Share

Terpaksa Menikah

last update Huling Na-update: 2022-07-07 09:20:02

Di dalam kamar Alesha berdiri di depan cermin dengan balutan gaun putih yang membuatnya tampak begitu cantik. 

 

Namun, hatinya menangis. Entah ada apa dengan sang mama yang terus memintanya untuk menikah dengan Excel. Walau sang mama sudah tahu benar bagaimana Excel telah mengkhianati Alesha. Gadis itu bahkan, tak punya pilihan setelah ancaman dari sang mama yang akan bunuh diri karena malu jika sampai pernikahan itu gagal dan jadi gunjingan rekan-rekan kerjanya.

 

Gadis cantik itu tak bisa lagi menahan rasa sakit hatinya. Alesha lalu meraih ponsel dan entah mengapa ia justru menghubungi Abizar. Gadis itu tahu ia tak bisa meminta tolong pada orang yang dikenalnya saat ini, hanya sopir taxi itulah yang bisa membawa dan menyelamatkan hidupnya.

 

Pertemuannya dengan Abizar seminggu lalu itu di saat mengambil ponsel, membuatnya memiliki nomor sang sopir untuk berlangganan taxi padanya.

 

Alesha yang sedang menunggu panggilannya diangkat oleh Abizar harus merasa kecewa karena entah kenapa tak juga ada jawaban dari si pemilik nomor.

 

"Eeuuum ... bagiamana ini?" gumam Alesha lirih.

 

Alesha kini benar-benar sedang merencanakan melarikan diri dari pernikahannya sendiri.

 

***

 

Sementara itu di ruang tengah, Excel sudah bersiap-siap untuk menunggu kedatangan sang pujaan hati. Laki-laki itu begitu ingin mempersunting Alesha sebagai istrinya. Bagi Excel tak ada wanita lain yang pantas menjadi istrinya kecuali Alesha.

 

"Ma, mana Alesha?" tanya Excel yang kini berdiri gagah dengan jas hitamnya.

 

"Mama akan lihat dia di kamarnya," ucap Mutiara dan segera menuju kamar putrinya.

 

Sampai di depan pintu kamar Alesha, wanita cantik dengan balutan gamis maroon full burkat itu mengetuk pintu perlahan. "Sha," ucapnya.

 

Namun, tak ada jawaban dari Alesha.

 

Tante Mutiara terus mengetuk pintu dan berusaha untuk masuk. Akan tetapi, Alesha yang berhasil mengunci pintu kamarnya kini tengah berusaha turun dari jendela kamar.

 

Alesha mengikat selimut dan seprai agar bisa keluar dari jendela samping kamarnya. Saat ia menginjakkan kaki di tanah, ponselnya berdering, panggilan masuk dari Abizar.

 

"Sha!" teriak sang mama yang berhasil masuk dan menengok dari atas jendela.

 

Alesha yang mendongak ke atas dan melihat mamanya, segera mengangkat gaun putih yang ia pakai lalu berlari dengan cepat menuju ke luar pagar.

 

Tante Mutiara yang panik akhirnya berteriak untuk menghentikan Alesha. Excel yang sudah menunggu sedari tadi untuk berangkat ke KUA kini bergegas lari menuju kamar Alesha.

 

"Ada apa, Ma?" tanyanya.

 

"Alesha ... Alesha, kabur!" ucapnya tersengal.

 

Excel yang menyadari bahwa calon istrinya melarikan diri, segera berlari keluar rumah. Dua satpam yang berjaga di depan kini menjadi sasaran Excel karena membiarkan Alesha kabur begitu saja.

 

***

 

Taxi itu berhenti tepat di samping Alesha, gadis itu segera masuk dan meminta sang sopir untuk melajukan mobilnya ke mana saja.

 

"Kita mau ke mana?" tanyanya kini terlihat bingung.

 

"Sudah, jalan saja ke mana pun," ujar Alesha sambil menoleh ke belakang, memastikan tak ada yang mengejar dirinya.

 

Abizar yang melihat Alesha dengan gaun pengantin membuatnya semakin bingung.

 

"Apakah kamu melarikan diri dari pernikahanmu?" tanyanya sambil menggaruk telinganya yang tak gatal.

 

"Tentu saja, wanita mana yang mau menikah dengan laki-laki yang telah tidur dengan sahabat calon istrinya sendiri."

 

Mendengar perkataan Alesha, Abizar terkejut, bagaimana bisa gadis itu begitu jujur mengatakan apa yang terjadi padanya.

 

"Sampai mati aku tidak akan mau menikah dengan laki-laki seperti dia." Alesha yang merasa terganggu karena telepon dari Mama dan Excel membuatnya membuang ponsel ke luar jendela.

 

"Apa yang kamu lakukan?" Abizar terkejut dengan tindakan Alesha.

 

"Membuang ponsel, mungkin sudah hancur saat ini."

 

Namun, Abizar merasa sangat aneh ketika melihat gadis itu akan membuang ponsel, ia sudah mengamankan SIM card-nya terlebih dahulu.

 

"Kalau SIM card sudah kamu lepas kenapa kamu juga membuang ponselmu?"

 

"Karena ponsel itu pemberian dari laki-laki brengs*k itu! Lagipula aku ingin kenangan di dalam ponsel itu juga ikut hancur."

 

Abizar hanya bisa mengangguk mencoba mengerti. "Sekarang kita harus bagaimana? Dengan pakaian gaun pengantinmu itu, kita harus pergi ke mana?"

 

"Aku tak punya teman, aku tak punya saudara. Saat ini yang aku tahu, cuma kamu," jawab Alesha begitu jujur.

 

Abizar hampir saja tersedak mendapatkan jawaban dari gadis itu dengan begitu jujur. Ia menarik napas berat, Abizar tahu hari ini ia akan dibuat pusing dengan kehadiran Alesha.

 

Namun, taxi yang Abizar kendari saat ini justru hampir saja menabrak mobil yang tiba-tiba menghadang di hadapannya. Laki-laki itu dengan cepat menginjak rem dan membuat Alesha hampir jatuh jika tidak cepat berpegang pada kursi depan.

 

Dua orang pria berbadan kekar turun dari mobil hitam itu, mereka memaksa Abizar untuk turun. Laki-laki berkaos putih itu terpaksa turun dari taxi dan harus menerima banyak pukulan karena telah berani membawa kabur Alesha.

 

Tidak lama Excel pun keluar dari mobil dan menyeringai ke arah Alesha yang berusaha untuk melindungi Abizar. 

 

Namun, tidak bisa karena di tahan oleh pengawal Excel.

 

Excel menepuk tangannya tiga kali sambil menarik sudut bibirnya. "Kamu pikir aku akan melepaskan kamu begitu saja?"

 

Laki-laki itu lalu menarik dagu Alesha. Gadis itu meludahi Excel begitu saja.

 

"Brengs*k!" umpatnya sambil menekan dagu Alesha kuat.

 

"Lepaskan aku!" teriak Alesha.

 

Sementara Abizar telah tergeletak tak berdaya di pinggir jalan yang sepi itu.

 

"Kamu pikir mudah untuk lepas dariku? Kamu lupa siapa aku? Kamu lupa apa yang bisa aku lakukan?"

 

Alesha memalingkan wajahnya. Gadis itu kini terlihat iba melihat Abizar yang tergeletak tak berdaya.

 

"Tolong, selamatkan dia," pinta Alesha tiba-tiba.

 

Excel mengangguk-angguk. "Baiklah, anak buahku akan membawanya ke rumah sakit. Tapi kamu harus tetap menikah denganku!" tegas Excel tak main-main.

 

Alesha hanya bisa mengangguk pasrah. Ia tak bisa membuat Abizar dalam bahaya. Excel bukan seseorang yang akan membuang kalimat kosong.

Jika ia sudah mengatakan sesuatu, ia pasti akan melakukannya.

 

Alesha dipaksa masuk ke mobil oleh anak buah Excel. Ia tak punya pilihan lain saat ini.

 

Namun, Alesha tidak akan pernah menyerah untuk melarikan diri dari Excel.

 

***

 

Mobil hitam mewah itu kini telah berhenti di sebuah hotel berbintang. Excel segera membawa Alesha menuju kamar yang rencananya akan menjadi tempat malam pertama mereka setelah ijab kabul hari ini.

 

Alesha masuk dengan dorongan dari Excel. Gadis itu menyesal karena telah membuang ponselnya tadi. Saat ini ia tak tahu harus meminta bantuan dari siapa lagi.

 

"Dengar baik-baik, jangan membuat ulah. Atau aku tak akan memafkanmu kali ini. Aku akan meminta penghulu untuk menikahkan kita di sini," ucap Excel lalu keluar dari kamar.

 

Alesha yang tak bisa kabur, memikirkan cara agar bisa keluar dari kamar. Namun, tak ada yang bisa ia lakukan untuk membuka pintu itu.

 

Saat ia melihat di atas meja, di sana ada ponsel yang tergeletak. Alesha segera meraih ponsel itu dan benar saja. Ponsel Excel tertinggal di sana.

 

Dengan cepat Alesha menggambar pola untuk membuka ponsel itu.

 

"Syukurlah, Excel belum mengganti polanya," lirih Alesha.

 

Alesha segera menghubungi nomor telepon mamanya. Ia ingin mengatakan bahwa ia di sekap oleh Excel di kamar. 

 

Namun, ia segera mengurungkan niatnya. Gadis itu yakin sang mama akan tetap memaksanya untuk menjadi istri Excel.

 

Kyoona. Nama kontak itu kini menjadi sorotan berikutnya. Kemungkinan Kyoona akan membantunya jauh lebih besar karena gadis itu menyukai Excel. Namun, baru saja panggilan terhubung seseorang meraih ponsel dari tangan Alesha dengan cepat.

 

Alesha membalikkan tubuh dan melihat Excel sudah berdiri di belakangnya.

 

"Bukankah sudah aku katakan untuk tidak bermain-main lagi!" Tatapan tajam Excel membuat Alesha ketakutan.

 

"Aku bilang kita akan menikah, jadi jangan membuat ulah lagi." Lanjutnya.

 

Alesha memundurkan langkahnya saat Excel terus maju mendekat sehingga membuat gadis itu terpojok di sudut tembok.

 

Excel meletakkan tangan di samping kepala Alesha, wajahnya mendekat membuat deru napas Alesha mejadi cepat karena terlalu takut.

 

"Apakah aku harus merenggut kesucianmu terlebih dahulu, agar kamu mau menikah denganku?!"

 

Excel menarik tangan Alesha kasar dan mendorong tubuh gadis itu ke atas tempat tidur.

 

 

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • JATAH SEBELUM PERNIKAHANMU   Bab 60

    "Biarkan aku membagi rasa ini, rasa yang hampir mati dan menjadi abu."Layla Mumtazah***Arum terbangun dengan keringat dingin yang membasahi wajahnya, ia tak pernah bisa tertidur nyenyak saat wajah pucat Fatimah selalu datang dalam mimpinya. Berkali-kali ia berusaha menenangkan diri karena tak ingin membuat Ansyar terbangun.Perempuan cantik dengan mata indah itu bangkit dari tempat tidur, ia melangkah ke kamar mandi untuk mencuci wajah, tetapi saat ia hendak mencuci muka justru adegan kecelakaan Fatimah seakan-akan terlihat jelas di kaca seperti layar bioskop yang sedang memutar film. Lalu tiba-tiba sosok Fatimah berwajah pucat berdiri di hadapannya, memiringkan kepala dan tersenyum miring dengan tatapan kosong.Tubuh Arum seketika merosot ke lantai, ia tak mampu untuk berteriak karena merasakan sekujur tubuhnya lemas seketika. "Aku mohon berhenti menggangguku," lirihnya sambil memejamkan mata."Apakah kamu tak ingin menebus dosamu padaku, berhentilah mengganggu kehidupan Abizar."

  • JATAH SEBELUM PERNIKAHANMU   Bab 59

    "Sekali memulai aku tak dapat mengakhirinya."Layla Mumtazah***"Ummi, ini jus untuk Alesha," ucap Arum sembari tersenyum. Wanita berjilbab moca itu meletakkan gelas berisi jus buah di atas meja, akan ada permainan kecil untuk Alesha saat ini. Hal itu tentu saja membuat Arum tersenyum senang."Rum, kamu tahu kan, Alesha tengah hamil saat ini, ia mulai mengalami mual jika mencium bau-bauan. Jadi untuk sementara jangan biarkan dia mencuci baju dan piring untuk menghindari mual yang lebih parah karena mencium sabun-sabun itu," ujar ummi yang tentu saja membuat Arum kesal.Saat ini seisi rumah seakan-akan berpusat pada Alesha, semua orang ingin memperhatikan dirinya sebagai ratu.Arum menatap sembari menggangguk patuh pada sang mertua. "Baik ummi, tenang saja Arum mengerti."Ummi yang telah selesai mencuci piring, menggelap tangganya yang basah lalu menyentuh pundak Arum dan tersenyum. "Semoga kamu dan Ansyar juga disegerakan memilki momongan lagi, ya."Arum mengangguk, ia terpaksa ters

  • JATAH SEBELUM PERNIKAHANMU   Bab 58

    "Aku milikmu atas kehendak Allah, jagalah aku seperti ibuku menjagaku sewaktu kecil."Layla Mumtazah.***Sore ini Alesha meminta izin untuk pergi ke suatu tempat, tentu saja ia tak pergi sendiri karena sang pawang tak akan membiarkan perempuan secantik bidadari itu untuk pergi sendirian."Jadi kita mau ke mana, Bi?" tanya Abizar."Nanti kamu juga akan tahu," ujar Alesha sembari menatap ke luar kaca.Kurang lebih dua puluh lima menit perjalanan dengan mobil pastinya, kini Alesha sudah sampai ketempat tujuan yang ia inginkan. Perempuan berjilbab hitam itu terduduk di tanah sembari menyentuh batu nisan sang ayah."Pa, maafkan Alesha, baru sekarang datang ke sini. Pa, sekarang Alesha sudah menikah," ucap perempuan berkulit putih itu dengan mata berkaca-kaca.Abizar menyentuh pundak Alesha, ia menoleh sembari mengangguk."Papa, Alesha rindu, saat tahu bahwa Alesha hamil, Alesha benar-benar teringat akan Papa. Alesha ingin sekali bisa bermanja-manja dengan Papa seperti saat kecil dulu, tet

  • JATAH SEBELUM PERNIKAHANMU   Bab 57

    "Kebahagiaan itu akan hadir ketika keikhlasan mulai menguasai hati."Layla Mumtazah."Bi, ini ...?" Abizar menatap Alesha penuh dengan kebahagiaan juga rasa haru.Alesha mengangguk-angguk menatap mata Abizar yang mulai menitikkan butir bening."Alhamdulillah, ya, Allah, alhamdulilah," ucap syukur Abizar sembari memeluk erat tubuh Alesha."Kamu akan jadi seorang ayah dan aku akan menjadi seorang ibu," ujar Alesha sembari menangis.Laki-laki berkemeja putih polos itu lalu melepaskan pelukan dari sang istri, meletakkan kedua tangan di pundak Alesha dan berkata, "Mulai saat ini, kamu harus jaga kesehatan untuk dirimu dan calon anak kita, kamu harus menjaga makanan, vitamin, tak boleh bergadang, jangan kerja keras, semuanya harus sesuai dengan apa yang aku katakan."Alesha terdiam, ia merasa heran dengan sifat Abizar saat ini, perempuan cantik itu merasa ada sisi posesif sang suami yang tiba-tiba muncul."Akan ada janin yang tumbuh dalam rahimmu, akan ada kehadiran malaikat kecil dalam hid

  • JATAH SEBELUM PERNIKAHANMU   Bab 56

    "Terkadang kita hanya mau tahu dengan egois meminta yang terbaik, tanpa mau tahu bahwa Allah telah mempersiapkan yang lebih baik dari yang kita minta."Layla Mumtazah.Alesha menelan ludahnya sendiri saat melihat Ansyar berdiri di sana sembari menatap heran, di samping laki-laki berkemeja maroon itu Nisya tengah berdiri sambil tersenyum manis melihat wajah sang ibu, Arum. Sementara Zahrah berada di belakang punggung sang kakak."Apakah saat ini sudah waktunya sarapan?" tanya Alesha tiba-tiba mencoba mencairkan suasana.Nisya mengangguk. Sementara Ansyar terlihat memicingkan mata menatap sang istri.Arum bergegas membalikkan tubuhnya dan menghadap ke arah putrinya. "Nisya, ke sini Sayang, duduklah," pinta Arum sambir menarik kursi.Tentu saja gadis kecil berjilbab merah muda itu segera menuruti apa perkataan sang ibu, Ansyar dan Zahrah pun bergegas duduk dan menunggu sarapan mereka.Abizar mau tak mau pun akhirnya memilih untuk duduk bersama, meninggalkan Alesha yang buru-buru menyeles

  • JATAH SEBELUM PERNIKAHANMU   Bab 55

    "Aku tanpamu bagaikan dunia tanpa internet."Layla Mumtazah***Abizar segera bangkit dan duduk di hadapan Alesha. "Apa yang kamu bicarakan ini?""Mba Arum selalu mengatakan bahwa ia tak ada di tempat kejadian kecelakaan itu, tapi Kyoona melihatnya. Kyoona begitu yakin bahwa wanita yang ia lihat di dekat TKP adalah Mba Arum."Abizar tiba-tiba terdiam, ia menatap wajah Alesha. "Malam itu Fatimah mengatakan akan bertemu dengan Arum, tetapi saat itu Arum mengatakan bahwa ia tak jadi menemui Fatimah, hal itu membuatku menyusulnya dan meninggalkannya sebentar untuk membeli es krim sebelum kejadian itu terjadi.""Apakah kamu yakin bahwa Mba Arum gak jadi datang malam itu?""Entahlah, aku tak sempat berpikir apa pun, melihat tubuh Fatimah bersimbah darah di hadapanku.""Maafkan aku," lirih Alesha penuh penyesalan.Abizar segera merengkuh tubuh Alesha dan memeluknya dengan erat. "Ini bukan kesalahanmu. Lupakan saja, semua sudah takdir dari Allah."Alesha menenggelamkan wajahnya dalam dekapan

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status