beri komentar dan like yuk. beberapa bab menuju pulang ke Jakarta bertemu Rahma ya.
Bab 135 PulangPenerbangan Padang-Jakarta akhirnya pesawat mendarat di bandara Soekarno Hatta. Sakha memang sengaja belum mengabari orang rumah tepat hari apa pulangnya. Ia harus menyiapkan keperluan Cantika dan neneknya di rumah sakit ternama di Jakarta. Setelahnya, Toni yang akan menemani Cantika untuk proses operasi mata neneknya."Pak Toni tolong Cantika ditemani sampai keperluannya tidak kurang satupun," ucao Sakha sambil menyenderkan punggung di sofa tunggu bandara. Mereka masih menunggu bagasi."Siap, Pak. Oya, Pak Sakha yakin tidak perlu ditemani pulang sampau rumah terlebih dulu?" tanya Toni basa-basi."Ckkk, bukankah Pak Toni senang langsung bisa menemani Cantika?" Sakha justru balik bertanya membuat Toni terkesiap."Nanti kalau Cantika bingung di kota ini, Pak Toni yang repot, kan? Gadis itu nggak ada duanya,"ucap Sakha terkekeh."Dia gadis yang pintar, Pak. Nggak mungkin nyasar di kota ini," balas Toni sambil tersenyum."Pak Toni nggak takut Cantika nyasar, tapi takut dia k
Bab 136 Rindu "Percuma, Arga. Kakakmu dari dulu sudah begitu," imbuh Pak Ardi ketus."Ya Allah, Pa, Arga. Ini salah paham," lirih Sakha yang merasakan tubuhnya sudah lunglai."Apa?! Astaghfirullah, ini pasti salah paham.""Pa, Arga, tunggu!" teriakan Sakha tidak digubris dua lelaki beda generasi itu. Pak Ardi dan Arga sudah masuk mobil meninggalkan kediaman untuk menemui Rahma yang terbaring di rumah sakit."Astaga, Mas Sakha kenapa?" Dari dalam rumah keluar satpam yang sedari tadi dicari Sakha."Bapak kemana saja? Muka saya sudah babak belur kayak maling, nih," dengkus Sakha sambil menahan nyeri akbitan tamparan papanya dan juga pukulan Sakha."Ayo, Pak. Kita ke dalam dulu. Bi, Bibi. Tolong ambilkan air kompres untuk Pak Sakha!" "Hah, Mas Sakha kenapa?""Jangan banyak omong, cepat ambilkan."Bibi ART pun mengangguk. Gegas ia ke dapur mengambil air kompres."Maaf, Mas. Tadi saya membereskan kamar Mbak Rahma sama bibi." Satpam mengucap dengan sedikit takut membuat Sakha penasaran."Me
Bab 137 EndingSakha sudah seperti buka puasa. Sekian purnama tidak menyentuh istrinya, kerinduan pun berada di puncaknya. "Wajah Mas masih sakit, ini. Aku obatin, ya?""Nggak perlu, Rahma. Aku butuh obat rindu.""Mas!"Rahma sudah tidak bisa mengelak, ia pun merasakan rindu yang menggebu. Keduanya melewati malam panjang ditemani rembulan yang sinarnya menyusup dari celah gorden. Sentuhan lembut Sakha menyapa Rahma membuat hati wanita itu mengembang. Seulas senyum terukir di bibir merahnya."Tenang, Nak, Abi mau mengunjungimu."Sakha memperlakukan istrinya dengan lembut walau di dalam sana sudah menahan gair*h yang memuncak. Ia tidak ingin membuat trauma istrinya yang sedang hamil besar.Satu jam berbagi peluh membuat keduanya kelelahan. Sakha memberikan kecupan hangat di kening Rahma. Hingga wanita itu memejamkan mata menikmati ketulusan suaminya."Terima kasih, Sayang.""Terima kasih juga, Mas."Waktu kian berlalu, detik tergerus oleh menit hingga menit berganti menjadi jam. Purnama
Bab 1 Malam Pertama "Saya terima nikahnya Anggita Larasati binti Amran dengan mas kawin tersebut di atas dibayar tunai." "Saksi, apakah sah?" "Sah." "Alhamdulillah." Suasana haru mengiringi doa yang diucapkan setelah akad nikah. Kebahagiaan dirasakan keluarga Pak Amran yang derajatnya mulai sedikit terangkat. Namun tidak dengan putri sulungnya yang berperan sebagai mempelai wanita. Gadis berparas rupawan, hidung bangir dan bulu mata lentik itu tengah murung. Meski berbalut kebaya putih dengan bawahan kain jarik serta sanggulan rambut sederhana membuatnya tampak mempesona, tetapi tidak dengan hatinya. Rancangan demi racangan telah dirajut di otaknya. Bagaimanapun dia tidak menginginkan pernikahan ini. Dia ingin sekuat tenaga melarikan diri. Akad nikah berlangsung di ruangan yang terpisah untuk laki-laki dan perempuan. Kedua mempelai bahkan tidak ada inisiatif saling bertatap muka karena sedari awal mereka tidak menginginkan acara ini. Bahkan Gita sendiri belum tahu dan tidak mau
Bab 2 Preman"Kurang ajar, jangan sebut namaku Bintang Lazuardi Atmaja jika aku tidak bisa menghancurkanmu! Sampai ke ujung dunia pun aku pasti menemukanmu."Pernikahan ini memang bukan keinginannya, tetapi atas inisiatif kedua orang tuanya yang ingin membalas budi kebaikan mertuanya yang kini sedang dalam kondisi ekonomi terpuruk.Bukan ini yang diharapkan Ardi sapaan akrabnya, istrinya telah menginjak-injak harga dirinya. Hati kian memanas, tak ada ampun bagi orang yang sudah mempermalukannya dengan meninggalkannya sendiri di malam pertama."Aku pasti bisa menemukanmu dan membuatmu berlutut di hadapanku." Seringai licik tercetak di wajah Ardi yang telah merangkai siasat untuk membalas perbuatan wanita berstatus istri belum ada 24 jam itu.Bintang Lazuardi, lulusan arsitek dari universitas luar negeri. Nama yang diberikan kedua orang tuanya sangat indah, tetapi tidak dengan perangainya. Sejak kuliah di luar negeri, Ardi menjadi anak liar dan susah diatur orang tuanya. Ayah ibunya men
Bab 3 Tertangkap"Dimana gadis itu? Pasti nggak jauh dari sini,” teriak salah seorang preman bertubung kurus. Kedua preman masih mengedarkan pandangan mencari keberadaan Gita yang tidak terlihat seujung rambutpun."Ya Rabb, inikah balasan atas perbuatanku meninggalkan suami. Sungguh ini awal kemalanganku. Tolonglah hamba-Mu ini!"Prank,Suara benda jatuh tak sengaja tersenggol Gita yang sedang bersembunyi di dekat tong sampah besar."Itu, dia. Tangkap, kak!""Mau kemana kamu gadis cantik? Ayo kita minum-minum dulu!"Andai bisa beladiri, Gita pasti akan menghajarnya sekarang. Namun itu hanya dalam mimpinya. "Jangan mengganggu wanitaku! Pergi dari sini!" Bentakan laki-laki bertubuh tinggi besar membuat dua preman tadi kocar kacir."Terimakasih, Pak.""Tak masalah, kamu mau kemana? Ini sudah malam, ayo saya antar!""Saya dijemput teman di gerbang masuk terminal.""Ya sudah, ayo!"Gita menurut saja masuk ke mobil sedan warna hitam. Tak terbesit dia orang baik atau jahat, Gita menganggapn
Bab 4 Pelayan"Kamu dengar saya!"Lamunan Toni dibuyarkan oleh bentakan Ardi."Ma ...maaf, Mas. Tapi suami Gita.""Tidak perlu basa-basi, katakan dimana Gita?""Saya tidak tahu." Toni masih memegang janjinya pada Gita untuk merahasiakan kepergiannya ke Yogya."Perlu saya laporkan polisi kalau kamu membawa kabur istri orang?""Hah,saya tidak membawa kabur.""Ya, hanya membantunya kabur, bukan?""Cepat katakan dimana Gita atau nama baikmu tercemar dalam hitungan menit!"Tangan Ardi sudah mencengkeram kerah Toni yang tubuhnya gemetaran. Sejatinya dia tidak benar-benar takut dengan sosok di depannya. Dia justru takut kalau kakaknya tahu kelakuannya. Kakaknya pasti murka dan berimbas akses keuangannya dibekukan."Hmm, Gita pergi ke Yogya."Ardi terbahak membuat Toni heran."Bagus, akan mudah bagiku menemukannya.""Tolong jangan sakiti dia! Gita melakukannya karena terpaksa. Dia ingin kuliah untuk memperbaiki kondisi ekonomi keluarganya.""Punya hak apa kamu? Aku suaminya. Jangan coba-coba
Bab MenggodaMenikah? Kemarin? Mendengar kalimat itu membuat dada Gita nyeri. Rasa bersalah menyeruak dan menyesakkan. Tak ingin menjadi bulan-bulanan hidup dalam kubang kesalahan, Gita selalu meminta maaf dalam hati pada suaminya.Dia ingat pesan ayahnya. Ridho Allah tergantung ridho suaminya.Kenapa baru sekarang logikanya jalan, kemana kemarin saat dia sedang dilanda kerisauan.Gita bergidik ngeri, rasa takut mendapat murka suami bahkan murka Allah mendadak menghantuinya."Ada apa, Ras?" Revan heran melihat Gita yang diam dan melamun."Eh, tidak, Van. Aku hanya bingung karena cuma ini yang aku punya." Gita menunjukkan ponsel yang dipegangnya. Tas berisi baju dan uang masih tertinggal di mobil laki-laki brengsek semalam."Tenang saja, nanti aku minta Melia mengantarmu beli baju dan keperluanmu.""Melia?""Dia pacarku, lebih tepatnya calon istriku. Tapi aku tidak tahu kapan kami siap menikah. Sudahlah, kita tidak perlu membahasnya." Ada gurat kesedihan di wajah Revan yang tertangka