Home / Romansa / JATAH SEBELUM PERNIKAHANMU / Tak Ada Gunanya Hidup

Share

Tak Ada Gunanya Hidup

last update Huling Na-update: 2022-07-07 09:22:15

Abizar berjalan menghampiri Excel yang tak menyadari akan kehadiran laki-laki itu. Saat mata keduanya bertemu barulah ia sadar siapa yang saat ini tengah berdiri di hadapannya.

"Di mana, Alesha?" tanya Abizar.

"Kamu lagi, kamu lagi, aku pikir kamu sudah mati dan pergi ke alam baka!" hardiknya sembari menunjuk wajah Abizar.

"Aku tanya di mana, Alesha? Apa yang kamu lakukan padanya, hah?!" Kali ini Abizar tak bisa lagi mengontrol emosinya.

"Emangnya kamu mau apa? Dasar sopir taxi!" Ejek Excel lagi.

Abizar menarik napasnya, ia ingin sekali memukuli wajah Excel saat ini.

Namun, Abizar berusaha menahannya karena tak ingin berubah dari korban menjadi tersangka. Apalagi, ia sudah meminta pengacaranya mengurus semua itu di kantor polisi.

Bahkan, Abizar juga sudah meminta pengacaranya untuk membuat laporan akan pengeroyokan dan juga penculikan terhadap temannya. Saat tiba di rumah sakit sebelum kesadarannya menghilang akibat obat bius.

"Sekarang pergi dari sini!" usir Excel.

Namun, bukannya pergi Abizar malah tersenyum tipis saat melihat dua polisi dan pengacara berjalan ke arahnya saat ini.

"Permisi, siapa yang bernama Excel Prawinata?" tanya polisi itu.

"Saya," ucap Excel. "Ada apa ini, Pak?" tanyanya bingung.

"Saya dapat surat perintah untuk membawa Anda ke kantor polisi untuk memberikan keterangan."

Excel memandang ke arah Abizar, laki-laki itu memicingkan matanya. Ia sadar benar bahwa, tak mudah bagi polisi untuk menangkap dirinya. Jika sampai terjadi hal seperti ini, ia mulai merasa si sopir taxi itu pasti bukan orang biasa.

Dengan terpaksa Excel mengikuti langkah polisi, ia menolak untuk digandeng apalagi diborgol. Karena belum ada bukti bahwa ia bersalah. Selama masih dalam praduga tak bersalah seseorang belum bisa dijadikan tersangka.

"Dengar baik-baik, aku akan bebas dari sana bahkan, kurang dari tiga puluh menit," ucap Excel di telinga Abizar.

"Kita lihat saja nanti, dalam tiga puluh menit itu apa saja bisa terjadi," balas Abizar lirih.

***

"Permisi, Nak, apakah kamu ini temannya Alesha?" tanya Mutiara pada Abizar yang kini duduk di kursi tunggu.

"Iya, Ibu. Apakah Ibu mengenal Alesha?" tanya Abizar sambil menatap wajah wanita bergamis maroon itu.

"Alesha, dia adalah putriku," jawabnya dengan terisak.

"Ada apa, Bu? Kenapa menangis?" tanya Abizar yang masih tak mengerti apa yang sedang terjadi pada Alesha.

"Saat ini kondisi Alesha kritis, ia mencoba untuk bunuh diri," jelasnya.

Seketika Abizar merasa bersalah, ia gagal melindungi gadis itu. Jika saat itu ia tak dipegangi dan dipukuli mungkin saat ini Alesha tengah berbicara padanya tentang kisah hidupnya.

"Apakah dia sedang dioperasi?" tanya Abizar gelisah.

Tante Mutiara mengangguk. "Seandainya, Tante tidak memaksanya untuk menikah mungkin kejadiannya tak akan seperti ini."

Abizar menunduk, dalam hatinya beribu doa ia panjatkan pada Allah, yang ia minta saat ini adalah kesembuhan untuk Alesha.

Dokter berseragam serba hijau dengan penutup rambut di kepalanya itu keluar dari ruang operasi.

"Keluarga dari pasien Alesha," ucapnya membuat Tante Mutiara dan Abizar berdiri.

"Bagaimana keadaan putri saya, Dokter?" tanya Tante Mutiara dengan cepat.

"Alhamdulillah, pasien sudah berhasil melewati masa kritisnya. Akan tetapi, ia masih akan dipantau di ruang intensif selama satu kali dua puluh empat jam," jelasnya.

Tante Mutiara mengangguk mengerti, ia segera bersujud syukur pada Allah. Bahwa putrinya bisa terselamatkan. Dalam dunia ini Alesha menjadi satu-satunya orang yang ia miliki.

***

Kondisi Abizar kini jauh lebih baik, ia yang sudah mendapatkan perawatan selama dua hari bisa pulang dan menjalani rawat jalan.

Abizar yang telah mengganti baju pasien dengan kaos putih dan celana panjang, kini bergegas menuju kamar rawat Alesha. Ia tersenyum sepanjang lorong seperti orang yang kehilangan kewarasan.

"Assalammualaikum, Bu," ucap Abizar saat melihat Tante Mutiara.

"Waalaikumsalam, Nak Abizar. Silahkan masuk, Alesha baru saja siuman," ucapnya sambil tersenyum.

Tante Mutiara yang mengerti akan ada pembicaraan di antara keduanya. Memilih meninggalkan mereka. Wanita itu bergegas menuju kantin untuk mengisi perut.

Namun, saat wanita paruh baya itu hendak menuruni anak tangga, ponselnya berdering. Sebuah panggilan masuk dari Excel membuatnya segera mengangkat telepon itu.

"Ada apa? Jangan pernah hubungi aku dan Alesha lagi!" bentak Tante Mutiara saat panggilan tersambung.

"Aduh, Mama, sabar, dong. Aku kan, baru saja menyelesaikan satu masalah, kenapa Mama harus membuat masalah baru lagi?"

"Apa maksudmu itu?"

"Aku tak punya maksud apa-apa, Ma. Yang jelas pengacaraku mengatakan bahwa saat ini aku belum bisa melakukan tindakan apa pun. Karena bisa saja aku akan berubah menjadi tersangka. Itulah aku mau meminta tolong pada Mama untuk menikahkan aku dan Alesha secepatnya, di rumahku."

Tante Alesha terlihat tak begitu suka mendengar perkataan Excel. "Tidak!" tolaknya dengan cepat. "Apakah kamu pikir saya bodoh ingin melihat hal yang sama terjadi lagi pada Alesha?"

"Hah, Mama jangan munafik, ya. Mama tahu benar, jika Mam--"

"Stop! Lakukan saja apa yang ingin kamu lakukan, tapi jangan pernah berani menikahi Alesha apalagi menyentuhnya!"

Tante Mutiara dengan cepat mematikan panggilan itu. Ia menarik napas panjang lalu bergumam, "Biarlah apa pun yang terjadi nanti, akan aku hadapi nanti." Wanita itu lalu menuruni anak tangga satu demi satu.

***

Kamar berdinding putih itu, menjadi saksi bisu bagaimana dua insan yang tengah terluka itu terdiam? Suasana kamar itu terlalu hening sehingga detak jarum jam terdengar begitu jelas.

"Apakah kamu baik-baik saja saat ini?" tanya Abizar yang masih berdiri di tempat yang sama sedari tadi.

Alesha yang terbaring hanya diam tak menjawab.

Membuat Abizar melangkah mendekati tepi tempat tidur itu.

"Ada apa? Apakah aku melakukan kesalahan padamu? Maafkan, aku. Karena aku tak dapat melindungimu seperti harapanmu padaku," sesal Abizar.

Alesha terdiam. Akan tetapi, air matanya mengalir. Ingin sekali ia memaki Abizar yang saat itu memutuskan menyelamatkannya dari jembatan.

"Ada apa? Katakan sesuatu padaku," pinta Abizar lagi.

Alesha yang tak bisa lagi membendung rasa sakit di hatinya kini berteriak ke arah Abizar. "Semua yang terjadi ini adalah salahmu!"

Abizar tertunduk.

"Jika kamu tak menyelamatkanku waktu itu, jika kamu tak berusaha membuatku tetap hidup. Maka semua ini tak akan pernah terjadi padaku."

Melihat emosi dan kekesalan Alesha padanya, tak membuat Abizar marah. Laki-laki itu malah merasa senang.

"Kamu benar semua ini adalah salahku, jika aku bisa melakukan sesuatu untukmu, maka katakanlah," ucap Abizar.

Laki-laki berkaos putih dengan rambut pendek hitamnya itu kini tak tega melihat mata gadis yang selalu menangis.

"Jika dengan menyalahkanku atas semua yang terjadi padamu, memuat dirimu merasa lebih baik, maka keluarkan semua kekesalanmu itu. Aku benar-benar meminta maaf."

Alesha merasa percuma berbicara pada Abizar. Tak akan ada yang berubah dalam hidupnya. Jika Allah sudah dua kali ingin dirinya tetap hidup, bukankah seharusnya ia menyadari bahwa pasti ada rencana Allah yang lebih baik untuknya.

"Aku tak akan mencoba bunuh diri lagi, aku juga tak akan mencoba melarikan diri lagi," ucap Alesha tiba-tiba.

Abizar hanya diam menatapnya.

"Seharusnya, dari awal aku tak menolak pernikahan itu." Alesha menghela napas. "Aku sudah memutuskan untuk menikah dengan Excel."

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (1)
goodnovel comment avatar
SisiliaAshila Gmah
belum ada up nya thor
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • JATAH SEBELUM PERNIKAHANMU   Bab 60

    "Biarkan aku membagi rasa ini, rasa yang hampir mati dan menjadi abu."Layla Mumtazah***Arum terbangun dengan keringat dingin yang membasahi wajahnya, ia tak pernah bisa tertidur nyenyak saat wajah pucat Fatimah selalu datang dalam mimpinya. Berkali-kali ia berusaha menenangkan diri karena tak ingin membuat Ansyar terbangun.Perempuan cantik dengan mata indah itu bangkit dari tempat tidur, ia melangkah ke kamar mandi untuk mencuci wajah, tetapi saat ia hendak mencuci muka justru adegan kecelakaan Fatimah seakan-akan terlihat jelas di kaca seperti layar bioskop yang sedang memutar film. Lalu tiba-tiba sosok Fatimah berwajah pucat berdiri di hadapannya, memiringkan kepala dan tersenyum miring dengan tatapan kosong.Tubuh Arum seketika merosot ke lantai, ia tak mampu untuk berteriak karena merasakan sekujur tubuhnya lemas seketika. "Aku mohon berhenti menggangguku," lirihnya sambil memejamkan mata."Apakah kamu tak ingin menebus dosamu padaku, berhentilah mengganggu kehidupan Abizar."

  • JATAH SEBELUM PERNIKAHANMU   Bab 59

    "Sekali memulai aku tak dapat mengakhirinya."Layla Mumtazah***"Ummi, ini jus untuk Alesha," ucap Arum sembari tersenyum. Wanita berjilbab moca itu meletakkan gelas berisi jus buah di atas meja, akan ada permainan kecil untuk Alesha saat ini. Hal itu tentu saja membuat Arum tersenyum senang."Rum, kamu tahu kan, Alesha tengah hamil saat ini, ia mulai mengalami mual jika mencium bau-bauan. Jadi untuk sementara jangan biarkan dia mencuci baju dan piring untuk menghindari mual yang lebih parah karena mencium sabun-sabun itu," ujar ummi yang tentu saja membuat Arum kesal.Saat ini seisi rumah seakan-akan berpusat pada Alesha, semua orang ingin memperhatikan dirinya sebagai ratu.Arum menatap sembari menggangguk patuh pada sang mertua. "Baik ummi, tenang saja Arum mengerti."Ummi yang telah selesai mencuci piring, menggelap tangganya yang basah lalu menyentuh pundak Arum dan tersenyum. "Semoga kamu dan Ansyar juga disegerakan memilki momongan lagi, ya."Arum mengangguk, ia terpaksa ters

  • JATAH SEBELUM PERNIKAHANMU   Bab 58

    "Aku milikmu atas kehendak Allah, jagalah aku seperti ibuku menjagaku sewaktu kecil."Layla Mumtazah.***Sore ini Alesha meminta izin untuk pergi ke suatu tempat, tentu saja ia tak pergi sendiri karena sang pawang tak akan membiarkan perempuan secantik bidadari itu untuk pergi sendirian."Jadi kita mau ke mana, Bi?" tanya Abizar."Nanti kamu juga akan tahu," ujar Alesha sembari menatap ke luar kaca.Kurang lebih dua puluh lima menit perjalanan dengan mobil pastinya, kini Alesha sudah sampai ketempat tujuan yang ia inginkan. Perempuan berjilbab hitam itu terduduk di tanah sembari menyentuh batu nisan sang ayah."Pa, maafkan Alesha, baru sekarang datang ke sini. Pa, sekarang Alesha sudah menikah," ucap perempuan berkulit putih itu dengan mata berkaca-kaca.Abizar menyentuh pundak Alesha, ia menoleh sembari mengangguk."Papa, Alesha rindu, saat tahu bahwa Alesha hamil, Alesha benar-benar teringat akan Papa. Alesha ingin sekali bisa bermanja-manja dengan Papa seperti saat kecil dulu, tet

  • JATAH SEBELUM PERNIKAHANMU   Bab 57

    "Kebahagiaan itu akan hadir ketika keikhlasan mulai menguasai hati."Layla Mumtazah."Bi, ini ...?" Abizar menatap Alesha penuh dengan kebahagiaan juga rasa haru.Alesha mengangguk-angguk menatap mata Abizar yang mulai menitikkan butir bening."Alhamdulillah, ya, Allah, alhamdulilah," ucap syukur Abizar sembari memeluk erat tubuh Alesha."Kamu akan jadi seorang ayah dan aku akan menjadi seorang ibu," ujar Alesha sembari menangis.Laki-laki berkemeja putih polos itu lalu melepaskan pelukan dari sang istri, meletakkan kedua tangan di pundak Alesha dan berkata, "Mulai saat ini, kamu harus jaga kesehatan untuk dirimu dan calon anak kita, kamu harus menjaga makanan, vitamin, tak boleh bergadang, jangan kerja keras, semuanya harus sesuai dengan apa yang aku katakan."Alesha terdiam, ia merasa heran dengan sifat Abizar saat ini, perempuan cantik itu merasa ada sisi posesif sang suami yang tiba-tiba muncul."Akan ada janin yang tumbuh dalam rahimmu, akan ada kehadiran malaikat kecil dalam hid

  • JATAH SEBELUM PERNIKAHANMU   Bab 56

    "Terkadang kita hanya mau tahu dengan egois meminta yang terbaik, tanpa mau tahu bahwa Allah telah mempersiapkan yang lebih baik dari yang kita minta."Layla Mumtazah.Alesha menelan ludahnya sendiri saat melihat Ansyar berdiri di sana sembari menatap heran, di samping laki-laki berkemeja maroon itu Nisya tengah berdiri sambil tersenyum manis melihat wajah sang ibu, Arum. Sementara Zahrah berada di belakang punggung sang kakak."Apakah saat ini sudah waktunya sarapan?" tanya Alesha tiba-tiba mencoba mencairkan suasana.Nisya mengangguk. Sementara Ansyar terlihat memicingkan mata menatap sang istri.Arum bergegas membalikkan tubuhnya dan menghadap ke arah putrinya. "Nisya, ke sini Sayang, duduklah," pinta Arum sambir menarik kursi.Tentu saja gadis kecil berjilbab merah muda itu segera menuruti apa perkataan sang ibu, Ansyar dan Zahrah pun bergegas duduk dan menunggu sarapan mereka.Abizar mau tak mau pun akhirnya memilih untuk duduk bersama, meninggalkan Alesha yang buru-buru menyeles

  • JATAH SEBELUM PERNIKAHANMU   Bab 55

    "Aku tanpamu bagaikan dunia tanpa internet."Layla Mumtazah***Abizar segera bangkit dan duduk di hadapan Alesha. "Apa yang kamu bicarakan ini?""Mba Arum selalu mengatakan bahwa ia tak ada di tempat kejadian kecelakaan itu, tapi Kyoona melihatnya. Kyoona begitu yakin bahwa wanita yang ia lihat di dekat TKP adalah Mba Arum."Abizar tiba-tiba terdiam, ia menatap wajah Alesha. "Malam itu Fatimah mengatakan akan bertemu dengan Arum, tetapi saat itu Arum mengatakan bahwa ia tak jadi menemui Fatimah, hal itu membuatku menyusulnya dan meninggalkannya sebentar untuk membeli es krim sebelum kejadian itu terjadi.""Apakah kamu yakin bahwa Mba Arum gak jadi datang malam itu?""Entahlah, aku tak sempat berpikir apa pun, melihat tubuh Fatimah bersimbah darah di hadapanku.""Maafkan aku," lirih Alesha penuh penyesalan.Abizar segera merengkuh tubuh Alesha dan memeluknya dengan erat. "Ini bukan kesalahanmu. Lupakan saja, semua sudah takdir dari Allah."Alesha menenggelamkan wajahnya dalam dekapan

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status