"Kuakui aku tak rela melihatmu dekat dengan siapa pun walau aku telah merelakanmu."Layla Mumtazah***"Bi ... tolong ambilkan handuk," pinta Abizar.Alesha yang tengah merapikan tempat tidur, segera meraih handuk dari dalam lemari lalu mengetuk pintu kamar mandi.Abizar segera membuka pintu memberikan celah sedikit hanya untuk mengulurkan tangannya ke luar. Alesha yang melihat hal itu hanya tersenyum sembari menggeleng."Lain kali, bawa handuk jika mau mandi," ucap Alesha mengingatkan.Abizar diam tak menjawab karena saat ini ia bukannya menarik handuk dari tangan sang istri, tetapi justru menarik pergelangan tangan Alesha. Membuat perempuan cantik berhidung mancung itu terkejut seketika. Kini tubuh keduanya saling menempel begitu saja tanpa bisa terhindari."Apa kamu tak ingin menggosokkan punggung suamimu ini?" tanya Abizar lirih di telinga Alesha."Bukankah alat mandi itu bisa sampai ke punggung," jawab Alesha sambil menunjuk ke peralatan mandi di kotak.Abizar menggeleng. "Tak ad
"Atas dasar apa kamu bertahta di pikiranku hingga aku kehilangan kendali akan rindu yang menguasai hati?"Abizar.***"Sha," panggil ibu Abizar pada sang menantu.Alesha yang tengah menyiram tanaman segera mendekat ke arah sang mertua yang tengah berdiri di teras."Iya, Ummi," ucapnya sambil melangkah untuk mendekat.Ummi tersenyum dan meminta istri Abizar itu untuk ikut dengannya. Alesha mengangguk dan mengikuti langkah sang mertua. Tiba di ruang tengah, ummi meraih kotak bewarna merah muda dengan pita putih lalu menyodorkan ke arah Alesha yang menatap bingung."Apa ini, Ummi?" tanyanya sambil menerima kotak cantik itu."Ummi gak tahu," jawab wanita paruh baya itu sembari tersenyum. "Abizar mengirimkan ini untukmu, ia ingin malam ini setelah shalat Isya kamu menemuinya di Restoran RR," jelas sang mertua.Alesha tersenyum mendengar ucapan sang mertua, pasalnya ia ingat benar bahwa sang suami akan mengajaknya untuk makan malam di luar."Terimakasih banyak, Ummi," ucap Alesha dengan tul
"Bagaimana bisa aku menghentikan rasa ini, jika kamu terus menguasai isi kepala dan hatiku?"***"Aku ingin menikah lagi?""Apa?" Semua orang di meja makan memandang ke arah Abizar seketika."What?" Zahrah bahkan, melotot menatap sang kakak."Apa ada yang salah?" Abizar tersenyum sinis saat melihat ke arah Alesha yang duduk di sampingnya."Gak ada yang salah, tapi kakak udah kehilangan kewarasan," komentar Zahrah.Alesha menatap Abizar, ia merasa sikap suaminya aneh sejak tadi malam. Akan tetapi, tiba-tiba ingin menikah lagi, apa-apaan itu."Emang gak ada yang salah, dalam agama pun diperbolehkan," lanjut Abizar.Namun, kali ini Abizar harus menerima rasa sakit di kepala saat sang ibu yang tengah berdiri di belakangnya meraih sendok di meja untuk menggetok keras kepala putranya itu.Abizar segera menoleh ke belakang dan mendapati ummi tengah melotot menatapnya, sementara Alesha yang duduk di sampingnya mengusap lembut pucuk kepala sang suami."Bagiamana bisa kamu ingin melakukan polig
"Kamu adalah hujan di tanah gersang."Layla Mumtazah***Abizar yang melihat tubuh Alesha ambruk begitu saja seketika membuatnya panik, ia segera mengangkat kepala sang istri dan meletakan di atas paha."Bi ... sadarlah, ada apa denganmu?" ucap Abizar sembari menepuk-nepuk pipi Alesha perlahan."Bi, jangan bercanda," lanjut Abizar lagi, tetapi tak ada respon dari Alesha.Dengan seketika amarah aki-laki berdada bidang itu menghilang, ia lalu mengangkat tubuh mungil Alesha dan membawanya keluar dari kamar."Ada apa, Izar?" tanya ummi saat berpapasan dengan putranya yang sedang membopong tubuh Alesha.Abizar menggeleng. "Gak tahu, Ummi. Alesha tiba-tiba saja pingsan," ucapnya sambil terus berjalan keluar dari rumah.Ummi segera memanggil Arum, mengatakan pada menantu pertamanya itu untuk tetap di rumah karena ia akan ikut dengan Abizar saat ini.Arum hanya mengangguk, walau dalam hati kecilnya, ia merasa kesal melihat wajah Abizar yang begitu khawatir pada Alesha saat ini.Ummi segera me
"Bagaimana jika aku tak baik-baik saja, bagaimana jika aku begitu merindukanmu?"Layla Mumtazah***"Bukankah Allah tidak memberikan ujian di luar kemampuan hambanya," ucap Abi pagi ini saat berbicara dengan putranya itu. Abizar."Tapi aku merasa ini begitu menyesakkan, bagaimana aku bisa hidup dengan wanita yang membunuh istri dan anakku?""Lantas menurutmu, apakah Alesha bisa menjalani hidupnya saat ini setelah ingatannya kembali? Apakah menurutmu dia mampu memaafkan dirinya sendiri?"Mendengar ucapan dari sang ayah membuat Abizar terdiam. Laki-laki yang tengah duduk di lantai ruangan yang memang dipergunakan untuk shalat dan mengaji di rumah itu pun berusaha untuk menerima ketetapan takdir.Bukankah saat dulu mondok Abizar sudah mengetahui jika ada takdir yang memang bisa dan tak bisa dirubah, tetapi mengapa sekarang ia begitu sulit menerima takdir kematian sang istri. Bukankah semua itu adalah ketetapan Allah."Zar, Ummi cuma minta ikhlaskan, maafkan Alesha. Ummi percaya dia bukan
"Bagaimana bisa aku menahan rindu yang terus memberontak ingin menatap wajahmu."Layla Mumtazah***"Bercerailah dari Abizar dan menikahlah denganku," ucap Excel tulus sembari menahan pergelangan tangan Alesha.Alesha hanya diam mematung, saat ini ingatannya justru kembali pada kenangan indah selama tinggal bersama dengan Abizar.Laki-laki berkemeja putih itu tengah menatap kesal atas apa yang saat ini ia lihat, membuat dirinya tak tahan lagi untuk berdiam diri di pintu tengah. Setelah mengembuskan napas panjang ia segera melangkah ke arah Excel dan menarik tangan Alesha begitu saja."Kamu ...?" Excel terkejut.Sementara Alesha tak kalah terkejutnya melihat laki-laki yang begitu ia rindukan kini tengah berdiri di hadapannya. Matanya tak lepas untuk terus menatap wajah yang seminggu ini tak ia lihat."Beraninya kamu menyentuh istriku," ucap Abizar sambil menggeser posisi agar Alesha berada di belakang punggungnya.Excel mengehela napas sebelum menjawab perkataan Abizar. "Bukankah aku s
"Tuhan tolong hentikan waktu untuk saat ini saja, aku ingin terus bersamanya seperti ini."Layla Mumtazah.***Pintu kamar terdengar terbuka, membuat Abizar segera menarik diri dan segera berdiri di samping Alesha. Rasa canggung dan malu kini jelas menggelayuti hati pasangan suami istri itu karena terpergok oleh mertua sendiri.Tante Mutiara kemudian menatap menantu dan putrinya itu sambil berkata, "Maaf, Mama lupa mengetuk pintu karena terbiasa masuk begitu saja ke kamar Alesha."Abizar tersenyum walau terlihat sekali jika ia tengah canggung saat ini."Mama akan siapkan makanan untuk makan malam, oke?" Wanita cantik itu segera meninggalkan kamar Alesha dan menutup pintu kamar dengan rapat.Meninggalkan pasangan yang merasa canggung saat ini, bagaimana bisa ciuman itu terjadi begitu saja dengan tiba-tiba dan justru terpergok oleh sang mertua."Maaf, aku akan ke kamar mandi," ucap Alesha karena bingung harus melakukan apa saat ini.Abizar hanya terdiam, tetapi mata tajamnya itu terus m
"Dulu kita begitu dekat bagaikan jari telunjuk dan tengah, tetapi sekarang kita seakan-akan bagai dua orang asing yang baru berjumpa."Layla Mumtazah.***Abizar segera merebahkan diri di samping Alesha setelah mengecup lembut kening sang istri. Laki-laki yang tengah bertelanjang dada itu lalu memeluk Alesha yang saat ini berbaring di lengan kirinya, perempuan cantik dengan rambut sedikit acak-acakan itu memejamkan mata dan tertidur begitu pulas, dipandanginya wajah sang istri, entah mengapa ia tak bisa berdusta bahwa ia benar-benar tulus mencinta Alesha.Melihat layar ponselnya menyala, membuat Abizar segera meraih alat komunikasi itu dengan tangan kanannya. Ia melihat dua pesan dari Arum. Membuat Abizar mengerenyitkan dahi, untuk apa istri kakaknya itu mengiriminya pesan di jam dua belas malam seperti saat ini.[Bagaimana bisa kamu ingin Alesha kembali dalam hidupmu lagi setelah apa yang ia lakukan? Apakah begitu mudah kamu melupakan Fatimah dan calon anakmu.][Baiklah, aku rasa kam