Bram sampai di rumah bundanya sekitar jam sembilan malam. Ia lalu mencari bunda di kamarnya ternyata sudah tertidur dengan lelapnya, lalu ia melangkah menuju kamarnya, dan dilihat Dina sedang menonton televisi.
“Sudah makan malam Din?” tanya Bram.
Dina yang Sedang focus pada televisi akhirnya pun berpaling ke arah suara Bram.
"Eeeh... mas sudah datang, kita semua sudah makan malam,” ucap Dina.
“Mas sudah makan malam?” tanya Dina.
“Sudah... dan semua masalah antara aku dan Ajeng juga untuk sementara ini sudah terselesaikan,” jawab Bram sekalian memberitahukan Dina perihal keadaan Ajeng.
Dina mematikan televisi dan menghampiri Bram yang saat ini sedang menganti pakaiannya. Dina memeluk mesra Bram sebagai rasa syukur dan lega dalam hatinya. Karena walau bagaimana pun hal itu yang selalu dipikirkan oleh Dina. Hanya saja apa yang membuat dirinya lega atas persoalan itu berakhir pun ia tidak tahu.
“Mas pasti lelah sekali yaa?” tanya
Hari ini aku akan mengantarkan Dina ke Dokter kandungan seperti yang ibunda sampaikan pada kami tadi pagi. Setelah bersiap-siap kami pun menemui ibunda untuk pamit.“Bunda, kami berangkat dulu yaa,” ucap ku kepada bunda. “Iyaa Bram, Ingat nanti sampaikan hasilnya pada bunda,” ucap bunda. Kami pun akhirnya berangkat menuju Dokter kandungan. Sepanjang jalan menuju Dokter kandungan aku melihat Dina sepertinya sedang memikirkan sesuatu. Karena dia saat ini terlihat tidak banyak bicara. Apalagi sekarang ini aku memutar lagu favorit nya, biasanya dia akan menyanyi mengikuti alunan musik.Akhirnya kami pun sampai di Dokter kandungan yang di rekomendasi oleh ibunda, yang sangat berharap mantunya agar Dina bisa segera hamil. Kami menuju asisten dokter dengan mengkonfirmasi ulang untuk mendaftar. “Ibu Dina Bramastio silakan masuk,” ucap asisten dokter memanggil nama Dina. Kami pun masuk kedalam dan duduk di hadapan Dokter Spesialis kandungan itu.
Sejak Kejadian semalam aku kembali berpikir tentang yang harus di alami oleh Dina, sekarang ini aku harus menutupi rahasia dari Dina kepada bundaku. Terkadang aku berpikir bagaimana caranya aku akan tetap mempertahankan rahasia ini pada bunda. Rahasia tentang Ajeng terungkap kini rahasia tentang masa lalu Dina yang harus kututupi. Untuk saat ini yang bisa aku lakukan hanyalah mengikuti arus saja. Aku lihat Dina masih tidur disamping ku dengan pakaian tidur yang tipis tanpa mengunakan bra. Dina adalah seorang wanita maniak yang selalu mempunyai banyak cara untuk membuatku setiap saat ingin menjamahnya. Aku akui dirinya sangat mahir dalam urusan ranjang hingga membuat aku tidak berkutik sedikitpun. Sama seperti kemarin, seharusnya aku ke rumah Ajeng tetapi aku habiskan waktuku bersamanya. Dan pagi ini aku akan ke rumah Ajeng untuk menjenguknya dan yang pasti memberikan cinta dan kasih sayang padanya.Segera aku beranjak dari tempat tidurku untuk membersihkan
Aku berusaha memejamkan mataku, tetapi semakin aku memejamkan mataku semakin hilang rasa kantukku. Sesaat aku membayangkan Dina yang mungkin saat ini sedang menikmati dirinya sendiri. Belum sempat khayalanku tentang dirinya berlanjut, tiba-tiba ponselku bergetar. Aku lihat Dina mengirimkan pesan untukku. "Mas, kalau Ajeng telah tertidur...bisa aku vidio call?" Itu isi dari pesan yang aku baca. Lalu aku pun membalasnya dan langsung memakai earphoneku setelah membalas pesannya. Dan benar saja Dina langsung Melakukan panggilan vidio call padaku. Aku langsung pergi dari kamarku menuju ruang tamu, karena jarak antara kamarku dan ruang tamu cukup lumayan. Lalu kami pun melakukan vidio call. “Mas...aku kangen,” ucap Dina dalam sambungan ponsel vidio call. Aku melihat jelas saat ini dia mengunakan baju tidur berwarna merah tipis tanpa mengunakan bra dan kata kangen yang ia katakan sudah dapat ku tafsirkan maksudnya. “Mas...aku ingin melakukan
Hari ini kehamilan ku memasuki usia tujuh bulan. Seperti tradisi yang di biasa dilakukan beberapa masyarakat di kampungku, kalau hari ini aku akan melakukan selamatan atas tujuh bulan kehamilan diriku dan aku sudah meminta paman, bibiku untuk ke rumahku sebagai perwakilan dari kedua orang tuaku yang lama sudah tiada. Segala persiapan telah dilakukan. Acara siraman serta doa akan dipimpin dari wakil orangtua Ajeng. Untuk acara tujuh bulanan ini, kemarin Bram sudah membujuk ibundanya untuk datang pada acara tujuh bulanan kehamilan Ajeng. Menurut Bram ibundanya akan datang, karena hatinya telah luluh ketika ayahnya Bram juga membujuk ibundanya untuk hadir dalam acara tujuh bulanan cucu pertamanya. Tetangga di lingkungan rumah mereka pun telah di undang. Dan untuk konsumsi makanan mereka mengunakan jasa catering. Beberapa saat kemudian, sebuah mobil masuk ke parkir rumah Bram. Dan itu adalah ibunda Bram yang dari awal sedang ditunggu oleh wakil dari orang tua
Sejak kepulangan aku bersama ibunda yang telah menghadiri acara tujuh bulanan Ajeng, membuat Dina menjadi uring-uringan sejak kemarin malam. Aku mengerti sepertinya dia cemburu karena saat ini cinta ibunda telah terbagi untuk Ajeng dan itu penyebab dari dirinya yang uring-uringan dari semalam.Seperti kejadian kemarin malam ketika baru saja aku masuk ke kamar. “Mas Bram, aku ingin cepat hamil...,” ucap Dina merajuk pada diriku ketika baru saja aku memasuki kamar kami. Aku sangat memaklumi kondisinya saat ini. Dina telah mengikuti serangkaian pemeriksaan Dokter yang menyatakan kista didalam rahimnya telah hilang, dan sampai saat ini ia masih meminum obat penyubur yang diberikan oleh Dokter. “Kitakan sudah berusaha sayang jadi kamu harus lebih bersabar,” ucapku sambil memeluk dirinya. “Mas, aku ingin hari ini kita melakukannya berkali-kali agar cairan itu bisa membuahkan hasil,” ucap Dina dengan meraba alat vitalku. Kami pun akhirnya mela
Setelah Bram dan bunda pulang ke rumahnya, Aku kini sedang termenung dalam kesendirianku. Bram yang seharusnya saat ini bersama ku, akhirnya kini bersama Dina. Dikarenakan janji Bram padanya dan aku pun mengalah untuk hal ini, Juga sudah beberapa hari Bram menemani aku pada acara kemarin dan hari ini makan malam yang sungguh membahagiakan untuk diriku. “Belum tidur Jeng?” tanya bibi menghampiri diriku yang saat ini sedang rebahan di tempat tidur. “Belum bi, sini bi kita cerita-cerita,” jawabku sambil mengajak bibi beranjak ke tempat tidurku. Kami pun akhirnya bercerita banyak hal. Terutama wejangan bibi tentang bagaimana cara merawat bayi ketika baru lahir. Dan menurut bibi yang perlu diperhatikan adalah ketika kita merasakan fase baby Blues dimana kita mengalami fase yang tiba-tiba sedih, takut atapun perasaan tidak nyaman dengan diri kita sendiri. Aku mendengar perkataan bibi dengan seksama, karena bagiku bibi adalah penganti ibuku yang tela
Setelah aku melihat vidio yang telah dikirimkan Dina kepada Ajeng, rasanya darahku mendidih dan tidak bisa menahan amarahku padanya. Aku yang kala itu sedang duduk santai menonton televisi di ruang keluarga...berteriak keras memanggil namanya. “Dina...!!!!,” teriakku memanggil namanya.Ibunda yang saat itu ada di ruang keluarga bersamaku sangat terkejut dengan kemarahanku yang tiba-tiba dan sangat keras. Bahkan asisten rumah tangga kami pun sampai berlari kearah suaraku. Aku lihat Dina pun secepatnya berlari kearah ku. “Ada apa mas koq teriak-teriak seperti ini?” tanya Dina bingung melihat aku marah demikian kerasnya. “Ada apa lagi Bram?” tanya bunda melihat kearahku. “Mana ponsel mu!” ucapku pada Dina menahan amarah tanpa mendengarkan ucapan bunda. Dina dengan tenang dan tidak merasa ada masalah langsung menyerahkan ponselnya padaku, dan aku yang masih emosi langsung mencoba melihat di galery atas vidio yang telah dikirim Dina dari
Selama tujuh hari Dina berada di rumah almarhum mamanya bersama Dini adiknya. Mereka kini tinggal berdua karena, ayah mereka telah menikah dengan wanita lain. Aku yang saat itu ikut mengantar jenasah hanyut kedalam kesedihan pula, karena aku melihat mereka seakan-akan sudah tidak punya siapapun. Sewaktu aku dan ibunda berada disana untuk mengantar jenasah, aku melihat Dina dalam kondisi yang sangat terpukul dengan kepergian mamanya, ia bolak-balik pingsan karena tidak bisa menerima kenyataan pahit itu. Bagi Dina orang yang selama ini mengasihinya hanyalah mamanya. Tadi pagi ibunda menghubungi Dini adik dari Dina, dan Dini mengatakan kalau hari ini Dina akan pulang ke rumah bunda. Saat ini kami sedang menunggu kedatangannya, dan untuk keputusanku yang akan menceraikan dirinya belum pernah aku pikirkan kembali sejak kejadian tujuh hari lalu. Ajeng pun telah aku beritahukan masalah itu dan bagi Ajeng itu bukan masalah buat dirinya karena semua keputusan diserahk