Share

Mengelak Tuduhan

Author: Yuni Rosa
last update Last Updated: 2023-05-09 18:28:44

"Ini ... poto siapa Julia! Kok bisa ada poto lelaki lain di ponselmu, apa kamu sedang selingkuh," bentakku sambil menggenggam ponselnya dengan gemetar.

"Eh, anu, bukan Mas. Itu hanya lewat di beranda facebookku, aku juga gak kenal," sahut istriku sambil merampas ponselnya dari tanganku.

Tanpa basa-basi Julia mengutak-atik ponselnya, aku sebenarnya sudah curiga kalau Julia ada apa-apa di belakangku. Karena mengingat ada ibu mertua di rumah, aku mengalah. Aku tak mau ibu tersinggung dengan masalah kami. Aku sengaja menepis semua pikiran negatif dari hatiku. Dan aku tak lagi menanggapinya. Karna tiba-tiba saja Julia menangis, supaya aku percaya bahwa ia tidak sedang berbohong.

"Sumpah deh Mas, aku gak ngapa-ngapain. Itu hanya lewat di berandaku, namanya juga sosmed. Jadi apa aja bisa lewat gitu aja," ungkapnya sembari menggenggam tanganku.

"Untuk kali ini Mas mempercayaimu Julia. Tapi kalo suatu saat kamu ketahuan sama Mas, mungkin Mas gak akan maafkan," tandasku dengan tatapan jauh ke depan tanpa menoleh.

"Ih, apaan sih Mas. Ini nih Julia tadi lagi ngeliat postingan kuliner di f******k Julia. Biar nanti bisa buat sendiri," sambungnya sambil menyodorkan ponselnya ke depanku.

Hari berganti, ibu mertuaku pun datang tepat seperti yang dikatakannya kepada Julia. Aku tak mengerti dengan sikap Julia yang terlalu memaksakan kehendaknya terhadap ibunya sendiri.

Ibu mertuaku sangat rajin sekali, selama di rumah. Ibu mertuaku selalu bersih-bersih, dan membersihkan pekarangan belakang beserta kandang ayamku.

"Ibu, udahlah jangan dipaksain tenaga Ibu. Istirahat aja di rumah, biar Julia yang bersihkan," kataku saat akan pergi bekerja.

"Gak papa kok Nak, di rumah juga Ibu bosan. Gak enak jika Ibu tidak bergerak, mungkin udah kebiasaan di kampung," sahut ibu mertuaku sambil tersenyum.

"Ya udah Bu, kalau capek istirahat ya Bu, Saya pamit kerja dulu Bu," sambungku, sambil menyalim tangan ibu mertuaku.

Akupun berlalu pergi, setelah pamit dari Julia. Aku tak pernah mempermasalahkan atau keberatan jika ibu mertuaku berkunjung lebih lama, karena bagiku itu sebuah penghormatan yang patut aku tunjukkan. Karena setelah menikah, beliau juga adalah orang tuaku. Tinggal bagaimana perlakuan Julia terhadap orang tuaku, karena ayah ibuku sangat jarang datang berkunjung. Paling sekali dalam setahun.

Julia makin terlihat ceria sekali, tiga hari ibu di rumah terlihat Julia sering memakai ponsel ibu. Katanya untuk menjelajah g****e di sana, karena ponselnya Julia ngadat.

"Bu, sini ponselnya aku pakein dulu. Ponselku gak bagus, udah lelet. Nanti aku isiin pulsanya Ibu," pinta Julia ketika akan memakai ponsel ibu.

"Ya udah, itu ambil di tas Ibu. Ibu juga gak ngerti pakai itu, paling Ibu cuma bisa mengangkat kalau ada panggilan masuk," sahut ibu mertuaku sambil memberikan tasnya pada Julia.

Dengan segera Julia mengambil ponsel ibu mertuaku, kemudian pamit untuk mengisikan pulsanya. Ibu mertuaku kemudian melanjutkan bercanda dengan Deta, anakku. Mereka berdua terlihat akrab, ya, Deta memang sangat menyayangi ibu.

Akupun berlalu untuk membereskan ternak ayam-ayamku, di samping pekerjaan utamaku sebagai karyawan kontrak pabrik, aku juga sengaja membuat ternakan ayam. Untuk menunjang ekonomi kami, Alhamdulillah, aku bisa membuat pengaturan panen yang rutin tiap bulannya walaupun hanya sedikit-sedikit.

"Nak, Julia kok belum pulang? Masak perginya lama ya," tanya ibu mertuaku, setelah aku selesai membereskan ternak ayamku.

"Loh, emangnya tadi Julia izin kemana Bu?" sahutku balik bertanya, sambil memasuki pintu dapur.

"Tadi katanya mau belanja keperluan dapur sebentar, tapi udah seharian belum juga pulang," jawab ibu mertuaku.

"Oh, mungkin bentar lagi juga pulang Bu. Kita tunggu aja, kali aja ketemu Ibu-ibu komplek di pasar," kataku, seolah menenangkan pikiran ibu.

"Iya kali ya, Nak, kalau gitu yok ke depan biar Ibu buatin teh untuk kamu sama Deta," ajak ibu, sambil menepuk lembut pundakku.

Akupun beranjak ke ruangan depan, di sana sudah ada Deta yang sedang belajar. Aku baru tau jika Julia pergi sudah seharian, tapi aku bisa menguasai pikiranku. Untuk apa dia pergi selama itu, pikiranku semakin kacau.

"Ini Nak, teh nya. Minumlah, kamu udah capek pulang dari kerja," kata ibu, membuyarkan lamunanku.

"Makasih Bu, Ibu tak pantasnya membuatkan teh untukku. Oh iya, Ibu kok gak ada teh nya?" sahutku, sambil menyeruput teh buatan ibu yang masih panas.

"Ibu memang gak suka terlalu banyak minum teh, tadi pagi juga kan udah minum," jawab ibu mertuaku, sambil sesekali melirik keluar.

"Ya udah Bu, Ibu istirahat aja di dalam. Nanti saya yang nungguin Julia," sambungku lagi.

"Ibu gak bisa tenang Nak, sampai Julia benar-benar pulang. Kalau gak kenapa-napa, ngapain coba Julia selama ini?" kata ibu mertuaku.

"Gak ngapa-ngapain Bu, paling, ya itu tadi saya bilang," ucapku, sembari menatap keluar.

Ibu mertuaku pun beranjak ke dalam rumah, aku juga sedang berfikir sedang apa Julia di luar seharian. Kalau buat belanja saja, gak mungkin seharian. Lagi pula uang dari mana, dengan gajiku yang pas-pasan.

Setelah Magrib Julia pun pulang, aku lihat dia pulang dengan naik taksi. Tak biasanya, istriku pulang atau pergi naik taksi. Paling juga ojek.

"Habis dari mana aja Julia, kata Ibu dari pagi sampai jam segini baru pulang," tanyaku masih dengan nada yang biasa.

"Oh iya Mas, tadi aku belanja keperluan kita trus ketemu sama Ibu Ustadzah di pasar. Eh ngajakin singgah di rumahnya, gak enak Mas buat nolak. Sekalian di rumah beliau banyak orang yang bantu untuk hajatan. Ini aku bawain makanan karena ikutan bantu," serangkaian kata yang dilontarkan Julia, cukup membuatku percaya.

"Trus kok pake taksi, kan bayaran nya mahal," sahutku, sambil beranjak masuk ke dalam rumah.

"Iya Mas, rumah Bu ustadzah agak jauh. Jadi, aku tumpangi taksi," sambungnya lagi, sambil membereskan barang yang dia bawa.

Ibu mertuaku seperti biasanya, tidak mau lagi protes setelah mendengar jalan ceritanya. Karena memang ibu mertuaku takut terkena omelan Julia.

Kami pun makan malam, dengan makanan yang Julia bawa. Tak ada sedikitpun rasa curiga, karena jawaban yang Julia berikan cukup membuatku percaya.

Setelah malam mendera, rasa kantuk mulai melanda. Aku pun segera membaringkan tubuh di atas tempat tidur yang berhadapan dengan ruang tamu.

Tak lama, ponsel ibu mertuaku berdering dan aku tak tau sampai berapa lama. Terlihat ibu pun bingung, karena setelah ibu mengangkat ponselnya, kata ibu suara lelaki. Siapa lagi nelpon malam-malam begini, aku penasaran.

"Julia, kamu dimana? Ini siapa toh, telpon malam-malam," kata ibu mertuaku, sambil pergi menuju dapur.

Ibu beranjak ke belakang, menemui Julia.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istriku Selingkuh Pakai Handphone Mertuaku   Julia datang dan mengharapkan kehadiranku di pernikahannya.

    Sebuah pesan whatsapp pun masuk ke ponselku, sore ini. Aku segera membuka, dan membaca pesan yang ternyata dari Julia. ["Assalamu'alaikum Mas Riyadi, ada di mana sekarang? Kebetulan aku mau ke rumah ..."]Segera aku berlari menjumpai Ririn, untuk memberitahukan kabar ini. Karena aku yakin, inilah kabar yang kami tunggu-tunggu. "Ririn sayang, coba lihat nih. Ada chat whatsapp dari Julia, katanya mau ke rumah sekarang. Gimana ya?" tanyaku, sambil menunjukkan ponselku padanya. "Balas aja Mas, suruh ke sini. Kita ngumpul di sini aja deh," jawab Ririn, dengan ceria. "Iya deh, tapi gak papa kan Rin?" tanyaku balik. "Loh Mas kok nanya gitu sih, bentar lagi kalau kita nikah ,,, rumah Ririn juga jadi rumahnya Mas juga. Kok jadi gitu sih nanyanya?" jawabnya, simpel dan bermakna. "Ya udah Mas balas ya?" saranku, sambil menuliskan sesuatu di sana. ["Waalaikumsalam Julia, Mas sama Ibu dan Deta sekarang di rumah Ririn. Ririn sedang sakit, kamu bisa ke sini ya? Entar kita shareloc aja," pesan

  • Istriku Selingkuh Pakai Handphone Mertuaku   Ririn sembuh dan boleh pulang ke rumah.

    Setelah tiga hari di rawat, Ririn sudah bisa pulang ke rumah dengan sehat. Dan harus jaga pola makan yang teratur, dan jangan melanggar pantangan makanan. Dari dulu, aku sangat tidak suka dengan penyakit yang berkaitan dengan lambung. Karena sangat menyiksa, dan sering terjadi komplikasi. Tapi, syukurlah aku tidak mempunyai riwayat penyakit lambung. Hanya yang ringan-ringan saja. "Ibu mau masak dulu untuk siang ya? Kamu istirahat aja dulu. Ibu nanti nyusul istirahat kalau udah selesai masak," ucap ibu, setelah sampai di rumah. "Iya Bu, aku kangen masakan buatan Ibu. Tapi jangan yang di pantang kan untuk Ririn ya Bu?" seru Ririn sambil tersenyum riang. "Aman tuh Rin, nanti Ibu yang atur. Biar kamu bisa juga makan tanpa masalah," goda ibu, sambil menggoyangkan kuali di tangannya. "Makasih loh Bu, udah mau repot ngerawat Ririn. Ririn janji pasti akan menyayangi Ibu sampai kapan pun," ucap Ririn sambil berjalan kearah ibu, kemudian memeluk tubuh ibu yang sudah tua. "Ya udah, kamu isti

  • Istriku Selingkuh Pakai Handphone Mertuaku   Pov Riyadi.

    Bab 30Pov RiyadiRirin mual, dan tambah lemas. Aku tak mau terjadi apa-apa dengannya. Ya Allah, sembuhkanlah Ririn. Kuatkan dia, kembalikan kesehatannya. Aku berkali-kali membatin memohon kesembuhan untuk Ririn, calon istriku. "Rin, pokoknya sekarang juga kita ke rumah sakit ya? Aku gak mau terjadi apa-apa dengan kamu. Badan kamu lemah," saranku, sambil merangkul tubuh Ririn ke posisi duduk. "Gak usah pake tanya-tanya Riyadi, pokoknya kita bawa sekarang Nak. Takutnya nanti, Ririn kenapa-kenapa, gimana?" desak ibu, sambil memijit punggung Ririn. "Terserah kamu Mas, aku merasa tambah lemah sekarang. Tolong Mas ke kamar, ambilin dompet Ririn sama perlengkapan Ririn ya Mas?" pinta Ririn, dengan nada lemah. Ya, Ririn memang memiliki riwayat asam lambung. Sedikit saja salah makan, akan berdampak buruk bagi lambungnya. Tapi, aku yakin kok Ririn pasti sembuh. Aku segera menuju kamar atas persetujuan Ririn. Dan segera menyiapkan segala perlengkapan untuk di rumah sakit. Jujur saja, aku ta

  • Istriku Selingkuh Pakai Handphone Mertuaku   Mbak Ratna perlahan pulih.

    Dua hari tak bertemu mas Fajar, batinku seolah hampa. Ada rasa yang tidak bisa di ungkapkan dengan kata-kata. Hari ini, adalah hari yang telah aku janjikan untuk bertemu mbak Ratna. Entah mengapa, aku mulai menyayangi mbak Ratna seperti mbak sendiri. Aku pun bersiap, dan kemudian memberikan arahan seperti biasa kepada karyawan restoranku. Aku juga tidak mau ada pikiran yang negatif dari mereka, karna aku sering bepergian. Setelah kurasa sudah klop, aku pun segera pergi. Grabcar pesananku pun tiba di depan halaman restoran sekaligus rumahku. Iya, aku bukan tak punya uang buat beli mobil pribadi untukku. Tapi, aku hanya ingin menyisihkan sejumlah uang untuk kuberikan pada Deta kelak. Dan aku sudah mengalihkan sejumlah uang ke deposito, atas nama Deta. Bagaimanapun, Deta telah lama tak pernah ku rawat. Tak pernah lagi memasak untuknya, tak pernah membelainya sebagai anak semata wayangku. Ini wajar aku lakukan untuk menebus rasa bersalah ku padanya. Tak lama perjalanan yang ku tempuh,

  • Istriku Selingkuh Pakai Handphone Mertuaku   Mbak Ratna mulai sadar dari koma.

    "Baik Julia, aku akan bersikap baik sama Azizah. Aku akan anggap dia sebagai anakku sendiri. Kamu jangan khawatir ya? Apapun pasti aku lakuin untuk kamu," ungkapnya, dengan bibir tersenyum manis. "Oh ya Mas, setelah perlengkapan Nabilla siap, kita harus cepat ke rumah sakit. Takutnya perawatnya udah jenuh, yok?" usulku, kemudian di anggukkan sama mas Fajar. Segera kubantu Azizah membereskan perlengkapan Nabilla, begitu juga dengan pakaian dan susu formula untuk Nabilla. Tampak Azizah begitu bersemangat melakukan tugasnya. Dengan telaten dan penuh kesabaran ia menimang bayi kecilnya mas Fajar. Ia perlahan mengusap kepala Nabilla. Aku jadi bangga punya keponakan yang sangat bijak. Insya Allah, Azizah betah dan baik ke depannya. Amin. "Julia, ayo kita berangkat ke rumah sakit. Nabilla sudah sangat anteng dengan Azizah. Aku ingin bilang sama Ratna kalau Nabilla sudah berada di tangan yang pas," ajak mas Fajar dengan bersemangat. "Oke, sekarang kita berangkat. Aku juga gak bisa lama-la

  • Istriku Selingkuh Pakai Handphone Mertuaku   Aku menemukan pengasuh untuk bayinya mas Fajar.

    Akankah aku yang akan mengurus bayinya mas Fajar? Aku belum sanggup untuk mengurus seorang bayi, apalagi sekarang aku sedang merintis usaha baruku. Mana mungkin aku bisa mengambil alih tugas mbak Ratna sebagai ibunya. Bukan maksudku untuk mengelak, tapi aku masih ingin fokus dengan usahaku. Terlihat mas Fajar suntuk dengan pikirannya, dan tentunya berkaitan dengan kondisi anaknya. Ia enggan memintaku untuk mengurus bayinya, sungguh! Aku belum sanggup. "Julia, bisakah kamu mencarikan untuk bayiku pengasuh?" tanya mas Fajar, sambil duduk terpaku. "Nanti aku carikan Mas, insya Allah. Aku akan usahakan yang terbaik untuk anakmu Mas," ucapku memberikan semangat. "Makasih Julia, Mas sudah gak bisa berfikir normal. Mana Mas harus memperhatikan dan mengurus Ratna, nyusul lagi keadaan anakku yang memang harusnya sudah di rumah, Mas stress banget sayang. Mas gak tau harus apa," keluhnya, sambil tertunduk layu. "Udah Mas gak usah terlalu stress, ingat kerjaan Mas. Kalau Mas sakit, siapa ya

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status