Rachel yang tengah butuh uang untuk melunasi tunggakan kuliah justru dijual oleh kekasihnya pada hidung belang. Beruntung seseorang datang menolongnya di waktu yang tepat. Namun, sesuatu yang mendesak membuat Rachel tidak punya pilihan lain … selain menyerahkan mahkotanya pada si pria penolong yang diketahui bernama Tommy Harnardi. Pria itu bahkan rela membayar 200 juta untuk semalam. Sayang, Rachel tidak tahu siapa sebenarnya Tommy Harnardy. Ketika mengetahui pria itu adalah ayah dari sahabatnya sendiri, dia begitu terkejut. Kebimbangan wanita itu semakin berlipat kala mengetahui di perutnya telah tumbuh seorang anak, hasil dari hubungan satu malam itu. Lantas, bagaimana keputusan Rachel? Akankah dia meminta pertanggungjawaban Tommy dan bersedia menjadi ibu sambung dari sahabatnya?
Lihat lebih banyak“Om, aku bukan wanita seperti yang om kira. Aku gadis baik-baik!”
Rachel mengiba sambil berjongkok di ujung ranjang kamar hotel mewah ini. Di hadapannya, seorang pria hidung belang tengah menatapnya dengan mata berkabut gairah.
Kehormatannya dalam bahaya, usai dia dikhianati kekasihnya sendiri. Kekasih yang dia kira akan memberinya pekerjaan, nyatanya malah menjualnya pada pria tambun yang ada di depannya saat ini.
“Dengar, cantik. Kamu ini sudah dijual kekasihmu pada Om. Lagipula, uang 15 juta bisa kamu bawa pulang setelah ini. Jadi, jangan menolak.”
Setelahnya, tanpa menunggu Rachel menjawab, pria itu bergerak menarik tubuh mungilnya. Dia mencoba melawan, tetapi cengkeraman pria itu di bahunya begitu kuat, hingga kemudian terdengar suara robekan.
Brettt!
Bahu mulus milik Rachel terekspos, membuat tatapan penuh gairah pria itu semakin menjadi, bak serigala yang lapar dan telah menemukan mangsanya.
Rachel mundur tatkala pria itu terus memangkas jarak. Seringai pria itu, juga tatapannya yang sungguh mesum membuat dia semakin takut.
“J-jangan, Om–”
“Sudahlah, cantik. Berhenti bermain-main, turuti saja kemauan Om.”
Pria itu membekap mulut Rachel, menghalaunya untuk mengeluarkan suara. Dia bahkan sulit untuk bernapas. Sementara itu, pria itu masih terus berusaha mengungkungnya, juga membawanya ke atas ranjang.
Rachel mencoba memberontak, tetapi tenaga dari tubuh mungilnya tak seberapa jika dibandingkan bobot pria tambun itu. Berpikir sejenak, dia pun teringat satu serangan pamungkas yang sering dia lihat di televisi.
Menghitung dalam hati, Rachel pun segera mengangkat kaki dan diarahkannya dengan sekuat tenaga ke sela-sela kaki pria itu.
Bugh!
“Argh, wanita sialan!!” Si pria tambun itu berteriak. Refleks, belitannya pada tubuh Rachel terlepas.
Melihat kesempatan emas untuk kabur, Rachel pun bergegas menuju pintu kamar hotel. Namun, pria yang masih kesakitan itu berteriak pada beberapa orang yang tengah berjaga di luar kamarnya. “Halau dia.. Jangan sampai wanita itu lolos!”
Melawan satu pria saja, rasanya Rachel tak akan mungkin menang. Apalagi sekarang, melawan dua pria sekaligus yang memegangi tangannya satu per satu. Tubuhnya yang memberontak tak menghalau mereka menyeretnya kembali ke kamar.
Tak ingin kembali masuk ke kandang pria hidung belang itu, Rachel pun berteriak sekuat tenaga.
“Tolong! Siapa pun tolong saya!” Beruntung, tak berlangsung lama … Rachel melihat ada seorang pria sedang berjalan di lorong kamar hotel ini. Tak pikir panjang, dia pun kembali berteriak dengan lantang. “Pak, tolong, Pak. Saya mau diperkosa!”
Gerakan dua pria yang mencekalnya terasa berhenti sesaat. Terlebih saat Rachel melihat pria yang dia teriaki tolong itu menatap ke arah mereka dengan pandangan curiga.
Entah karena tak ingin terlihat lebih mencurigakan, kedua penjaga itu memaksa Rachel untuk berdiri dengan tangan yang masih dipegang erat oleh mereka.
“Apa yang kalian lakukan pada gadis itu?”
Saat pria yang diharapkan Rachel bisa menolongnya itu mendekat, tiba-tiba pria hidung belang yang membelinya muncul. “Siapa yang berani ikut campur dengan urusanku?!” ujarnya sambil tertatih-tatih. “Apa kamu tidak tahu kalau aku–”
Kalimat pria tambun itu tertahan saat melihat siapa yang menegur anak buahnya barusan.
Rachel pun menyadari perubahan itu. Wajah pria itu yang semula beringas dan penuh amarah mendadak padam. Sebaliknya, si pria tampan penolongnya, justru terlihat mulai paham apa yang terjadi.
Tak ada raut takut, atau kaget, pria itu justru semakin mendekat dengan langkah dan ekspresi yang tenang. Anehnya, ketenangan pria itu justru membuat pria hidung belang dan kawanannya semakin menciut.
“Hei, bodoh! Cepat lepaskan dia!” Tiba-tiba, pria tambun yang semula begitu enggan melepas Rachel, justur memerintahkan anak buahnya hal yang bertolak belakang. “T-tuan, ini hanya kesalahpahaman.”
Pria tambun itu bahkan membungkukkan tubuhnya–pertanda hormat, usai berkata demikian, sebelum kemudian pergi tanpa banyak negosiasi lagi.
Entah apa yang membuat om mesum itu mau melepasnya dengan suka rela, dan mudah. Namun, melihat raut ketakutan di wajah om mesum itu saat melihat pria penolongnya, Rachel mengembuskan napas lega.
“Sekarang, kamu sudah aman.”
Rachel menoleh ke arah pria baik itu. Namun sayang, pria itu telah berbalik hendak meninggalkannya.
“Om, tunggu.” Dia memberanikan diri mengejar pria itu, kendati rasa malu masih menyergahnya. “S-saya dijebak. Kekasih saya menjual saya pada pria itu.”
Bahu pria itu terlihat menegang. Dia yang sudah berpaling lantas kembali memutar tubuh dan kembali menatap Rachel.
Tahu kondisi bajunya tak lagi sempurna, dengan kedua tangannya dia lantas menahan robekan bajunya.
Selama beberapa detik, Rachel dibuat jantungan. Sebab pria itu tak bereaksi selain menatapnya penuh selidik.
“Pakai ini untuk menutupi bahumu.” Kemudian, pria itu melepas jas yang dikenakannya dan menyerahkannya pada Rachel. "Pakaianmu yang robek bisa mengundang pria hidung belang lainnya, Nona."
Semula, Rachel ingin menolak uluran jas itu. Namun, memikirkan perkataan pria itu ada benarnya … dia pun menerima dan lekas memakainya. "T-terima kasih, Om, karena sudah menyelamatkanku. Aku tidak tahu apa jadinya kalau–”
“Namaku Tommy.” Pria itu menatap ke arah Rachel yang masih menunduk. “Melihatmu, agaknya kamu seusia dengan anak sulungku. Berapa usiamu?”
Rachel menaikkan pandangan, dan tatapannya bertemu dengan tatapan pria tampan itu. Sesaat, dia agak menyangsikan pengakuan Om Tommy perihal usianya. Sebab, pria yang ada di hadapannya ini masih terlihat begitu muda, tak terlihat seperti om-om yang telah memiliki anak sebesar dirinya.
Namun, tak ingin terlena terlalu lama … Rachel pun memutus pandangan dan kembali menundukkan kepala. "Nama saya Rachel, Om. Saya baru 20-an tahun.”
Pria itu mengangguk, kemudian bersiap memutar kembali tubuhnya. “Mari, kuantar kamu ke bawah. Sudah terlalu malam untuk gadis seusiamu pulang.”
Rachel mengiyakan, dia merasa akan lebih aman jika ‘dikawal’ oleh Om Tommy, karena takut pria hidung belang tadi masih menunggunya di dekat sini.
Sesampainya di lobi, mereka pun berpisah. Tommy melenggang menuju resepsionis, sementara Rachel menghampiri sesosok pria yang menjadi dalang dari kemalangannya malam ini.PLAK!
Sebuah tamparan melaju dengan cepat dan keras di pipi pria tersebut. Kemarahan Rachel padanya benar-benar tak terbendung lagi.“Kamu memang pantas dapat tamparan itu, Berengsek!”
Pernikahan sederhana pun di gelar, Dea menolak saat Atiqah mau merayakannya, dia sangat menjaga perasaan Atigah yang hamil tua ini. Baginya Atiqah tetap ‘Ratu’ dalam rumah tangga mereka.Termasuk menolak bulan madu kemanapun dengan Aldi.“Dirumah saja Bang, bisa-bisa Abang lah atur kapan mau gauli Dea,” bisik Dea hingga Aldi tersenyum mengiyakan, sekaligus salut dengan istri keduanya ini.Usai menikah, Aldi yang di minta Atiqah mendatangi kamar Dea garuk-garuk kepala, karena si gemoy Kimberly ternyata selama ini selalu minta ditemani tidur ibu sambungnya ini.Si bungsu yang bentar lagi akan diambil alih posisinya oleh adiknya yang segera lahir memang kolokan.Sampai seminggu usai menikah, Aldi dan Dea belum juga belah duren, Atiqah yang tahu itu tertawa dan sarankan keduanya ke apartemen atau ke hotel bulan madunya.Apalagi Atiqah sudah tak kasih jatah lagi, karena dokter masih melarang keduanya berhubungan, untuk jaga kandungannya.Hingga Aldi yang sudah naik spanning, akhirnya dapat
“Ja-jangan Bang, nanti kebla-blasan,” terdengar suara Dea gemetaran. Antara suka dan takut melanda hatinya.“Maaf…!” Aldi pun kini duduk tenang lagi di setirannya, keduanya sama-sama membisu, namun suara hati tak bisa bohong. Dea sangat bahagia..!Tapi, akal sehat Dea langsung jalan, pria di dekatnya ini pria…beristri dan punya 3 anak! Diapun sudah anggap Atiqah kakaknya dan dekat dengan Nissa, Dilan dan Kimberly. Masa iya dia nekat jadi pelakor?“Dea…seandainya Abang ambil kamu istri, maukah kamu menerimanya?” Kini Aldi tanpa aling-aling ajukan lamaran ke Dea.Mata Dea langsung terbelalak, ini benar-benar diluar nurul baginya. Pria yang diam-diam dia sukai dan kagumi saat ini, di tengah jalan yang macet, justru melamarnya jadi istri kedua!“Bang, j-jangan….bagaimana kalau ka Atiqah tahu, kasian beliau, mana hamil tua lagi!” ceplos Dea, untuk redakan hatinya yang kebingungan.“Justru yang meminta aku melamarmu dia sendiri…!” sahut Aldi kalem. Lagi-lagi ucapan ini membuat Dea terbelal
Semenjak hamil anak kedua, Atiqah harus membatasi berhubungan dengan suaminya, dokter melarang keduanya terlalu sering kumpul.“Kandungan yang kedua ini agak rentan, jadi harus di jaga benar-benar apalagi di usia ibu begini,” kata dokter kandungan langganan keduanya beri peringatan. Mau tak mau Atiqah pun kadang kasian dengan Aldi, yang terlihat menahan libidonya saat mereka bersama. Karena tak bisa lagi bergaya ‘liar’ seperti kebiasan mereka saat bercinta.Kini Atiqah sudah menerima Nissa sebagai anak sulung dalam keluarga mereka, Atiqah juga sudah kenal dengan Dea, yang di tampung sementara, untuk hilangkan trauma di tempat asalnya [Makasar].Nissa dan Dea yang sering dipanggilya ‘Kak Dea’ makin akrab tentu saja tak pernah menduga, kalau Aldi bukan pria sembarangan.Nissa yang semula agak ‘ragu’ dengan Aldi, kini bangga tak terkira, ayah kandungnya, selain tampan juga seorang crazy rich.Apalagi setelah dia kenal dua adiknya, Dilan dan Kimberly yang langsung cocok dengannya, belu
Ditemani Aldi, Dea menjenguk Marsha yang kini koma di rumah sakit, sepintas Dea dan Aldi sudah paham, agaknya sulit bagi Marsha sembuh.Kondisi Marsha makin memprihatinkan dari hari ke hari, dokter sudah berkali-kali lakukan berbagai upaya, untuk selamatkan Marsha.Namun kondisinya tak tak banyak perubahan.“Mabuk akibat alkohol ditambah cekikan yang mematikan penyebabnya,” kata dokter yang merawat Marsha menjelaskan ke Aldi dan Dea, yang saat ini menjenguknya, ini yang ke 3 kalinya.Tiba-tiba datang seorang perawat dengan tergopoh-gopoh. “Dok pasien sadar, tapi kondisinya makin menurun!” seru seorang perawat.Lewat kaca Aldi dan Dea melihat Marsha yang kembali di beri pertolongan darura. Bahkan dokter sampai menggunakan alat kejut jantung untuk memberikan pertolongan pada Marsha.Dokter lalu beri kode pada perawat, seakan minta Aldi dan Dea masuk ke ruangan perawatan ini. Sepertinya dokter sudah merasa, Marsha sulit tertolong.“Pak, kayaknya ibu Marsha mau menyampaikan sebuat pesan,
Aldi kini sudah di jalan raya dan ikuti kemana mobil Marsha dan teman prianya meluncur. Tapi Aldi merasa aneh, kenapa keduanya terlihat bertengkar di dalam mobil tersebut.Itu terlihat dari siluet kaca mobil keduanya, sehingga Aldi heran sendiri, apa yang mereka pertengkarkan.Tiba-tiba di sebuah jalan yang sepi, mobil tersebut berhenti dan tak lama kemudian Aldi kaget bukan main, saat melihat tubuh Marsha yang setengah mabuk di dorong keluar dari mobil tersebut.Dan si teman prianya tadi tancap gas meninggalkan Marsaha begitu saja di sisi jalan.Aldi langsung pinggirkan mobilnya dan dia kaget bukan main, Marsha pingsan dan lehernya seperti baru tercekik.Aldi buru-buru angkat tubuh Marsha dan membawanya ke rumah sakit terdekat. Dia tak paham apa masalahnya, hingga Marsha dan teman lelakinya itu bertengkar hebat dan Marsha kini kritis akibat cekikan tersebut, sampai berbusa mulutnya.Pertolongan darurat pun diberikan saat sampai di IGD, Aldi langsung kontaknya temannya di Polda dan
Penasaran siapa istri mas Bram sebelumnya, suami dokter Athalia, Aldi pun mulai selidiki wanita itu, benarkah terlibat dalam kecelakaan maut bekas kekasihnya itu.Aldi pun sementara titip Nissa ke bibinya, dia hanya beralasan ada yang di urus di kantornya.“Nanti setelah urusan papa beres, kamu ikut papa ke Jakarta dan tinggal dengan mama dan adik-adikmu yaa?” Aldi bujuk anak sulungnya ini, Nissa pun mengangguk.Hubungan keduanya cepat akrab, selain ada hubungan darah, Nissa yang kini berusia 10 tahun jelang 11 tahun mulai paham soal masalalu mama nya dan ayah kandungnya ini.Dia malah tak sabaran ingin jumpa kedua saudaranya serta ibu sambungnya. Aldi pun plong, dia mulai selidiki mantan istri mas Bram, jiwa petualangannya bangkit saat tahu kematian Athalia dan Mas Bram tak wajar.Tak sulit bagi Aldi ketahui di mana alamat wanita yang pernah jadi istri Mas Bram tersebut.“Wanita ini bernama Marsha, profesinya selebgram, dia suka dugem, inilah yang bikin Mas Bram dulu menceraikannya,
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen