"Dia tunanganku, Ai." Sikap murah hati Aileen selama ini malah dikotori dengan perselingkuhan dan penipuan yang dilakukan pacarnya. Ia hanya gadis lugu dan culun yang mudah dibodohi karena kepolosannya. Namun semua berubah saat Aileen bertemu dengan pria asing bernama Albani Raditya. Pria pekerja keras yang ternyata adalah calon suaminya. Aileen tak pernah mengira jika ia akan menerima tawaran pria itu saat hatinya sedang kacau karena kekecewaan mendalam. Sanggupkah Aileen membalas rasa sakit hatinya dan mengambil kembali harga dirinya?
view more“Dia ini adalah tunanganku, Ai.”
Aileen berniat mengejutkan pria yang dipacarinya selama sekian tahun dengan perasaan tak sabar ingin bertemu sang kekasih karena rindu. Namun, ternyata sesampainya di sana, ia justru disuguhi pemandangan mengejutkan. “Tunangan?” Awalnya Aileen menyangkal pemandangan mesra di hadapannya. Ia mengira wanita yang bersama Rio itu hanya teman kuliah Rio. Bukankah sudah biasa, terkadang teman juga bergandengan tangan, walau hanya sebatas teman. Sikap polosnya itu selalu membuatnya berpikiran positif dengan sang pacar tercinta. Namun, ternyata dugaan itu salah. “Siapa sih cewek culun ini?” ketus wanita di sebelah Rio sambil bergandengan tangan. Aileen berdiri dengan kebodohannya. Ya, dia telah dibodohi oleh Rio. Jadi, pria yang selama ini dia percaya selingkuh di belakangnya? “Dia pacarmu itu, Rio?” ujar wanita itu. Rio hanya diam sambil tak berani menatap wajah Aileen. “Bisa-bisanya cewek culun seperti ini kau jadikan pacar,” kata wanita itu mencemoohnya blak-blakan. “Cukup, Lenka.” Rio lalu menarik tangan Aileen. Aileen sudah berkaca-kaca. Dia sakit hati bukan karena cemoohan wanita yang bersama Rio. Tapi dia sangat percaya pada Rio dan tidak mengira akan sesakit ini menyadari fakta bahwa pria yang ia cintai telah berkhianat. “Aileen aku minta—” Aileen memotong perkataan Rio dengan satu tamparan cukup keras. “Kau beneran begini, Rio?” tanya Aileen dengan air mata yang tumpah tanpa dapat dicegah. Ia benci mempercayai bahwa laki-laki didepannya benar-benar mengkhianatinya. Rio memegang sebelah pipinya sambil menghela napas kasar. “Aku terima tamparan—” Aileen amat muak hingga dia menampar Rio di sisi yang lain. “Diam kau, brengsek!" Meski menangis sekalipun, semuanya takkan berubah, kan. Dia sedang tak bermimpi sekarang. Terbukti, telapak tangannya serasa pedih saat menampar Rio barusan. "Menjijikkan!!" Aileen menutup matanya, ia tak ingin menangis tapi malah jadi sangat memalukan. Rio tak dapat berbicara lagi. Kemarahan Aileen membuatnya membeku. Dia memang salah, tapi Lenka, wanita itu lebih segala-galanya dibandingkan Aileen. Lenka punya apa yang ia butuhkan, sedangkan Aileen, gadis itu hanya terlalu naif. "Maaf." “Ternyata aku sangat menyedihkan." Aileen menatap Rio dengan rasa benci yang bermunculan. "Semua yang kau katakan palsu, kau menganggapku bodoh, kan," lirih Aileen. "Sialan!" “Aileen, kau tau aku serius waktu bilang aku mencintaimu. Tapi—" “Cukup!” Pekik Aileen. “Kau gila, hah! Kau masih berani berkata cinta? Kau mengasihaniku sampai segitunya!" “Tidak Aileen, aku memang mencintaimu. Kau baik, aku hanya terlalu buruk." Aileen menggelengkan kepalanya. Ia lalu menyeka air mata di pipinya dengan rasa sakit yang luar biasa. “Ah pria sialan. Kau hanya membuatku makin terlihat bodoh, tau. Ini menyebalkan." “Karena itu kita akhiri saja, ya, Aileen.” "Apa kau bilang?" "Ya, kita putus saja, Aileen." ** Hidup Aileen berjalan normal. Sejak sekolah dia selalu mendapatkan banyak pencapaian yang luar biasa. Meski Ailleen terlahir dari keluarga yang berada. Tapi orang tua Aileen selalu mengajarkan kemandirian padanya. Tak lupa juga untuk membantu sesama dan tidak bertindak semuanya apalagi sombong. Karena itulah, Aileen tumbuh menjadi gadis yang sederhana. Menjadi cantik seperti hal yang di agung-agungkan oleh hampir sebagian besar perempuan. Tidak semuanya, buktinya Aileen tidak begitu. Baginya hidup dengan wajah standar tidak masalah, karena dia beruntung memiliki kekasih yang sangat sayang padanya. “Benar kata orang. Tidak ada tempat untuk wanita jelek sepertiku. Anganku terlalu tinggi saat bersamanya yang kukira tulus mencintaiku apa adanya,” gumam Aileen dengan nada putus asa. Segalanya telah Aileen berikan untuk Rio. Tabungan yang ia punya, serta atm dan juga kata sandinya. Saking percaya Aileen terhadap pria itu, dan tak mengira bahwa ia dibodohi selama ini. “Namanya Lenka, dia memang cantik. Siapa yang peduli dengan mulut pedasnya, ataupun sikap buruknya. Yang terpenting, dia cantik, bukan?” Saat itu Aileen menyadari bahwa benar yang Rio katakan, dia hanya terlalu baik. Walau ia lebih suka menyebutnya terlalu bodoh. Aileen lantas teringat akan kartu atm miliknya yang masih ada di tangan Rio, karena saking marahnya ia sampai lupa meminta benda itu dari sang mantan. Alhasil Aileen langsung memeriksa tabungan itu melalui mobile banking dan betapa kagetnya ia ketika baru saja melakukan pemeriksaan saldo. Uang yang selama ini dia kumpulkan dari pemberian orang tuanya, juga dari usahanya berbisnis hilang dan hanya disisakan beberapa ratus ribu saja. Memang ia yang meminjamkan kartu atm itu pada Rio karena waktu itu Rio bilang membutuhkan uang untuk biaya hidupnya sehari-hari. Aileen yang tak pernah sedikitpun perhitungan begitu entengnya percaya dan memberikannya untuk digunakan oleh Rio. “D-Dia mengurasnya?” Meskipun keluarganya berkecukupan tapi tetap saja ia tidak ikhlas jika uang itu diambil oleh Rio sampai habis. Jika hanya untuk uang makan seharusnya tidak sampai menguras tabungan yang isinya tidak sedikit kan. “Argh! Kau bodoh Aileen!!" Lagi-lagi ia yang bodoh. Jelas kesalahan ada padanya karena dia yang memberikan kartu tersebut pada Rio. “Kau sangat payah Aileen!” Kini rasa sakit hati yang ia rasakan berubah menjadi sebuah dendam. Padahal ia hanya menitipkan kartu atmnya pada Rio untuk sebatas jaga-jaga. Karena Rio pernah bilang butuh dana untuk biaya kuliah Pascasarjana. Itupun Rio bilang hanya meminjamnya, takkan memakainya cuma-cuma. Tidak disangka, Rio malah menguras isinya dengan sesuka hati. Lalu ia bingung harus melakukan apa, apakah ia harus menuntut Rio. Namun ia sadar itu adalah kebodohannya sendiri. Dibandingkan sakit hati karena patah hati, kini Aileen lebih merasakan kemarahan dan dendam yang membuncah. “Kau harus mengembalikannya!” Nomor Rio yang telah ia blokir lantas ia buka kembali. Aileen menelepon Rio untuk meminta kembali tabungannya. “Rio kembalikan uangku yang kau ambil!” “Halo, kau si culun itu ya?” Terdengar tawa sumbang dari seorang wanita. Itu pasti Lenka, yang katanya tunangan Rio. “Berikan pada Rio! Aku ingin bicara dengannya!” tegas Aileen dari sambungan telepon. “Uh, kau mengganggu aku yang sedang bercinta dengannya. Telepon lagi nanti, ya.” Sambungannya langsung terputus begitu saja. “B-Bercinta? Apa dia gila?” Saat itu tubuh Aileen sontak layu. Ia terhuyung sambil berpegangan pada tiang lampu jalanan. Orang-orang lalu lalang melewatinya, tapi ia serasa sendirian ditelan rasa sakit yang luar biasa. Apa yang Aileen sempat harapkan? Dia berharap Rio menyesali perbuatannya dan memintanya kembali. Mungkin dengan ia menagih uangnya, Rio akan menyadari nilainya sebagai kekasih. Tapi ternyata dia malah mendengar hal yang menjijikkan. “Jadi Rio sudah tidur dengan wanita itu?” Tak disangka pria yang dulunya selembut sutra saat memperlakukan dirinya. Ternyata amat menjijikkan. Kini takkan pernah Aileen berharap Rio menyadari arti dirinya lagi. Aileen jijik dan sangat benci dengan kelakuan brengsek orang itu. Namun, ia juga tak rela jika harga dirinya diinjak-injak secara hina begitu dengan orang yang dulunya dinafkahi olehnya. "Apa aku pantas mendapatkan ini semua? Apa karena aku bodoh lantas aku boleh menerima rasa sakit ini sendirian?"Keduanya kini kacau balau dengan penampilan yang acak-acakan. Tubuh mereka saling berpelukan dengan napas yang tak teratur. Selepas ciuman panas yang menyiksa, suara desahan memenuhi ruangan kamar dengan cahaya redup kian menambah aroma gairah yang membara diantara keduanya. Albani tak bisa memungkiri, dirinya sudah diliputi hasrat yang tak tertahankan akan Aileen. Albani pernah berpikir, mungkinkah ini hanya sebatas nafsu sebagai pria yang tergoda dorongan sensual dari wanita karena ia normal. Namun semakin lama, Albani makin yakin ini bukan sekedar nafsu sesaat yang akan hilang saat akal sehatnya kembali. Aileen tak begitu cantik, tapi sebenarnya sangat cantik. Ia tak modis, tapi Albani sama sekali tidak peduli akan hal itu. Aileen, bukan wanita yang lemah lembut, ia justru terkadang sangat naif, salah satu sifat yang tak pernah Albani sukai, tapi jika itu Aileen, ia malah berbeda. Albani menerima apa adanya, asalkan wanita itu Aileen Haura, istri kontraknya. Namun kontrak it
"Jangan mengindar lagi, Aileen. Saya ingin kita membicarakan ini serius." Pandangan Aileen mulai samar, kepalanya berdenyut pusing. Mungkin itu efek alkohol yang diminumnya, sehingga membuat Aileen sedikit kehilangan kesadaran. "Em, kita tidak bisa bicara serius saat ini," ucap Aileen. Pipi Aileen memerah, ia mulai gelisah. "Kenapa? Apa kau mulai mabuk?" "Em, mungkin sedikit. Karena itu, bagaimana kalau kita bicarakan hal seriusnya besok saja?" Aileen lalu menyentuh tangan Albani, menempelkan tangan pria itu di pipinya. "Aku mengerti, kita ini suami istri." Albani terhenyak dalam sentuhan tangan Aileen. "Hem, jadi kau mengerti.""Iya, kau suamiku, Al. Aku istrimu." Aileen terkekeh. "Iya, kan. Jadi, malam ini kita tidur bersama, harusnya begitu bukan?" "Ah, kau benar. Suami istri selalu bersama, tidak boleh tidur terpisah.""Hem, kau mau menggendongku ke kamar?" "Apa? Kenapa kau mau digendong?" "Ya, aku selalu ingin digendong oleh pria yang kucintai." Albani memejamkan mata s
Albani pertama kalinya merasa tertarik membuat pesta kejutan. Walau ini tidak bisa dikatakan benar-benar kejutan karena Aileen sudah tau malam itu Albani akan membuat pesta kecil-kecilan di rumah. Hanya saja ada perasaan aneh yang membuat Albani heran dengan dirinya. Padahal selama ini Albani bukan tipikal yang suka dengan pesta, apalagi merayakan ulang tahun. "Entahlah, saya rasa ini karena Aileen baik, mungkin saja begitu," gumam pria itu sambil mendekor ruangan yang disiapkan untuk pesta ulang tahun Aileen. Bahkan Albani sampai melakukannya sendiri, padahal mudah saja jika Albani tak mau repot, ia hanya tinggal menyuruh orang melakukannya. Tapi semua itu beralasan, Aileen pernah bilang ingin sekali diberikan kejutan yang manis dan tulus oleh seseorang. Seperti halnya acara makan malam dengan cahaya lilin, bukan di tempat mewah, melainkan di rumah, dibuat sendiri dekorasinya sesederhana mungkin. "Gadis yang aneh, padahal jujur ini merepotkan," gumam Albani. Tapi apa yang tak bis
"Rio." Rio mengehentikan langkah kakinya. Baru saja ia hendak masuk ke dalam kamar kontrakannya, ia malah mendengar suara tak asing. Suara itu jelas familiar bahkan begitu mendengarnya Rio langsung gemetar. "Rio, aku merindukanmu." Rio meremas telapak tangan, ingatannya mulai kembali pada situasi dimana ia dibuang seperti orang yang tak layak sama sekali. Harga dirinya diinjak-injak oleh wanita itu, seolah ia tak pantas untuk hidup sebagai pria normal lagi semenjak saat itu. Sampai kapanpun ingatan itu akan terus membuat kemarahan Rio terpancing. Ia yang selama ini berusaha bersikap tenang dan tak gegabah, hingga harus mengorbankan perasaan tulusnya terhadap gadis yang dicintainya selama bertahun-tahun demi nafsu sesaat yang justru membelenggunya dalam waktu lama. Setelah bisa terbebas dari itu, sekarang ia malah harus mendengar lagi suara mengerikan wanita itu. "Rio, kenapa kau tak mau berbalik?" tanya wanita itu. Rio tidak menjawab, ia memilih langsung masuk ke kamarnya d
Aileen tidak bisa mentolerir lagi tindakan berani Rio yang sengaja menaruh kue di atas mejanya, bahkan memberikan foto kebersamaan keduanya di masa lalu sebagai alat untuk mengancam. Meskipun saat itu Rio meminta maaf atas tindakan tidak sopannya menceritakan tentang hubungan mereka pada karyawan lain. Tapi tetap saja bagi Aileen itu keterlaluan dan ia tidak tahan lagi. "Bu Aileen, Anda mau kemana?" tanya Hasya, ia mengikuti Aileen yang kelihatan marah lalu pergi keluar ruangan menuju ruangan petugas kebersihan. "Bu, Anda tidak mau menemui Rio, kan?" Kata-kata Hasya itu membuat Aileen mengentikan langkah kakinya. "Memangnya kenapa kalau saya menemui dia?" "Maaf, Bu. Itu sama sekali bukan urusan saya, tapi saya wajib melindungi ibu dari anggapan buruk karyawan lain. Saya mohon, urungkan niat ibu. Kita bisa pikirkan cara lain agar Rio tak perlu lagi berurusan dengan Ibu." Hasya ada benarnya, kalau dia langsung melabrak Rio, yang ada namanya hanya akan semakin buruk. Meskipun ia men
"Cepatlah, kenapa kau dandan lama sekali sih!" Lenka buru-buru mengikuti Rio pergi, keduanya memutuskan untuk membuntuti Rio hari itu. Siapa lagi kalau bukan Marsha, keduanya sekarang menjadi partner untuk satu tujuan yaitu menyingkirkan Aileen. "Kau tau, aku sudah lama sekali tidak bertemu Al, sudah tiga hari dan itu rasanya seperti setahun." "Lalu apa hubungannya dengan berdandan lama, sih, bodoh!" ketus Lenka. Padahal Lenka juga suka berdandan, tapi menunggu Marsha berdandan rasanya sangat menjengkelkan. "Tentu saja ada hubungannya, aku harus tampak cantik di depan Al. Kau tau kan, tak ada yang boleh lebih cantik dari Marsha." Marsha berkata demikian dengan penuh percaya diri. Keduanya sudah berdiri di depan gang rumah kontrakan Rio. Saat itu Rio hendak pergi ke kantor untuk bekerja. "Ayo cepat, kita naik taksi," ujar Lenka mengikuti Rio yang baru saja masuk ke dalam angkutan umum. "Kenapa tidak naik mobilku saja sih!" ketus Marsha. "Kau bodoh atau apa, kalau pakai mobilmu
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Mga Comments