[Terminal Bus menuju Jawa sih Bang, cuma saya nggak tahu Khanza naik yang mana, soalnya tadi saya buru-buru nggak sempat nanya juga dan saya nggak tau juga dia punya uang atau nggak] bohong Salman, ia ingin memberi pelajaran pada Romi. Romi yang mendengar itu yang awalnya duduk langsung berdiri mencoba mengatur nafasnya, lalu ia kembali duduk dan mencoba tetap tenang agar Salman tidak curiga.[Ta--tapi Khanza ada ngomong mau kemana nggak? Atau ke rumah siapa gitu?] lagi-lagi Romi khawatir, sekarang ia mengetuk-ngetukkan jerinya ke meja rias.[Waduh nggak tuh Bang, karena jujur saya pun bingung kenapa Khanza pergi padahal sebentar lagi dia mau wisuda. tapi itu lah bocahnya keras kepala, kayaknya Khanza mau rileksin diri deh bang, soalnya kalo aku lihat sekilas tadi di kayak orang putus cinta hehe.Terus juga cara jalannya agak aneh Bang, kayaknya dia jatuh deh jadinya gitu kayak bebek hahah ...] bohong Salman padahal ia hanya menguji Romi.Deg! 'Cara jalan Khanza aneh,' ucap Romi dal
Setelah dokter pergi Salman mengatur nafasnya pelan-pelan, karena dadanya sekarang sudah sangat sesak mendengar pernyataan barusan. Setelah merasa aman, Salman perlahan mendekati Khanza yang tengah menangis di ranjang rumah sakit."Za," panggil Salman, Khanza langsung menoleh melihat Salman."Man a--aku-" Khanza berhenti berbicara saat Salman mengangguk pertanda paham perasaan gadis itu sekarang."Aku harus gimana Man di perutku udah ada bayi," lirihnya pilu. Salman sendiri pun sebenarnya tengah kecewa, ia tidak mengerti harus senang atau sedih dengan keadaan Khanza sekarang."Za aku tidak tahu harus bagaimana, tapi sebagai sahabat aku cuma mau nasehatin kamu jangan pernah menyalahkan bayi itu. Dia tidak mengerti apa-apa bayi itu butuh sosok ibu kayak kamu.Jadi jangan pernah menganggapnya beban, karena bagaimanapun juga dia adalah darah daging kamu." nasehat Salman walaupun hatinya sebenarnya sangat bertolak belakang dengan mulutnya.Khanza diam sejenak mencoba mencerna kata-kata Sa
"Em … kamu pulang duluan aja Vin, makasih banyak udah ngaterin saya. Kayaknya saya belum bisa pulang sekarang, kamu pesan online aja ya." ucap Romi membuat Vina bingung, bukannya tadi Romi sangat lemas sekarang malah semangat sekali."Tapi Pak, Bapak bisa nyetir sendiri?" tanya Vina memastikan, Romi langsung mengangguk tapi matanya terus ke arah cafe."Ya sudah kalo begitu saya duluan ya, hati-hati Pak," pamit Vina yang dibalas anggukan oleh Romi.Setelah Vina pergi Romi langsung memarkirkan mobilnya di depan kafe. Sebelum keluar ia memakai masker terlebih dahulu supaya Khanza tidak curiga.Begitu masuk di cafe, Romi langsung memilih tempat yang jauh dari Khanza, tapi ia tetap bisa melihat gadisnya itu.Deg! 'Salman,' Romi kaget melihat Salman lah yang sedang duduk bersama Khanza. Itu artinya Salman tahu dimana Khanza selama ini.'Jangan-jangan Salman yang menyembunyikan Khanza, pantas saja dicari kemana-mana tidak ketemu biangnya orang terdekat ternyata.' ucap Romi dalam hati.Romi d
"Aku belum terpikir kesana Bang, sebenarnya Khanza juga yang salah ia tidak mau keluar sama sekali selam sebulan bulan. Selain tadi itupun karena saya paksa berobat Bang," ujar Salman membuat Romi mengangguk."Berapa bulan kandungannya?" tanya Romi membuat Salman berusaha mengingat ucapan dokter tadi."4 Minggu Bang, Abang tahu dari mana Khanza hamil?" tanya Salman bingung."Saya juga mual-mual persis seperti yang dialami Khanza. Kata dokter itu biasa terjadi jika istri lagi hamil muda," jawab Romi membuat Salman mangut-mangut."Abang mau ketemu Khanza sekarang?" tanya Salman, Romi tampak berfikir sejenak."Sebenarnya sangat ingin, cuma saya nggak mau buat dia stress pasti sangat berpengaruh pada janinnya. Setidaknya izinkan saya melihatnya diam-diam," jawab Romi membuat Romi mangut-mangut."Caranya?" tanya Salman, Romi langsung menjelaskan semua niatnya pada Salman.***Malam hari, Khanza masih saja makan karena makanan yang di pesan Romi sangat banyak.Tok! Tok! Tok! "Masuk," sahut
"Hah? Apa nggak terlalu cepat," jawab Khanza merasa tidak yakin."Aku nggak punya waktu kosong selain besok Za, adanya weekend seminggu lagi," terang Salman membuat Khanza diam."Ya udah," ucapnya dengan berat hati.***Keesokan harinya, Khanza antara yakin dan tidak yakin dengan usul Salman. Tapi ia mencoba untuk berfikir positif."Rileks Za cuma ngasih tau nggak lebih," gumamnya sambil memilih baju yang tepat. Setelah rapi ia dan Salman pun berangkat, tujuan awal mereka adalah kantor Romi.Hampir 20 menit menempuh perjalanan akhirnya mereka sampai, Khanza yang melihat itu jadi bimbang."Yuk turun," ajak Salman, Khanza langsung menggeleng membuat Salman kaget."Kenapa?" tanya Salman bingung melihat Khanza enggan turun."Aku nggak yakin Man, aku takut," ucap Khanza tiba-tiba sambil menunduk."Gak apa-apa, ada aku kok santai, yuk." ajak Salman mau tidak mau Khanza ikut turun kemudian mereka masuk ke dalam kantor."Kak Salman," panggil seseorang membuat mereka berdua langsung berbalik.
"Jangan tinggalin saya lagi Za, please," lagi-lagi suara mengiba keluar dari mulut Romi membuat Khanza langsung memejamkan matanya untuk menetralkan jantungnya."Saya minta maaf Za, saya tau saya salah, suami egois, ceroboh dan gak ngertiin perasaan istri." pinta Romi sedangkan Khanza, ia masih bingung antara percaya dan tidak percaya dengan yang terjadi sekarang ini."Kakak nggak salah kok, Kakak berhak bahagia aku nggak larang kalo Kakak mau sama pacar Kakak itu." ucap Khanza membuat Romi semakin mengeratkan pelukannya. Ia menyadari kebodohannya yang selalu memuji Sopi."Saya nggak mau Za, saya maunya kamu cukup kamu, disini ada baby kita 'kan?" ucap Romi sambil mengusap perut Khanza membuat gadis itu merasa risih."Um," jawab Khanza singkat, Romi mensejajarkan wajahnya dengan wajah Khanza hingga deru nafas Romi menerpa wajah Khanza."Za maafin saya, saya menyesal saya gak bisa hidup tanpa kamu." ucap Romi dengan wajah yang begitu dekat."Kakak udah makan?" tanya Khanza karena ia ti
"Kak," panggil Khanza sambil memegang pundak Romi membuat Romi langsung menoleh sambil berusaha mengatur nafasnya."Za," lirihnya lalu ia menarik Khanza ke pelukannya membenamkan wajahnya di ceruk leher istrinya itu."Jangan tinggalin saya Za," pinta Romi, Khanza mengusap-usap punggung suaminya itu lalu ia melonggarkan pelukannya."Tidur lagi Kak," ucap Khanza ingin merebahkan Romi kembali. Namun Romi menahan tangan Khanza lalu perlahan tangannya membuka jilbab Khanza.Khanza yang merasakan itu hanya diam sambil memperhatikan wajah Romi yang begitu dekat dengannya. Setelah melepas jilbabnya Romi melepaskan ikat rambutnya membiarkan rambut itu tergerai indah.Cup! Romi mencium bibir Khanza sekilas lalu ia menarik Khanza untuk berbaring."Jangan pergi kamu nggak boleh kemana-mana lagi, saya seperti orang gila kalo kamu nggak ada. Saya butuh kamu," Romi terus berbicara, Khanza langsung mendongak membuat Romi langsung menunduk."Tidur lagi Kak, biar sembuh," suruh Khanza yang dibalas gele
"Oke-oke, bagus kalo kalian sadar dengan kesalahan kalian sendiri, saya harap itu segera diperbaiki. Tapi kali ini pengumuman saya berbeda, ini lebih ke kehidupan saya. Eh sebelumnya perkenalkan ini istri saya Khanza, saya baru memperkenalkan hari ini karena ada beberapa problem kemaren." lanjut Romi membuat karyawan perempuan khususnya yang belum menikah langsung heboh."Ya elah ... pak Romi udah ada istri aja, padahal gua tidak hari dandan buat Pak Romi," "Iya ya, perasaan kemaren masih cool-cool aja kok tiba-tiba udah punya istri aja sih." sahut yang lain.'Syukurlah Khanza udah balik, setidaknya Romi jauh lebih segar dibanding yang kemaren. Munafik sih sok-sokan gak mau ngakuin, giliran di tinggal setengah mampus,' ucap Rendy dalam hati."O iya, saya rencananya ingin membuat pesta pernikahan, ya walaupun saya dan Khanza sudah menikah tapi itu cuma antara keluarga aja belum ngadain pesta. Nah, untuk seluruh karyawan saya mengundang kalian untuk tanggal dan tempatnya nanti saya um