Home / Romansa / Istriku Teman Anakku / Bab 2: Bukan Jual Diri, Tapi…

Share

Bab 2: Bukan Jual Diri, Tapi…

Author: mrd_bb
last update Huling Na-update: 2023-12-20 23:40:56

“Sayang, kamu–” 

Plak!

Lagi-lagi, tamparan dihadiahkan Rachel untuk pria itu. “Aku jijik mendengar panggilanmu!” Dia menatap penuh amarah ke arah Doni yang terdiam dengan kedua pipi memerah. 

Lobi yang semula sepi, kini ramai karena keributan yang diciptakan mereka berdua. Beberapa karyawan yang berjaga mencuri pandang ke arah mereka.

Doni menggertakkan rahangnya. Dia menatap nyalang ke arah Rachel yang baru saja mempermalukannya.

“Wanita tidak tahu diri!!” ujarnya sambil merapatkan gigi. “Kamu pikir, pekerjaan apa yang bisa memberikanmu uang banyak dengan waktu yang cepat? Kamu tidak perlu munafik, Rachel!”

Rachel mengepalkan kedua tangannya kuat-kuat. Dia memang bukan wanita religius, tetapi menyerahkan kehormatannya pada pria hidung belang, terlebih yang tidak dia kenal jelas membuatnya jijik. Dia tak rela disentuh pria hidung belang hanya untuk memuaskan hasrat liar mereka yang tak pernah padam.

“Kamu benar-benar bajingan, Don!”

Pria itu terlihat tak acuh. Alih-alih lelah memaksa Rachel, dia justru semakin gencar mendorong kekasihnya untuk masuk ke jurang dosa. 

“Kamu hanya perlu melayaninya sebentar untuk mendapatkan uangnya, Rachel.” Dia meraih pergelangan tangan kekasihnya dan segera menyeret wanita itu kembali ke arah lift. “Kita harus temui lagi pelangganmu tadi! Jangan sampai kecewakan dia!”

Beruntung, sebelum keduanya mencapai lift–dengan Rachel yang terus memberontak dengan tenaga kecilnya, seseorang menghentikan langkah mereka dengan menarik kerah baju Doni.

“O-om!” Rachel melonjak begitu menoleh dan mendapati Tommy-lah yang lagi-lagi menolongnya.

Merasa tercekik, Doni pun melepaskan genggaman tangannya pada Rachel dan mencoba mengendurkan kekangan di lehernya. 

Sementara itu, kesempatan itu digunakan Rachel untuk berlindung di balik tubuh kekar Tommy. 

 “Brengsek! Siapa kamu?!” katanya sambil memutar tubuh. “Kalau kamu ingin menidurinya, tunggulah setelah dia melayani pelanggan sebelumnya!”

“Anak zaman sekarang, masih muda sudah jadi mucikari.” Tommy berujar dingin. Masih dengan santai, tetapi penuh wibawa, pria itu menunjukkan layar ponselnya ke arah Doni dan berkata, “Pilihanmu hanya dua. Pergi, atau kupanggil polisi.”

** 

“Minum dulu.” Tommy Harnady menyodorkan sebotol air mineral yang baru dibuka tutupnya pada Rachel. Usai menyelamatkan gadis itu sekali lagi tadi, pria itu akhirnya memutuskan untuk membawanya ke kamar yang dia sewa. “Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa kamu bisa berakhir dengan pria tadi?"

Rachel menunduk, malu. Kendati demikian, dia tetap menjawab, "A-aku ditipu kekasihku….”

Kemudian, gadis itu menceritakan seluruh kisahnya mulai dari awal ditipu Doni hingga berakhir nyaris dinodai pria tambun tadi.

Selama bercerita, Rachel begitu merasa nyaman pada gestur Tommy yang benar-benar menyimaknya. Pria dewasa itu tak memotong, tak juga menilainya buruk.

Sikap Tommy yang demikian itulah tanpa sadar membuat Rachel memandangnya lebih dalam. Pembawaannya yang sabar, tegas tetapi penyayang khas bapak-bapak justru membuat Rachel merasakan getaran di hatinya.

‘Ini tidak benar. Mungkin saja dia memiliki istri.’ Rachel mengubur perasaannya yang baru akan tumbuh itu dengan pemikiran-pemikiran logisnya.

Di awal tadi, Tommy bilang dia memiliki anak seusia Rachel. Lagian … mana mungkin sosok seperti Tommy–tampan, perlente, kaya; yang bisa dilihat dari setelan pakaian juga jam yang melingkar di tangannya–ini masih sendiri, kan?

‘Pasti banyak wanita yang mengejarnya.’ Lagi, Rachel berdialog sendiri dengan dirinya.

Tanpa gadis itu sadari, ketika dia asyik dengan pemikirannya sendiri … Tommy tengah menatapnya dengan dalam.

Begitu sadar tengah diperhatikan pria itu, refleks Rachel menunduk. Dia menyembunyikan rona merah muda di pipinya.

“Sudah malam, akan lebih nyaman kalau kamu pulang besok pagi.” Tommy menaruh gelas berisi air putih yang tadi dia minum. Gerakannya tak luput dari pandangan Rachel. “Kamar hotel ini ada dua. Kamu bisa pakai kamar satunya,” ujarnya sembari menunjuk sebuah kamar.

Rachel nyaris saja memalukan dirinya sendiri, sebab dia sudah akan menawarkan diri untuk tidur di lantai. Namun, dia bersyukur … karena itu berarti dia tidak harus berada di satu kamar yang sama dengan pria yang sedari tadi terus memberikan getaran di hatinya.

“Iy-iya Om, terima kasih.” Gadis cantik itu pun beranjak dari duduknya, menuju ke kamar yang tadi ditunjuk Tommy.

Sesampainya di kamar dan merebahkan diri, pikirannya penuh. Bayangan dia yang akan di-DO dari kampus terus-terusan berputar. Hari ini, seharusnya dia mendapatkan uang untuk membayar tunggakan uang kuliahnya. Bayangan ayah dan ibunya yang berharap dia lulus sebagai sarjana teknik pun membayang.

Tak ketinggalan, perkataan Doni pun terngiang. “Tidak usah munafik, Rachel…. Kamu hanya perlu melayaninya sebentar….”

Kemudian, entah keberanian dari mana, Rachel pun kembali keluar dari kamarnya dan mengetuk kamar Tommy.

Tok. Tok. Tok.

“Om, ini Rachel,” cicitnya dengan suara bergetar. 

Tak lama, suara kunci diputar terdengar dan pintu kemudian terbuka. Sejenak, gadis itu terpana melihat penampilan Tommy yang begitu segar sehabis mandi.

Pria itu masih memakai kimono, harum sabun dan shampoo pun menguar, membuat Rachel refleks menelan saliva. 

“Ada apa, Rachel?” Suara bariton Tommy menyadarkan Rachel akan tujuannya.

“A-aku tidak bisa tidur.” Rachel memainkan jarinya, memilin-milin ujung baju yang dia kenakan untuk mengusir ragu dan malu. “Apa boleh, kalau Rachel tidur dengan Om?”

Beberapa detik setelahnya, tak ada suara. Mungkin, Tommy sedang berpikir. Sementara Rachel, tak berani mengangkat pandangannya sebab penampilan pria itu yang begitu menggiurkan baginya.

Namun tak lama, pria itu bergeser dan melebarkan pintu kamarnya. “Masuklah.”

Ragu-ragu, Rachel melangkah. Alih-alih menuju ranjang, gadis itu justru menuju kursi panjang yang berada di kamar itu. 

“Aku kira, kamu ingin tidur di ranjang bersamaku.”

Langkah Rachel terhenti sebelum mencapai sofa yang dia tuju. Rasanya, jantung Rachel berhenti berdetak mendengar kalimat itu.

“Aku tidak mau dicap pelakor, Om.” Rachel mencoba mengulas senyum, meski butiran keringat mulai muncul di dahinya. 

“Tenang, aku bukan pria beristri,” ujar Tommy. “Sudah hampir 10 tahun menduda.”

Mendengar hal itu, Rachel merasa lega. Setidaknya, jika dia mengambil jalan ini … dia tahu kepada siapa dia menyerahkan diri.

“B-begini, Om.” Rachel memberanikan diri menatap Tommy yang menunggunya berbicara. “A-aku butuh uang. Sebagai gantinya, Om boleh menikmati tubuhku malam ini.”

Jantung gadis itu nyaris saja copot, sebab rasanya sulit sekali mengungkapkan hal tadi. Dia takut Tommy melabelinya gadis nakal yang kerap menjajakkan diri demi uang. Namun, dia tak punya pilihan, sebab kuliahnya sangat penting dan harus dilanjutkan.

Adrenalin gadis itu kian memacu, terlebih saat ini pria di hadapannya masih menutup rapat mulutnya dengan tatapan mengarah kepada Rachel.

‘Apa Om Tommy marah?’ Rachel berpikir dalam hati. “Om, maaf kalau aku lancang. Kalau begitu … tidak usah dipikirkan, aku–”

“Berapa uang yang kamu butuhkan?” 

Tiba-tiba, pria itu berujar tepat ketika Rachel baru akan memutar tubuh dan kembali ke kamarnya. 

“Lima belas juta, Om.” Rachel bercicit. Nominal itu disebut sesuai dengan jumlah yang memang gadis itu perlukan.

Dia tidak berencana menjual diri, tetapi … hanya inilah satu-satunya cara cepat mendapatkan uang, sebab besok bagian keuangan pasti akan menagihnya untuk terakhir kali.

“200 juta.” Tommy berujar dengan tatapan mengarah kepada Rachel yang memelotot tak percaya. “Ini yang pertama untukmu, kan?”

Ya Rachel memang masih perawan! Tetapi … dia tidak menyangka, seseorang dengan suka rela menggelontorkan uang ratusan juta hanya untuk mendapatkan keperawanannya.

“A-aku….”

mrd_bb

Bersambung....

| 2
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Istriku Teman Anakku   Bab 351: Berubah jadi Keluarga Besar

    Pernikahan sederhana pun di gelar, Dea menolak saat Atiqah mau merayakannya, dia sangat menjaga perasaan Atigah yang hamil tua ini. Baginya Atiqah tetap ‘Ratu’ dalam rumah tangga mereka.Termasuk menolak bulan madu kemanapun dengan Aldi.“Dirumah saja Bang, bisa-bisa Abang lah atur kapan mau gauli Dea,” bisik Dea hingga Aldi tersenyum mengiyakan, sekaligus salut dengan istri keduanya ini.Usai menikah, Aldi yang di minta Atiqah mendatangi kamar Dea garuk-garuk kepala, karena si gemoy Kimberly ternyata selama ini selalu minta ditemani tidur ibu sambungnya ini.Si bungsu yang bentar lagi akan diambil alih posisinya oleh adiknya yang segera lahir memang kolokan.Sampai seminggu usai menikah, Aldi dan Dea belum juga belah duren, Atiqah yang tahu itu tertawa dan sarankan keduanya ke apartemen atau ke hotel bulan madunya.Apalagi Atiqah sudah tak kasih jatah lagi, karena dokter masih melarang keduanya berhubungan, untuk jaga kandungannya.Hingga Aldi yang sudah naik spanning, akhirnya dapat

  • Istriku Teman Anakku   Bab 350: Atiqah Melamar Dea Buat Aldi

    “Ja-jangan Bang, nanti kebla-blasan,” terdengar suara Dea gemetaran. Antara suka dan takut melanda hatinya.“Maaf…!” Aldi pun kini duduk tenang lagi di setirannya, keduanya sama-sama membisu, namun suara hati tak bisa bohong. Dea sangat bahagia..!Tapi, akal sehat Dea langsung jalan, pria di dekatnya ini pria…beristri dan punya 3 anak! Diapun sudah anggap Atiqah kakaknya dan dekat dengan Nissa, Dilan dan Kimberly. Masa iya dia nekat jadi pelakor?“Dea…seandainya Abang ambil kamu istri, maukah kamu menerimanya?” Kini Aldi tanpa aling-aling ajukan lamaran ke Dea.Mata Dea langsung terbelalak, ini benar-benar diluar nurul baginya. Pria yang diam-diam dia sukai dan kagumi saat ini, di tengah jalan yang macet, justru melamarnya jadi istri kedua!“Bang, j-jangan….bagaimana kalau ka Atiqah tahu, kasian beliau, mana hamil tua lagi!” ceplos Dea, untuk redakan hatinya yang kebingungan.“Justru yang meminta aku melamarmu dia sendiri…!” sahut Aldi kalem. Lagi-lagi ucapan ini membuat Dea terbelal

  • Istriku Teman Anakku   Bab 349: Perlahan Cinta Itu Datang

    Semenjak hamil anak kedua, Atiqah harus membatasi berhubungan dengan suaminya, dokter melarang keduanya terlalu sering kumpul.“Kandungan yang kedua ini agak rentan, jadi harus di jaga benar-benar apalagi di usia ibu begini,” kata dokter kandungan langganan keduanya beri peringatan. Mau tak mau Atiqah pun kadang kasian dengan Aldi, yang terlihat menahan libidonya saat mereka bersama. Karena tak bisa lagi bergaya ‘liar’ seperti kebiasan mereka saat bercinta.Kini Atiqah sudah menerima Nissa sebagai anak sulung dalam keluarga mereka, Atiqah juga sudah kenal dengan Dea, yang di tampung sementara, untuk hilangkan trauma di tempat asalnya [Makasar].Nissa dan Dea yang sering dipanggilya ‘Kak Dea’ makin akrab tentu saja tak pernah menduga, kalau Aldi bukan pria sembarangan.Nissa yang semula agak ‘ragu’ dengan Aldi, kini bangga tak terkira, ayah kandungnya, selain tampan juga seorang crazy rich.Apalagi setelah dia kenal dua adiknya, Dilan dan Kimberly yang langsung cocok dengannya, belu

  • Istriku Teman Anakku   Bab 348: Marsha Serahkan Hartanya

    Ditemani Aldi, Dea menjenguk Marsha yang kini koma di rumah sakit, sepintas Dea dan Aldi sudah paham, agaknya sulit bagi Marsha sembuh.Kondisi Marsha makin memprihatinkan dari hari ke hari, dokter sudah berkali-kali lakukan berbagai upaya, untuk selamatkan Marsha.Namun kondisinya tak tak banyak perubahan.“Mabuk akibat alkohol ditambah cekikan yang mematikan penyebabnya,” kata dokter yang merawat Marsha menjelaskan ke Aldi dan Dea, yang saat ini menjenguknya, ini yang ke 3 kalinya.Tiba-tiba datang seorang perawat dengan tergopoh-gopoh. “Dok pasien sadar, tapi kondisinya makin menurun!” seru seorang perawat.Lewat kaca Aldi dan Dea melihat Marsha yang kembali di beri pertolongan darura. Bahkan dokter sampai menggunakan alat kejut jantung untuk memberikan pertolongan pada Marsha.Dokter lalu beri kode pada perawat, seakan minta Aldi dan Dea masuk ke ruangan perawatan ini. Sepertinya dokter sudah merasa, Marsha sulit tertolong.“Pak, kayaknya ibu Marsha mau menyampaikan sebuat pesan,

  • Istriku Teman Anakku   Bab 347: Dea Anak Mas Bram

    Aldi kini sudah di jalan raya dan ikuti kemana mobil Marsha dan teman prianya meluncur. Tapi Aldi merasa aneh, kenapa keduanya terlihat bertengkar di dalam mobil tersebut.Itu terlihat dari siluet kaca mobil keduanya, sehingga Aldi heran sendiri, apa yang mereka pertengkarkan.Tiba-tiba di sebuah jalan yang sepi, mobil tersebut berhenti dan tak lama kemudian Aldi kaget bukan main, saat melihat tubuh Marsha yang setengah mabuk di dorong keluar dari mobil tersebut.Dan si teman prianya tadi tancap gas meninggalkan Marsaha begitu saja di sisi jalan.Aldi langsung pinggirkan mobilnya dan dia kaget bukan main, Marsha pingsan dan lehernya seperti baru tercekik.Aldi buru-buru angkat tubuh Marsha dan membawanya ke rumah sakit terdekat. Dia tak paham apa masalahnya, hingga Marsha dan teman lelakinya itu bertengkar hebat dan Marsha kini kritis akibat cekikan tersebut, sampai berbusa mulutnya.Pertolongan darurat pun diberikan saat sampai di IGD, Aldi langsung kontaknya temannya di Polda dan

  • Istriku Teman Anakku   Bab 346: Rahasia di Balik Kematian Athalia dan Suaminya

    Penasaran siapa istri mas Bram sebelumnya, suami dokter Athalia, Aldi pun mulai selidiki wanita itu, benarkah terlibat dalam kecelakaan maut bekas kekasihnya itu.Aldi pun sementara titip Nissa ke bibinya, dia hanya beralasan ada yang di urus di kantornya.“Nanti setelah urusan papa beres, kamu ikut papa ke Jakarta dan tinggal dengan mama dan adik-adikmu yaa?” Aldi bujuk anak sulungnya ini, Nissa pun mengangguk.Hubungan keduanya cepat akrab, selain ada hubungan darah, Nissa yang kini berusia 10 tahun jelang 11 tahun mulai paham soal masalalu mama nya dan ayah kandungnya ini.Dia malah tak sabaran ingin jumpa kedua saudaranya serta ibu sambungnya. Aldi pun plong, dia mulai selidiki mantan istri mas Bram, jiwa petualangannya bangkit saat tahu kematian Athalia dan Mas Bram tak wajar.Tak sulit bagi Aldi ketahui di mana alamat wanita yang pernah jadi istri Mas Bram tersebut.“Wanita ini bernama Marsha, profesinya selebgram, dia suka dugem, inilah yang bikin Mas Bram dulu menceraikannya,

  • Istriku Teman Anakku   Bab 345: Kecelakaan Athalia Tak Wajar

    Aldi menatap gundukan tanah merah, jasad dokter Athalia baru saja dimakamkan berdampingan dengan mendiang suaminya, yang tewas di tempat kejadian kecelakaan.Mobil mereka menghantam sebuah truk tronton, Aldi sudah melihat kondisi mobil yang ringsek berat di kantor Polres setempat.Dia sempat memejamkan mata, karena mobil SUV yang rusak berat ini ternyata pemberiannya dahulu buat Athalia.“Maafkan aku Athalia…mobil ini justru bawa celaka buatmu dan suamimu!” batin Aldi sambil hela nafas panjang, sekaligus menatap pilu Nissa yang menangisi kepergian ibunda dan ayah sambungnya.Nissa terus meratapi kepergian Athalia yang tragis, Aldi pun tak tega meninggalkan gadis kecil ini, yang dikatakan Athalia anaknya, darah dagingnya bersama dokter cantik tersebut.Masih terngiang ditelinganya, di saat terakhir di rumah sakit Athalia bilang, setelah berpisah dengan Aldi dia hamil Nissa.“Pantas…wajahnya mirip sekali dengan Kimberly…ternyata Nissa kakaknya sendiri, juga kakaknya Dilan beda ibu…!” pi

  • Istriku Teman Anakku   Bab 344: Buah Masalalu Bersama Athalia

    Setelah puas berlibur di vila mewah ini, keluarga besar Harnady kembali ke Jakarta. Aldi langsung boyong anak-anak dan istrinya ke rumah mewah yang hampir 3 tahunan ini tak pernah ia tempati.Atiqah ternyata masih subur di usia 39 tahunan, setelah 3 bulan, wanita cantik ini kembali muntah-muntah.Setelah di bawa ke dokter, Dilan dan Kimberly bersuka cita, mereka bakalan punya adik baru. Atiqah ternyata hamil lagi anak kedua setelah Kimberly.Hamil di usia rentan membuat Aldi ekstra jaga kesehatan Atiqah. Dia tak mau kenapa-kenapa dengan istrinya, yang beda usia 9 tahun dengannya.Kebahagiaan menaungi keluarga kecil ini.Tapi perjalanan waktu itu ada siang dan malam, ada sedih ada bahagia, demikianlah semua itu datang silih berganti.Dan…Aldi punya masalalu yang harus dia tuntaskan.Suatu hari Aldi harus ke Makasar, untuk meninjau anak perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan emas dan kini sudah diserahkan Gibran untuk Aldi kelola di sana.Dia dapat kabar ada insiden yang mengak

  • Istriku Teman Anakku   Bab 343: Dilan Balas Dendam

    Dilan hanya terdiam saat Atiqah menjelaskan pelan-pelan, kalau selama ini papanya tidak pernah meninggalkan mereka. Justru Atiqah-lah yang meninggalkan ayahnya.“Jadi mama donk yang salah, bukan papa?” sahut Dilan, Atiqah pun mengangguk dan bilang dulu itu ada kesalah pahaman.“Nanti kalau Dilan dah gede, paham apa itu kesalah pahamannya yaah, sekarang Dilan harus temui papa dan harus segera minta maaf. Kasian papa kamu sejak kemarin ingin meluk Dilan…masa nggak mau di peluk papa seperti adik Kim?”Dilan pun melihat di kejauhan papanya asyik ajarin Kimberly main golf.Dengan perlahan Dilan mendekati ayahnya dan Kimberly yang asyik di ajari main golf. Kimberly agaknya menyukai olahraga ‘mewah’ ini dan Aldi dengan senang hati ajari gadis cantiknya ini.Aldi melirik anaknya yang terlihat ragu mendekatinya. Namun Aldi paham, sebagai orang tua, dia harus mendahului sapa anaknya. Dilan masih rada malu, karena bersikap sinis dengan ayahnya ini.“Kamu mau main golf juga Dilan?” tanya Aldi sam

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status