Bab 31B Terungkap Jam makan siang sudah dinanti Revan. Gegas dia meluncur ke rumah setelah dikabari bibi kalau Gita bertemu Ardi lalu pergi dari rumahnya."Kemana Laras, Bi?""Maaf, Tuan. Saya juga tidak tahu. Katanya Non Laras akan menghubungi Tuan."Bibi menunduk takut pada tuannya."Dia tidak menghubungi saya, Bi. Ponselnya juga tidak aktif dari tadi. Ardi sekarang dimana?""Mas Ardi juga pergi setelah beberapa menit Non Laras meninggalkan rumah ini."Revan melihat kamar yang ditempati Gita. Barang-barangnya tidak ada di sana. Lemari kosong. Pun juga tak ada secarik kertas berisi pesan yang ditinggalkannya."Kemana kamu, Laras?"Revan seperti orang kebingungan. Dia merasa kehilangan adik perempuan untuk kedua kalinya.Matanya memicing pada sebuah benda kecil yang tercecer di lantai dekat almari baju."Apa ini? Hah, tespek garis dua. Apa Laras hamil? Bi, Bibi, ini milik siapa?""Maaf, saya tidak tahu, Tuan.""Akhir-akhir ini Laras seperti orang ngidam. Ya Tuhan, aku tidak bisa memb
Bab 32A Penghianatan Sepanjang perjalanan, Ardi tak menghiraukan mobilnya dipacu dengan kecepatan tinggi hingga mau menabrak kendaraan lain. Emosinya sudah memuncak, ingin meminta penjelasan pada Jessy. Tak kurang dari dua puluh menit, Ardi sudah sampai di apartemen Jessy. Dari parkiran basement, Ardi melangkah lebar menuju unit milik Jessy. Dia sudah hafal tempatnya, bahkan pasword akses masuk pun dia punya.Dengan leluasa, Ardi menekan pasword membuat pintu terbuka dengan mudahnya.Suasana ruang tamu lengang, tak menandakan ada penghuni rumah.Namun Ardi dibuat terkejut setelah mendengar suara des*han dari dalam kamar yang dulu biasa digunakannya bersama Jessy melewatkan setiap malam.Jantung Ardi berdebar hebat, suara itu tidak mungkin dibuat-buat Jessy sendiri. Brakk,Dua insan yang sedang bergelung dengan selimut tercengang melihat Ardi berdiri mematung diambang pintu menyaksikan mereka.Terlebih Jessy yang sedang tidak memakai busana lengkap hanya melindungi tubuhnya dengan se
Bab 32B Penghianatan "Baiklah, Gita. Bangkitlah, hidup dan besarkan anak dalam rahimmu. Dia yang akan menemani setiap langkah perjuanganmu," ucapnya dalam hati.Gita masih merahasiakan kehamilannya. Biarlah nanti saat kandungannya mulai besar, dia akan bercerita pada sahabatnya."Lalu, kamu mau kemana, Ta? Koper ini barang-barangmu, bukan?""Iya, El. Hari ini aku survey ke lokasi magang. Aku mau minta izin Pak Raihan sekalian mencari tempat tinggal di sana.""Jadi, kamu mau langsung tinggal di sana?""Ya, sepertinya begitu lebih baik. Aku bisa menenangkan pikiran dalam seminggu sebelum mulai mengajar.""Tapi,Ta. Aku dan Toni tidak bisa menemanimu.""Tidak apa-apa, El. Aku juga mau mengenal dulu lingkungan di sana.""Baiklah, semoga kamu bisa melupakan kesedihan sesampainya di sana."Drrt,drrt."Pak Raihan.""Angkat dulu, Ta!""Halo, Pak.""Kumpul di kampus setengah jam lagi, jangan lupa!""Oh, ya, baik pak.""Apa kata Pak Raihan ganteng, Ta?""Ckk, mulai deh."Gita sudah bisa sedikit
Bab 33A KecelakaanMobil yang melaju dari kota Yogya menuju kawasan Gunung Kidul bagian timur berbatasan dengan Wonogiri akhirnya sampai di pemukiman warga. Kurang lebih 2 jam Pak Raihan mengendarai mobilnya menuju kawasan pondok pesantren yang ada sekolahnya. Gita ditugaskan mengajar di sekolah itu, sementara dua mahasiswa lainnya di desa sebelah yang berjarak 5 km dari tempatnya.Mobil masih melaju beberapa ratus meter sampai berhenti di sebuah rumah sederhana. Semua penumpangnya sudah turun. Gita melihat Pak Raihan meliukkan beberapa kali badannya. Tampak sekali gurat lelah setelah berkendara tanpa ada yang bersedia menggantikan. Bukan karena tidak mau, tetapi lebih karena dua temannya laki-laki itu tidak tahu medan perjalanan. Pak Raihan kawatir tentang keselamatan mereka."Maaf, Pak Raihan sepertinya sudah hafal jalur menuju tempat ini, ya?" tanya Gita penasaran. Dua temannya pun juga turut menunggu jawabannya. "Masuk dulu saja yuk!" Tidak menjawab justruPak Raihan mengajak ket
Bab 33B Kecelakaan*****Sebuah kecelakaan terjadi di kawasan menanjak, mobil mewah yang ditumpangi seorang pria terperosok ke jurang. Beruntung mobilnya tersangkut di sebuah pohon besar hingga nyawanya masih tertolong. Namun kondisi korban masih koma di ruang ICU RS kota Yogya bagian timur. Penyebab kecelakaan diduga karena sopir dalam kondisi mabuk."Astaghfirullah, Ton. Ada berita kecelakaan siang tadi. Ini waktunya pas dengan Gita berangkat ke lokasi magang.""Benarkah? Coba hubungi Gita, El. Dia tahu nggak kejadian itu!""Ini aku coba dari tadi nggak masuk-masuk. Ckk, susah pasti sinyalnya di sana. Gara-gara Pak Raihan, aku ga respek lagi deh sama beliau.""Yeay, siapa juga kamu, El. Kebalik kali Pak Raihan yang nggak respek sama kamu.""Toni...." Ela sudah bersungut gara-gara diledekin Toni. Sore ini, mereka berdua makan di warung dekat kampus sebelum pulang ke tempat tinggal masing-masing. Biasanya bertiga dengan Gita, tetapi tidak untuk kali ini karena Gita sudah di lokasi mag
Bab 34A Jatuh tertimpa tanggaSeminggu berlalu, Revan merelakan waktunya yang mau digunakan untuk mencari Gita. Dia justru harus menemani Ardi di RS sampai menunggu orang tuanya datang. Sesaat setelah dokter meminta menghubungi orang tua pasien, ternyata ayah Ardi tengah di rawat di rumah karena sakit. Revan memutuskan untuk memberitahu lewat telepon pada ibunya. Tentu saja kabar yang disampaikan untuk menenangkan orang tuanya. Alhasil ibunya memberikan kepercayaan pada Revan untuk menjaga putranya terlebih dahulu."Maaf ya, Nak Revan. Bapak ibu merepotkanmu untuk menjaga Ardi," ucap pria paruh baya yang sudah terlihat sehat kembali. Aktivitasnya di kegiatan sosial setelah pensiun dari dunia kerja justru membuat ayah Ardi kadang lupa memperhatikan kesehatannya."Tidak masalah, Om, Tante. Ardi sahabat saya.""Kejadiannya bagaimana, Nak?""Saya juga tidak tahu, Om. Polisi masih menyelidikinya.""Baiklah, kami akan menjaga Ardi di sini. Nak Revan tolong pegang masalah kantornya ya!Deg,
Bab 34B Jatuh tertimpa tangga"Rev....Revan. Dimana aku?"Ardi terlihat meringis mungkin menahan rasa sakit di sekujur tubuhnya."Tenanglah, Ar! Kamu habis kecelakaan. Apa kamu ingat mau kemana waktu itu?""Aargh."Ardi merintih sembari memejamkan matanya. Mencoba mengingat kilasan kejadian terakhir yang dialaminya.Semakin dia mencoba mengingat, rasa sakit di kepala semakin menjadi-jadi."Jangan kamu paksakan, Ar!" Revan tak tega melihat Ardi yang tamoak tersiksa.Larangan Revan justru tak diindahkan Ardi. Dia berusaha mengingat dengan paksa, lantas berteriak sekuat tenaga."Ardi, Mel tolong panggilkan dokter!"Melia berlari setelah memencet tombol emergency. Dua hal harus dilakukannya untuk berjaga-jaga barangkali panggilan emergency belum sampai.Benar saja, begitu Melia membuka pintu, seorang berpenampilan dokter menuju ke arahnya."Ada apa lagi dengan pasien?""Tolong diperiksa, Dok. Dia merasa kesakitan di kepalanya!"Dokter segera memberi tindakan pada Ardi selama beberapa meni
Bab 35A Di Ujung Tanduk Pagi-pagi sekali Jessy sudah berada di ruang rawat Ardi. Dilihatnya sosok terbujur dengan selimut menutup tubuhnya itu masih pulas tertidur. Dia menggantikan sementara Revan yang keluar mencari sarapan.Jessy duduk di kursi samping bed pasien."Semua gara-gara Laras. Bukan salahku memilih bersenang-senang dengan Robert. Kamu yang memulainya, Ar. Sejak ada Laras, kamu mengacuhkan aku, bahkan kamu tidak mau menyentuhku lagi seperti dulu." Jessy berguman lirih di samping Ardi yang dikiranya masih terlelap. Namun Jessy tidak menyadari kalau Ardi memasang telinganya lebar-lebar."Aku pikir dengan kamu menghancurkan Laras, maka dia akan menjauhimu, ternyata aku salah. Kamu yang sudah menidurinya pun tidak sadar malah semakin lengket dengannya. Kamu perlakukan aku bak habis manis sepah dibuang. Kamu menghianati istrimu dan juga aku hanya demi gadis kampung itu. Aku yang menyuruh Laras memberi minuman untukmu malam itu. Aku juga yang membuat foto itu seolah-olah Laras