Share

14

Laki-laki bau tanah seumuran bapak.

Itulah sosok di depanku saat ini. Berjas lengkap dengan dasi hitam terikat di lehernya.

‘’Kamu tidak bohong rupanya, Ega. Ternyata dia memang sangat cantik,’’ ucapnya disertai senyum selicik rubah.

‘’Saya Ari,’’ sambungnya sembari mengulurkan tangan.

Tak ku katakan namaku dan hanya menyambut jari-jari keriput itu dengan wajah lesu.

‘’Selin, kamu tidak boleh seperti itu. Beliau klien penting. Bisa gak ekspresinya dibuat lebih ramah?’’ bisik Mas Ega di telinga ini. ‘’Kalau kamu terus seperti ini, bagaimana kita bisa dapat uang yang sedang kamu butuhkan?’’

Ya Tuhan.

Jika bukan karena bapak dan Handi, aku benar-benar tidak sudi berhadapan dengan kambing tua seperti Pak Ari ini.

‘’Bersikaplah lebih sopan, Selin. Orang di depan kita ini adalah sumber uang. Dia sama seperti Pak Abi,’’ tekan Mas Ega lagi. Kali ini disertai remasan pelan pada pundak.

Aku sampai meringis karena jari-jari Mas Ega bergerak dan menekan lebih kuat.

Di sela-sela bisik-bisik ters
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status