Bayang-bayang mimpi berputar jelas dalam kepalanya. Mimpi yang terasa nyata, seakan-akan dia ikut andil di dalamnya. Mimpi yang masih segar dalam otaknya seolah dia baru bangun dari tidurnya setelah mimpi itu. Tapi nyatanya, itu kemarin.Iveryne mendadak jadi pribadi yang pendiam. Reiger kerap kali memergokinya tengah melamun. Bahkan ketika mereka sudah mulai memakai obor, karena kristal bulan di dinding makin memudar seiring bertambahnya langkah perjalanan yang mereka berdua ambil.Gadis itu nampaknya lebih memikirkan tentang mimpi daripada keselamatan mereka dalam Gua, seperti hari-hari lalu. “Katakan padaku jika sesuatu mengganggumu.” Iveryne mendongak setelah memasang telinganya kembali, pria ini baru saja mengajaknya bicara kembali? Pada akhirnya?“Tidak ada. Fokus saja pada jalan kita,” tambahnya.“Kamu yang tidak fokus.” Obor di tangan Reiger adalah satu-satunya penambah penerangan. Tidak ada lagi kristal bulan, tapi sisi anehnya adalah, Iveryne nampak tidak terlalu memperdu
Sesak dan ketat. Iveryne bergerak gelisah, matanya hanya terbuka sebelah. Di manapun dia sekarang, ini adalah tempat terburuk. Dia merasa terbungkus erat. Matanya terasa berat saat mengerjap beberapa kali. Ribuan benang-benang sutra tipis menutupi seluruh tubuhnya dari ujung kuku sampai ujung rambut. Saat dia menggoyangkan kaki, seluruh tubuhnya ikut bergerak ke sana kemari, menandakan bahwa posisinya sedang tergantung. Reiger ada di sisi lain. Lucu sekali rasanya Iveryne bisa mengenali pria itu lewat topeng setengah wajahnya. Iveryne menghela nafas susah payah dari sela-sela benang yang membungkusnya, lalu menggoyangkan tubuhnya. Mengerahkan tenaga banyak tetap tidak cukup untuk menyenggol bungkusan tubuh Reiger. Iveryne mengayukan tubuhnya sejauh yang dia bisa, tapi Reiger masih belum bangun, bahkan ketika senggolan Iveryne seperti akan membuatnya jatuh dalam waktu dekat. "Reiger!" serunya, setengah berbisik. Puluhan kantung-kantung yang melekat pada gabungan benang-benang t
“Jangan lakukan ini, jangan lakukan itu. Baiklah, lain kali aku akan menonton aksimu sambil mengisi perut.” Hentakan kecil kakinya bergerak tidak sabar, gadis itu melirik tidak senang. Sementara Reiger berperang dengan batas kesabarannya.Gadis ini bukan tidak paham maksudnya, tapi memilih untuk tidak memahami. Dia ingin bertarung, dan membuktikan dirinya pantas untuk menjadi Ksatria Aregorn, tapi ini bukan waktu yang tepat.Tapi tidakkah dia pernah belajar bahwa perjalanan mereka ini bukan bagian dari latihan! Terpeleset sedikit saja, mungkin mereka berdua akan muncul di sisi lain dunia. Bernafas salah tempat pun bisa memindahkan jiwa mereka. Permukaan Hutan dipenuhi ilusi dan sihir hitam. Dan tempat mereka berpijak sekarang dikerumuni lusinan lebih spesies monster terinfeksi. Jelas sekali jika dia menjadikan Gua itu sebagai tempat latihan, yang tersisa darinya hanya nama. Dan Reiger, sialnya terjebak dalam tanggung jawab ini. “Berjalan perlahan atau kamu ingin menjadi kudapan?”
“Bagaimana bisa … Aelther? Apa yang terjadi?” Sebetulnya Iveryne ingin berteriak di depan wajahnya.‘Kenapa kamu menciumku!’ Tapi mengingat dia baru saja memakai Aelther, dia mengurungkan niat. Darah Reiger berdampak besar pada pedang perak itu, dan sekarang, dia tengah mengobati telapak tangan Reiger, membasuhnya, kemudian membalutnya dengan kain yang tersisa.“Kamu ingin bertanya tentang ciuman itu, bukan?” Reiger memainkan alisnya sembari memandang wajah Iveryne, namun gadis itu menggeleng singkat dengan wajah biasa. “Itu hanya satu ciuman, tidak ada artinya.” Reiger memberi pertanyaan lewat pancaran onyx kelabu. “Satu ciuman bisa tidak disengaja, ciuman kedua mungkin kebetulan. Dan ciuman ketiga … ” Ada jeda panjang, dan dia memilih tidak melanjutkan. “Dan … ciuman ketiga? Apa?” Iveryne benar-benar malu membahasnya, tidakkah pria ini mengerti bahwa dia sedang mencoba melupakannya! Hidungnya memerah tanpa sadar. Iveryne pura-pura bersin, meski itu tidak sepenuhnya berhasil, ka
“Kita tidak bisa mempercayainya begitu saja. Ini bisa jadi jebakan.” Reiger berkata, duduk di sisi lain sembari mengasah pedang. Hutan ini penuh dengan ilusi, mereka bahkan tidak seharusnya mempercayai apapun. Pendengaran maupun penglihatan. Tapi Iveryne adalah gadis tujuh belas tahun yang hampir mempercayai semuanya, tidak pernah dia melihat keraguan dalam biru cemerlang itu, sebaliknya, ada binar antusias ketika menemukan hal baru. “Coba jelaskan tentang cerita yang kamu maksud.” Iveryne meluruskan kakinya, dia berbaring dengan meletakkan kepala di atas ransel kulit, memandang langit-langit yang diisi oleh gemerlap bintang dan cahaya bulan, garis-garis seperti komet berada di sepanjang langkah ketika kuda perak melesat. Tidak ada obor atau pencahayaan lain. Setelah berhari-hari terkurung dalam Gua. Ini adalah penerangan terbaik. Lebih terang dan bercahaya dibandingkan masuk dalam ruangan penuh kristal bulan. Meski begitu, cahaya bulan secara langsung tidak ada bandingannya, apa
“Apakah masih lama?” Iveryne gusar dalam duduknya, satu-satunya hal yang membuatnya tidak tenang adalah, tubuhnya dan Reiger begitu dekat, nyaris tanpa jarak. Dalam beberapa detik, mereka bertahan di atas pohon, sembunyi dari kawanan serigala yang melolong nyaring. Mata merah menyala dan garis tubuh seperti serat akar cukup membuktikkan kalau hewan-hewan itu telah terinfeksi oleh sihir hitam.Untungnya, ukuran tubuh mereka terbilang masih normal. Selain mata tajam menusuk yang mengerikan. Iveryne menahan rasa jantungnya yang ingin segera melompat, nafas Reiger secara tidak sopan menyapa telinganya, dan itu terasa aneh.“Tunggu jauh.” Suara berat mendominasi atmosfer ketegangan.Yang Iveryne tidak ketahui adalah, bahkan ketika mengatakannya, pancaran onyx kelabu masih terkunci diam padanya, menatap lekat dan dalam. Pikirannya kosong sekarang, tidak peduli ada serigala buas mengancam nyawa di bawah hidungnya. Itu adalah biru cemerlang yang memikat, sinarnya menenangkan dan setiap seny
Iveryne berdecak marah selagi Calix dengan tenang menyuap buah apel setelah mengusapkan pada pakaiannya sendiri. Masing-masing baru selesai mandi dan membersihan tubuh, lalu disibukkan dengan aktivitas pribadi yang beragam.Seperti Wilder dan Heros, kedua pria jangkung itu berdebat dengan pembuatan api, setelah Calix mengadukannya dengan berani pada Iveryne dan Reiger bahwa kedua anak adam itu hanya menjadi bebannya selama mereka berdua tidak ada.Setelah menemukan sarang tikus tanpa penghuni yang setidaknya berukuran 4×4 meter, dan mata air di sampingnya, mereka tidak perlu berpikir dua kali untuk bermalam di sana sekaligus menghidupkan api.Dan sukses menjadi hiburan tersendiri, namun Iveryne malah menyimpan amarah padanya setelah cerita Calix perihal alasan mereka berakhir di sangkar kadal raksasa dan berkamuflase menjadi telurnya. Heros, dengan sok pahlawannya memimpin di depan dan, “Dia memilih lewat lumpur daripada genangan sungai, katanya trauma dengan lintah. Tapi itu bahkan m
Calix berjalan berdempetan dengan Iveryne, mencengkeram ujung bajunya kuat-kuat sementara sang gadis memegang kristal bulan dalam pelukannya. Ini adalah perintah Reiger langsung, lebih baik memegangnya daripada meletakkan dalam ransel. Beruntung mereka tidak bertemu kelabang sebesar Reiger seperti yang Iveryne katakan malam kemarin. Dan Calix, terlihat sangat paranoid sembari melirik takut-takut sekeliling melalui ekor matanya.“Aku jadi rindu Cherrol.” Calix berbisik. “Apa dia makan dengan benar … ” Kesedihan bercampur ketakutan dalam nada suaranya, mengapit Iveryne kuat, takut tiba-tiba ada lumpur menghisap kakinya. Tidak sesuai dengan cerita Wilder dan Heros tentang Calix, bahwa dia adalah yang paling berani di antara mereka, dan laki-laki itu sendiri mengatakan kalau Wilder dan Heros hanya menjadi bebannya. Tapi mengapa kesannya dia lebih ketakutan daripada Iveryne sendiri! Omong-omong tentang Wilder dan Heros, dua pria itu berada di barisan belakang, mencengkeram gagang pedan