“Lepaskan aku!” Nayara menjerit saat orang-orang itu mulai mengganggu dirinya.
“Dasar pelacur, kabur saja jika kau bisa.” Ketua dari anggota suruhan Vanya mulai mendekati Nayara.“Aku akan teriak dan lapor polisi jika kalian tidak mau melepaskanku,” teriak Nayara dengan nada mengancam.“Ha ha ha ha.” Semua preman itu tertawa.“Lapor polisi katanya?” Ketua para preman itu tersenyum mengejek sambil merampas tas di tangan Nayara yang berisi uang dari Alvano. “Waw, ternyata wanita ini banyak uang juga.” Dia mengibaskan setumpuk uang yang dia keluarkan dari dalam tas Nayara.“Jangan ambil itu, kembalikan uangnya padaku!” Nayara memberontak meskipun dua orang preman memegang dirinya.“Ternyata selain kaya, kau juga pintar melawan rupanya,” ejek orang-orang itu.“Jangan ambil uang itu, atau aku benar-benar akan berteriak,” ancam Nayara yang masih berani.“Lihat saja kalau kau bisa? Memangnya siapa yang ingin membantumu“BAIK, BAIK, AKU KAN JUJUR!” Salah satu dari preman itu berseru dengan panik, mengabaikan tatapan tajam dari atasannya. “Dia, dia adalah orang yang menyuruh kami semua.” Preman itu menunjuk atasannya. “Dasar brengsek yang tidak berguna!” bentak kepala preman tadi. Alvano memusatkan perhatiannya pada kepala preman itu. “Seret dia keluar!” Alvano kembali menuturkan kata perintah. Para preman akhirnya dibebaskan, meninggalkan kepala preman yang kini hanya tersisa di hadapan Alvano. “Eko!” Kepala preman itu terkejut karena ternyata Alvano tahu namanya. Alvano juga tahu dia adalah orang yang sama yang terlibat dengan sopir dalam kecelakaan waktu Vanya menolongnya beberapa minggu yang lalu. “Aku sangat prihatin. Kenapa kau tidak melakukan sesuatu dengan bersih? Kalau kau tidak menuruti apa yang aku katakan, jangan harap bisa keluar hidup-hidup dari tempat ini.” Alvano be
“Dokter Hanan, di sini adalah letak Poli Anak. Anda baru bergabung dengan rumah sakit ini, jika ada yang membuat Anda tidak nyaman, beritahu saja saya. Semoga Anda betah kerja di rumah sakit ini.”Seorang suster cantik menceritakan setiap sudut rumah sakit dan memperkenalkan berbagai hal di rumah sakit ini kepada seorang dokter muda yang baru saja pindah dari luar negeri untuk bekerja di rumah sakit ini.“Baiklah.” Dokter tampan yang bernama Dokter Hanan itu tersenyum ramah. “Terima kasih banyak sudah menemaniku hari ini.”Suster itu tersenyum malu, pesona Dokter Hanan memang sekacau itu hingga membuat suster yang biasanya profesional kini nampak salah tingkah.“MINGGIR!”Suara teriakan Alvano yang mendorong brankar rumah sakit bersama seorang dokter dan seorang perawat menarik perhatian Dokter Hanan.Alvano terlihat begitu khawatir melihat Nayara yang setengah sadar dengan napas tidak teratur.“Nara, hey. Jangan tidur!”
“Lepaskan aku!” Nayara menjerit saat orang-orang itu mulai mengganggu dirinya.“Dasar pelacur, kabur saja jika kau bisa.” Ketua dari anggota suruhan Vanya mulai mendekati Nayara.“Aku akan teriak dan lapor polisi jika kalian tidak mau melepaskanku,” teriak Nayara dengan nada mengancam.“Ha ha ha ha.” Semua preman itu tertawa.“Lapor polisi katanya?” Ketua para preman itu tersenyum mengejek sambil merampas tas di tangan Nayara yang berisi uang dari Alvano. “Waw, ternyata wanita ini banyak uang juga.” Dia mengibaskan setumpuk uang yang dia keluarkan dari dalam tas Nayara.“Jangan ambil itu, kembalikan uangnya padaku!” Nayara memberontak meskipun dua orang preman memegang dirinya.“Ternyata selain kaya, kau juga pintar melawan rupanya,” ejek orang-orang itu.“Jangan ambil uang itu, atau aku benar-benar akan berteriak,” ancam Nayara yang masih berani.“Lihat saja kalau kau bisa? Memangnya siapa yang ingin membantumu
Cukup lama Alvano menikmati bibir manis Nayara hingga Nayara mendorong Alvano dengan kasar sampai ciuman itu terlepas.Napas keduanya tidak teratur, Nayara merasakan debaran aneh di dadanya. Sedangkan Alvano cukup menikmati sesuatu yang sudah lama tidak bisa dia rasakan lagi.Nyatanya, bibir Nayara masih pemenangnya. Alvano tidak pernah menikmati itu lagi dengan wanita lain, termasuk Vanya.“Bukankah kamu sendiri yang mengatakan kalau aku memberimu uang, aku bisa melakukan apa pun padamu? Kenapa sekarang kamu malah seperti orang ketakutan?” Alvano memegang wajah Nayara. “Siapa yang akan peduli jika kamu terlihat menyedihkan seperti ini di tempat ini?”“Minggirkan tanganmu!” Nayara menepis tangan Alvano dengan kasar.Nayara merasa harga dirinya diinjak-injak, tapi Nayara sadar dia berada di tempat ini untuk pekerjaan seperti apa.Harga diri bahkan sudah tidak ada lagi untuk para wanita penghibur macam Nayara.“Kenapa?” Se
“Ikut aku!” Alvano menarik paksa Nayara keluar dari ruangan itu.“Lepaskan aku!” Nayara memberontak tapi Alvano tetap menyeretnya.“Apa yang mau kamu lakukan? Lepaskan!” Nayara terus meminta dilepaskan tapi Alvano tidak mendengarkannya.“Diam!”Nayara tidak tahu ke mana Alvano akan membawanya, yang jelas sekarang pria itu sedang menyeretnya di sepanjang lorong klub malam yang diterangi oleh lampu remang-remang.Alvano berhenti melangkah tepat di sebuah pintu bercat warna hitam, itu adalah ruangan VIP yang sudah Alvano sewa.Setelah menempelkan ID card di sana, pintu itu langsung terbuka dan Nayara ditarik paksa untuk masuk ke dalam sana.Alvano menghempaskan tubuh Nayara ke atas sofa di ruangan private yang sudah Alvano sewa sebelumnya.“Apalagi yang kamu mau dari aku?” Nayara menatap Alvano dengan berani.Nayara harus sedikit lebih kuat lagi, setidaknya untuk melindungi dirinya sendiri.Terleb
BRAKK!!Pintu ruangan terhempas keras. Seorang pria dengan aura dingin dan tatapan membunuh masuk ke dalam, menghentikan seluruh aktivitas di ruangan itu. Musik seolah tak lagi terdengar, dan semua pria di dalam sontak menoleh.Alvano, sosok yang selama ini hanya dikenal lewat berita dan dunia bisnis, kini berdiri di hadapan mereka, membawa badai dalam tatapannya.“Marvel!” Suaranya bergemuruh seperti petir.Marvel yang semula santai langsung pucat pasi. “T-Tuan Alvano.”Tanpa banyak bicara, Alvano melayangkan pukulan keras ke rahang Marvel, membuat pria itu terjengkang menabrak sofa.“Beraninya kamu menjebaknya ke tempat seperti ini!” geram Alvano, dadanya naik turun menahan amarah.“Tunggu! Ini semua hanya kesalahpahaman, aku hanya menjalankan perintah—”BUGH!Pukulan telak mendarat lagi. Marvel memuntahkan darah dari mulutnya.“Aku tidak peduli siapa yang menyuruhmu. Kamu tahu siapa Nayara, dan tetap memperlakukannya seperti—sampah?” desis Alvano dengan sorot tajam yang bisa membak
“Shh!”Nayara terus meringis sepanjang Anik mengobati luka-luka di sekujur tubuhnya karena pukulan dari Clarissa.“Kalau Bibi boleh bertanya, untuk apa Nona melakukan semua ini?” Anik membereskan semua peralatan yang dia gunakan untuk mengobati luka Nayara tadi.Nayara pun memakai kembali bajunya dengan benar setelah tadi kancingnya sempat dia buka beberapa agar Anik lebih leluasa mengobatinya.“Bi, apa pun akan aku lakukan untuk menyelamatkan putraku. Luka ini tidak seberapa bagiku,” jawab Nayara.“Hah.” Anik menghela napas kasar sambil mengambil sesuatu di bawah bantal. Benda itu adalah sebuah amplop cokelat yang lumayan tebal.“Ini adalah uang tabunganku selama bertahun-tahun, jumlahnya memang tidak seberapa. Semoga saja ini bisa membantumu sedikit.” Anik memberikan amplop itu pada Nayara.“Ini tidak perlu, Bi.” Tentu saja Nayara langsung menolak karena tahu Anik juga sangat membutuhkan uang itu.“Nona, aku telah merawatmu selama bertahun-tahun. Jangan sungkan padaku, aku sudah men
“Shh!” Nayara terus meringis sepanjang Anik mengobati luka-luka di sekujur tubuhnya karena pukulan dari Clarissa. “Kalau Bibi boleh bertanya, untuk apa Nona melakukan semua ini?” Anik membereskan semua peralatan yang dia gunakan untuk mengobati luka Nayara tadi. Nayara pun memakai kembali bajunya dengan benar setelah tadi kancingnya sempat dia buka beberapa agar Anik lebih leluasa mengobatinya. “Bi, apa pun akan aku lakukan untuk menyelamatkan putraku. Luka ini tidak seberapa bagiku,” jawab Nayara. “Hah.” Anik menghela napas kasar sambil mengambil sesuatu di bawah bantal. Benda itu adalah sebuah amplop cokelat yang lumayan tebal. “Ini adalah uang tabunganku selama bertahun-tahun, jumlahnya memang tidak seberapa. Semoga saja ini bisa membantumu sedikit.” Anik memberikan amplop itu pada Nayara. “Ini tidak perlu, Bi.” Tentu saja Nayara langsung menolak karena tahu Anik juga sangat membutuhkan uang itu. “Nona, aku telah merawatmu selama bertahun-tahun. Jangan sungkan padaku
Lama menunggu, namun tidak ada juga satupun orang yang keluar dari rumah itu. Nayara pun mulai nekat. “Pa, aku mohon bantulah aku. Sekarang putraku sedang sakit, perlu biaya operasi 6 miliar. Kau sudah tidak punya jalan keluar lain lagi, dia adalah cucu Papa juga.”Suara Nayara yang lumayan keras terdengar sampai ke dalam rumah.Dimas terlihat gelisah, sementara Clarissa terlihat biasa saja.“Kenapa? Kamu kasihan? Dimas, kamu tetap saja tidak bisa berubah. Dulu dengan ibunya kamu juga kasihan, sekarang anaknya. Apa kamu tidak kasihan dengan putri kita Vanya?” cecar Clarissa.Dimas diam, dia tau harus bereaksi seperti apa.“Pa, Papa harus ingat. Nayara dan Kak Alvano belum cerai, jika keluarga Kak Alvano tau tentang anak haram itu mereka akan menyalahkan mama dan papa tidak bisa mendidik anak. Kalau anak Nayara mati itu demi menjaga nama baik keluarga Widjaya,” hasut Vanya.“Dasar anak itu, belum bercerai sudah berani mencari pria lain. Sungguh keturunan pelakor, sungguh mirip dengan