meru dari arah belakang, seketika Berli melihat kearah datang Suara."Tapi Berli lapar sekali kak." Ucap Berliana memegangi perutnya."Ingat Berli, mulai sekarang kamu harus merubah pola makan mu, dan harus mengikuti instruksi dari dokter Bunga." Seorang gadis cantik berjalan mendekati mereka.Seseorang muncul, memperkenalkan dirinya sebagai dokter yang akan membantu Berliana kedepannya dalam melakukan diet ketatnya."Sekarang makanlah ini." mama Mery menunjuk makanan yang telah sengaja dia sediakan khusus untuk anaknya Berli."Makanan apa ini ma?" Berli menatap tidak suka makanan dihadapannya."Berli bagaimana pun juga kamu harus memakan nya, ingat kamu harus menjadi wanita cantik dengan bentuk tubuh ideal, biar orang-orang yang meremehkan dirimu itu sadar, siapa kamu sesungguhnya. terutama Devan dan kekasihnya itu." Mery kembali membangkitkan semangat anaknya yang masih belum bisa move on sepenuhnya dari Devan."Baiklah ma,