Michael menghela nafas lega sambil tersenyum penuh percaya diri, “Tentu saja aku bisa.”
Richard meletakkan beberapa foto wanita di atas meja lalu menyorongkannya ke arah Michael.
Michael memeriksa lembar demi lembar foto wanita cantik yang diberikan dengan mulut mengepak dan mata membulat.
“Bukankah i..ini istri anda?”
Richard mengangguk, “Namanya Rosie, dialah targetmu.”
Michael memperhatikan wajah Rosie lebih seksama, ia merasa tidak asing dengan wajah itu.
Rambut keemasan, mata biru, bibir tipis…bibir itu mengingatkannya pada bibir yang pernah membuatnya lupa diri beberapa hari lalu.
Perlahan ingatannya akan wajah itu terangkai penuh, ternyata istri Richard adalah wanita yang pernah bersamanya waktu itu.
“Maaf, aku tidak mengerti. Kau menugaskan aku untuk tidur dengan istrimu?” tanya Michael tak percaya sambil mengangkat dagunya memindahkan pandangannya kepada Richard yang masih menunggu reaksinya.
“Aku memintamu untuk membuat istriku jatuh cinta padamu dalam waktu dua bulan entah bagaimana caramu melakukannya, sampai aku berhasil menceraikannya.”
“Apakah ini tidak terlalu kejam untuk istrimu?”
“Dengar!” tukas Ricard tak sabar, “Kau memiliki adik yang sakit dan membutuhkan biaya tidak sedikit bukan?”
Michael mengangguk perlahan.
“Aku akan menanggung semua biaya pengobatan adikmu selama di rumah sakit bila kau menyetujui dan menandatangani Perjanjian Rahasia kita, apakah itu cukup?”
Mata hijau zamrud Michael berbinar, “ Sungguh?”
“Aku tidak mungkin ingkar janji.”
Michael mengetatkan giginya sebelum akhirnya mengangguk. Richard dan Jason saling memandang dengan berbagi senyum kemenangan.
“Bagus,” Richard tersenyum dan kini menyodorkan sebuah map dengan kertas bermeterai diatasnya, "Bacalah perjanjian ini baik-baik, lalu tandatangani sebagai kesepakatan kita!”
Michael membaca satu persatu isi Perjanjian Rahasia yang tersaji di depan matanya, Ada beberapa poin penting diketik dengan huruf tebal.
Pertama : Pihak ke 2 harus berhasil membuat Target jatuh cinta dalam waktu dua bulan.
Kedua : Pihak ke 2 dilarang jatuh cinta pada Target.
Ketiga : Pihak ke 2 harus meninggalkan Target apabila misi sudah selesai.
Keempat : Pihak ke 1 akan membayar sesuai kesepakatan.
Kelima : Apabila Pihak ke 2 melanggar perjanjian atau gagal dalam tugas maka harus membayar ganti rugi sebesar kesepakatan yang dikeluarkan oleh pihak ke 1.
Michael menelan ludah, sejujurnya ia tak yakin dapat menaklukkan Rosie mengingat wanita itu seperti jijik padanya. Bagaimana kalau ia gagal lagi?
Ia tak mungkin sanggup membayar ganti rugi sesuai poin nomor lima.
“Tampaknya kau masih ragu-ragu,”Richard dapat melihat pulpen yang ada dalam genggaman Michael bergetar, “Kukira kau lebih sayang adikmu daripada segala kecemasan dan ketakutan yang sekarang ada dalam pikiranmu.”
Michael menggeser pandangannya ke arah Richard, “Aku hanya tak mengerti, kau tampak seperti suami yang takut kehilangan istrimu di malam itu, dan sekarang kau ingin mencampakkannya? Ini terdengar tak masuk akal.”
“Cinta tidak membutuhkan akal sehat,” tangkis Richard dingin, nyaris membuat Michael menggigil mendengarnya.
Pemuda itu menarik nafas panjang sebelum akhirnya membubuhkan tandatangan pada surat perjanjian di depannya. Ia memang tak punya pilihan lain
“Oh ya, ada beberapa hal yang harus kau ketahui sebelum memulai!” ujar Richard lagi,.
“ Kau tidak boleh menghubungi Donna dan bekerja padanya selama masa kontrak perjanjian kita, karena ayah mertuaku pasti sedang mengawasiku saat ini. Aku tidak ingin rencana ini gagal dan bisnisku hancur karena ia bisa berbuat apa saja.”
Michael mengangguk paham, “Baiklah, tak masalah bagiku.”
Richard mengambil sebuah kartu debit dari dalam laci dan melemparkannya ke atas meja, “Kau bisa membeli segala keperluanmu . Untuk biaya rumah sakit, biarkan Jason yang mengurus.”
Mata Michael nanar menatap kartu itu, ia tak yakin apakah ia sedang bermimpi atau berada dalam alam nyata.
Bila mimpi, ia sungguh tak ingin bangun lagi. Bertahun-tahun hidup dalam himpitan ekonomi yang keras sangat melelahkan.
Ia tak tahu Richard adalah malaikat penolong atau iblis menyamar, untuk saat ini ia tak akan peduli. Hanya Jonas yang terpenting.
***
Richard tiba di mansion sekitar jam 11 malam, ia berharap Rosie sudah tidur. Ia enggan mendapat berondongan pertanyaan penuh kecurigaan dari istrinya itu.
Seharian ia sibuk mempersiapkan rencana bersama Jason hingga lupa waktu.
Namun ternyata harapannya sirna mendapati Rosie duduk menantinya di ruang tengah.
“Hai,” sapa Richard lembut.
‘Hai,” Rosie membalasnya dengan senyuman letih.
“Mengapa menungguku pulang? Kau baru sembuh, Rosie. Seharusnya masih perlu banyak istirahat.”
Rosie bangkit dari duduknya dan menghampiri Richard, melingkarkan lengannya ke pinggang suaminya, “Aku merindukanmu.”
Richard berdiri membeku saat wajah Rosie begitu dekat dengan mata setengah terpejam. Sudah lama sekali mereka tak bermesraan karena ia selalu menjauh dan kini saat istrinya menginginkan kemesraan, ia merasa canggung.
Richard menyentuh dagu Rosie, menghelanya lembut ke samping dan mengecup pipinya.
“Aku lelah sekali, mari kita beristirahat,” kata Richard seraya melepaskan lengan Rosie yang membelit pinggangnya. Rosie menekan kekecewaannya dalam-dalam dengan mengikuti suaminya.
“Aku ingin bekerja,” tiba-tiba saja Rosie berucap di belakang punggung Richard saat pria itu melangkah ke kamar mandi. Pria itu berbalik dan menatapnya penuh tanya.
“Kenapa?”
“Aku bosan setiap hari tanpa kegiatan, mungkin aku bisa membantu Selena kalau dia tak keberatan atau mencari di aplikasi lowongan pekerjaan.”
“Usulmu baik juga,” kata Richard dengan senyum penuh pengertian.
“Dengan adanya kesibukan kau pasti tidak akan kesepian, karena akhir-akhir ini aku sangat sibuk karena banyaknya tender yang harus diselesaikan.”
“Sungguh kau tidak keberatan?” Rosie terlihat senang sekali.
“Kebetulan Jason membutuhkan bantuan dengan coffee shopnya, dia membutuhkan manager yang dapat menggantikannya karena ia harus lebih sering membantuku di kantor.”
“Oh wow!” Rosie memeluk Richard, “Terimakasih, Richard. Kapan aku bisa memulainya?”
“Bagaimana kalau besok?” kata Richard tak sabar.
“Besok?” mata Rosie membulat besar, “Apakah tidak terlalu mendadak? Aku merasa tidak siap.”
“Ah tidak apa-apa, hitung-hitung kau belajar dulu dengan Jason sebelum benar-benar terjun.”
“Baiklah,” Rosie tersenyum bahagia.
“Sudah, kau tidur dulu supaya besok segar saat mengawali hari pertama-mu bekerja!” Richard mengecup kening Rosie dan mengelus kedua lengan istrinya.
“Selamat malam,” Rosie mengangguk lalu beranjak ke tempat tidur.
Masuk ke dalam kamar mandi dan menguncinya, Richard menyeringai sambil merogoh saku celananya untuk mengambil ponselnya.
“Hey Jason?’
“Yeah?” terdengar Jason menguap di seberang.
“Tidak disangka rencana kita menjadi lebih mudah, aku tidak perlu repot-repot mencari alasan. Ia sendiri yang masuk ke perangkap kita!”
Dalam keheningan ruangan yang hanya terisi suara gemerisik gaun satin, Rosie berdiri bagai patung lilin, indah namun bagai tanpa nyawa. Cahaya lampu di atas kepala menyorot lembut menciptakan kilauan pada renda dan kain satin yang membalut tubuh rampingnya.Tiba-tiba pintu terayun terbuka, terdengar suara langkah kaki berbalut sepatu high heels memasuki ruangan lalu disusul suara wanita yang terperangah sekaligus terpesona.“Wow, cantik sekali!” pekik Selena memandang sepupunya dari atas ke bawah berulang kali seolah tak pernah puas mengagumi. Tetapi kemudian wajah bahagianya berubah manyun menyadari ekspresi Rosie yang kaku tanpa keceriaan di dalamnya.“Kau ini kenapa? Ini hari pernikahanmu, harusnya bahagia bukan cemberut seperti nenek-nenek tua!” omel Selena, “Tariklah ke atas bibirmu itu!”Rosie berusaha menarik bibirnya ke atas seperti saran Selena, menciptakan senyuman miring yang tak sedap dipandang.“Jelek sekali, ingat … Ini momen terbaikmu!” keluh Selena, diraihnya tangan Ro
Keputusan menikah Michael dan Rosie mendapatkan sambutan yang positif dari banyak pihak, terutama Sebastian. Pria tua itu sangat lega karena putrinya bersedia menikah dengan pengusaha kaya raya. Ia lega bukan hanya karena bisnis Keluarga White akan membaik, tetapi juga anak dan cucunya akan memiliki sebuah keluarga utuh.Rosie sendiri berusaha untuk berpura-pura bahagia di depan Sebastian, ia tak ingin ayahnya berduka yang akan mempengaruhi kesehatan pria yang sudah tak muda lagi itu. Namun sesungguhnya jauh di dalam hati, Rosie mengalami pergumulan batin. Antara dendam, kebencian, dan cinta. Ia membenci Michael dengan sepenuh hati, ingin membalas dendam atas kebohongan yang pernah ditorehkan pria itu kepadanya. Tetapi wanita itu juga takut akan jatuh cinta lagi pada ayah kandung Ronald, karena jujur ia belum bisa melupakan Michael. Namun Rosie merasa sedikit lega karena Michael bersikap acuh tak acuh padanya semenjak kesepakatan mereka untuk menikah. Pria itu hanya datang ke aparte
“Aku ada ide!” Tiba-tiba Selena menjentikkan jari, bibirnya menyunggingkan senyuman lebar. “Ide apa, Lena?” Rosie menjadi penasaran, ia harus akui Selena memiliki ratusan ide, meskipun kebanyakan dari idenya terbilang ekstrim.“Bagaimana kalau kau turuti saja persyaratan yang diminta Michael pada ayahmu?” usul Selena, dan sebelum sepupu berambut pirang itu memprotes, ia menempelkan telunjuknya ke bibir Rosie.“Coba pikirkan, bila kau setuju menikah dengan Michael. Pertama, hotel yang didirikan Sebastian akan terselamatkan dan kau bisa mengembangkannya menjadi hotel yang maju. Kedua, Ronald memiliki seorang ayah seperti yang selama ini selalu diimpikan. Ketiga, Sebastian memiliki semangat hidupnya kembali!” papar Selena, mata coklatnya berbinar penuh semangat.“Aku membenci laki-laki itu, Lena!” sergah Rosie cepat. “Aku tidak mau jatuh kedua kali padanya, sakit sekali rasanya.” “Kalau kau memang membencinya, mengapa takut jatuh cinta?” tantang Selena memprovokasi. “Lakukan balas dend
Sebastian menatap Rosie dalam-dalam, ada guratan kecewa di matanya. “Hanya ini jalan satu-satunya untuk menyelamatkan hotel ibumu, Rosie!” suara Sebastian terdengar serak. “Tidak ada seorangpun yang sudi mengeluarkan uang untuk usaha kita ini, hanya dia yang mau menolong!” “Michael bukan menolong, Ayah!” sergah Rosie marah, “Dia menginginkan timbal balik, dan aku tak akan memberikan diriku padanya!” “Ayah mohon kau mau mempertimbangkannya, demi masa depanmu dan Ronald!” pinta Sebastian, suaranya nyaris memelas. “Tidak ada yang perlu dipertimbangkan, Ayah!” tegas Rosie, mata birunya berkilat-kilat. “Aku sudah tidak mau Ayah jadikan alat pembayaran untuk mencapai kesuksesan. Dulu Ayah sudah menjualku pada keluarga Eddison untuk penyatuan dua perusahaan besar, sekarang menjualku pada Bridgewood? Aku bukan pelacur!” Napas Rosie memburu dilanda emosi yang sangat hebat. Ia ingin menangis dan meraung namun sadar saat ini harus tegar dan kuat. Aku tak akan membiarkan siapapun menyakiti h
Sebastian menatap punggung kursi direktur di depannya dengan rasa penasaran yang tinggi. Pria tua ini tak mengerti dan sedikit tersinggung mengapa George Jr. tidak menyambut dan menampakkan diri di depannya.Apakah benar dugaan Rosie, pebisnis macam George Bridgewood mustahil bersedia bekerja sama dengan keluarga White yang berada di ambang kebangkrutan?“Hal penting apakah yang ingin Anda bicarakan dengan saya, Tuan George Junior?” Sebastian memberanikan diri bertanya seraya membenarkan posisi duduk yang terasa tak nyaman. Ia bersiap untuk menerima kemungkinan terburuk , karena sudah beberapa kali mengalaminya. Ya, penghinaan kerap pria tua itu terima saat menawarkan kerja sama karena dianggap datang hanya untuk meminjam uang. Bila hari ini ia menerima penghinaan itu lagi, baginya semua telah berakhir.“Saya ingin menyuntikkan dana untuk merenovasi kembali hotel Anda dan membantu pemasaran agar hotel tersebut bangkit kembali dan jaya seperti dulu.”“Benarkah Anda mau melakukan itu?”
“Rosie, tunggu!” Michael berusaha mengejar Rosie yang berjalan tergesa menuju mobilnya yang terparkir tak jauh dari supermarket sambil menggandeng Ronald .“Rosie, jangan abaikan aku!” Michael berhasil menangkap lengan Rosie dari belakang, namun wanita berambut pirang itu menyentakkannya dengan marah.“Jauhi aku dan anakku!” desis Rosie dengan nada mengancam. Michael menoleh pada Ronald yang bersembunyi di belakang kaki jenjang wanita itu, seolah kaki-kaki itu dapat membuatnya tak terlihat.“Apakah dia anakku?” bisik Michael, matanya berkaca-kaca. Ia tak ingin menangis, tetapi melihat sosok kecil yang merupakan copy dirinya sungguh pemandangan yang mengharukan.“Ronald, masuk ke mobil cepat!” perintah Rosie pada putranya. Ronald berlari masuk ke dalam mobil dengan patuh.“Aku harap tidak perlu melihatmu lagi, karena kalau sampai kau berani mendekati kami, aku akan memanggil polisi!” ancam Rosie lagi.“Kau tega memisahkan aku dari anak kita!” Suara Michael terdengar kecewa. “Seharusny
Keputusan Rosie pulang kembali ke New York setelah lima tahun semata-mata karena ingin mengunjungi ayahnya yang sakit-sakitan. Hubungan mereka sudah sangat buruk sebelum akhirnya ia memilih pergi waktu itu. Kini saatnya memaafkan sekaligus memperkenalkan Ronald kepada kakeknya. Berdiri berhadapan di lobi sebuah hotel milik Sebastian yang tersisa, Rosie merasa canggung. Ayahnya seperti orang asing, dengan rambut berwarna perak, tubuh ringkih dan tongkat yang ia gunakan untuk membantunya tetap tegak berdiri. Apa yang telah Sebastian alami selama lima tahun ini sepertinya sangat berat untuk ia lalui sendirian. “Apakah dia … cucuku?” suara serak Sebastian menyadarkan Rosie. Wanita itu mengangguk lalu membungkuk menatap mata putranya. “Ronald, dia adalah kakekmu!” Rosie menunjuk Sebastian. Anak laki-laki berusia empat tahunan itu menoleh ke arah kakeknya, mata hijaunya berkilat. Setelah mendapat izin dari Rosie, Ronald berlari ke arah Sebastian. Sebastian tak bisa berjongkok untuk m
Lima tahun berlalu, di kota Seattle. Seorang bocah laki-laki kecil sedang berlarian keluar dari gedung sekolah, rambut ikalnya bergoyang tertiup angin. “Ronald!” langkah si kecil terhenti ketika seorang guru pria memanggilnya dari belakang. “Ya, Pak Tim?” Ronald kecil memutar tubuh menghadap gurunya yang bernama Timothy. “Kau melupakan kotak makan siangmu di bangkumu lagi!” Tim menggoyang-goyangkan tempat makan Ronald seraya menghampiri. “Terima kasih, Pak!” Ronald tersenyum saat menerima kotak makan bergambar 'lilo and stitch' kembali. Tim membantu memasukkan kotak tersebut ke dalam ransel yang disandang si kecil. Tim mengangkat dagu ke depan, melambai ke arah seorang wanita cantik yang menunggu Ronald di dalam mobil hatchbacknya. Ia menggandeng tangan Ronald berjalan ke arah mobil. “Hi, Mommy!” Ronald menyapa wanita itu. “Hi, Sayang!” Wanita itu tersenyum lebar, dengan sabar menunggu Tim membuka pintu mobil dan pria kecilnya memanjat masuk ke dalam mobil mereka. “Bagaimana
Di hari minggu yang cerah, pesta pernikahan Richard dan Sasha dengan nuansa alam terbuka sedang berlangsung. Sasha terlihat begitu bahagia, senyuman tak kunjung pupus dari bibir. Ia tampil bak seorang putri negeri dongeng, gaun pengantin mermaid yang dikenakan menyempurnakan penampilan. Pernikahan ini adalah yang ditunggu-tunggu, kini dirinya tidak akan lagi disebut pelakor atau orang ketiga. Semua orang akan memanggilnya dengan sebutan Nyonya Eddison.Tetapi tidak demikian dengan Richard, seharian berwajah murung. Ia berusaha tersenyum di depan Sasha, namun pikirannya carut marut.Di hari istimewanya, sahabat yang selalu setia tidak bersedia datang maupun sekedar menelepon mengucapkan selamat. Richard mencoba menghubungi beberapa kali namun tak ada tanggapan. Rasa kehilangan tentu saja ada, bahkan sangat kental. Ia bukan hanya kehilangan sahabat, tetapi juga partner kerja.Selesai pemberkatan nikah, Sebastian White -ayah Rosie- menghampiri Richard. Wajahnya sangat dingin dan tidak b