Home / Romansa / JEBAKAN SANG CEO ( JODOH SALAH PILIH ) / Kamu menginginkannya, bukan?

Share

Kamu menginginkannya, bukan?

Author: Ariirma
last update Last Updated: 2024-07-23 15:22:16

"Rey, ini, ambil!" Raditya melempar kontak mobil Ayra ke arah Rey. Dengan sigap pria itu langsung menangkapnya.

"Eh, sini kembalikan! Kenapa kamu ambil kontak mobil saya," ucap Ayra berusaha merebut kontak mobilnya dari tangan Rey.

"Ayra, kamu apaan sih! Biar Rey yang menyetir mobil. Dia ini suami kamu lho," ujar Raditya mengingatkan.

"Duh, Papa. Kayak nggak tahu aja sama dia. Papa kira dia bisa menyetir mobil?" ledek Ayra menatap malas ke arah Rey, suaminya.

"Sini, berikan padaku kontaknya!" Ayra kembali merebut paksa kontak mobil dari tangan Rey.

"Ayra!" Raditya geleng-geleng kepala melihat kelakuan putrinya.

"Sudahlah, Pa. Ayo, kita berangkat!" ajak Ayra langsung beranjak pergi keluar ruangan.

"Oh, ya. Sekalian kamu bawa barang-barangnya ke mobil," lanjut Ayra hingga membuat Rey menghentikan langkah. Begitupun Raditya, ia menghela napas panjang, sangat menyayangkan sikap Ayra yang tidak mencerminkan sebagai seorang istri.

"Maafkan putri saya, Rey. Dia memang begitu," jelas Raditya merasa bersalah pada sang menantu.

"Tenang saja, Pak. Ini hal biasa bagi saya," ungkap Rey tersenyum.

Mobil yang dikendarai Ayra, akhirnya melaju dengan kecepatan tinggi. Entah, mengapa rasanya ia ingin segera tiba di rumah. Sementara Papa dan suaminya yang duduk di jok kursi bagian belakang tampak sedang berbincang santai.

Tiba di rumah, Ayra langsung turun tanpa mengajak suaminya masuk. Lagi dan lagi, Raditya hanya bisa menghela napas. Ia melihat di sekeliling, suasana rumah yang baru ia tinggal beberapa minggu ini tampak begitu sepi.

"Asih, apa keperluan saya sudah kau siapkan?"

"Sudah, Tuan. Semuanya ada di kamar Anda," jawab Asih mengambil koper pakaian dari tangan Rey. Langkah wanita itu terhenti, ia menatap Rey dengan kedua alis mengernyit.

"Maaf, Tuan. Dia siapa?" tanya Asih.

"Dia suami Ayra. Tolong kamu tunjukkan pada dia dimana kamarnya Ayra," ucap Raditya menatap putrinya yang sudah duluan menaiki tangga menuju kamar.

Asih melongo, kembali menatap Rey dari atas hingga bawah kaki. Ia masih belum percaya jika pria berpenampilan aneh itu ternyata suami Nona Muda, Ayra.

"Asih, kenapa kamu masih di situ? Ayo bawa dia ke kamar Ayra." Asih tersentak. Wanita itu langsung mengangguk lantas mengajak Rey naik ke lantai atas.

"Tuan Muda, mari ikut saya." Rey mengangguk. Ia mengikuti wanita itu sambil memandangi sekeliling dalam rumah.

"Ini kamarnya, Tuan."

"Baik, Terimakasih." Asih mengangguk lantas pamit pergi.

Tanpa mengetuk terlebih dahulu, Rey langsung memegang gagang pintu kemudian mendorongnya pelan. Sebelum melangkah masuk, ia menyembulkan kepalanya ke dalam melihat keadaan dalam kamar.

Sepi.

"Hm, nggak ada orang. Lebih baik aku langsung masuk dan tidur," gumamnya tersenyum.

Tanpa pikir lagi, Rey langsung masuk dan menuju ranjang. Ia langsung membaringkan tubuh kekarnya di atas sana dengan posisi telentang. Perlahan ia memejamkan mata, menikmati kenyamanan udara dalam kamar yang begitu harum.

"Arrrrrrgh!"

Rey langsung melonjak kaget saat mendengar suara teriakan. Ia gegas bangun dan melihat sekeliling. Tampak Ayra sedang berdiri di bibir pintu kamar mandi sambil menutup bagian dadanya yang hanya mengenakan handuk.

"Kamu! Kenapa masuk ke sini, hah!?" sentak Ayra.

Rey menatap tak berkedip ke arah Ayra. Dia berdiri diam mematung tanpa mengeluarkan sepatah katapun. Hal itu tentu saja membuat Ayra semakin merasa tidak nyaman. Ia pikir otak Rey mulai berkelana yang tidak-tidak karena menatap tubuh dirinya yang saat ini hanya terbalut handuk.

"Kamu kenapa diam di situ? Cepat keluar!" usir Ayra sambil menunjuk ke arah pintu.

"Tidak, ini kamar kita. Papamu bilang kita berdua tidur di kamar ini," balas Rey menggeleng. Ia menolak untuk keluar dari kamar sebab kamar ini juga menjadi kamarnya. Ayra adalah istrinya. Jadi, sudah menjadi hak nya memasuki kamar Ayra kapanpun ia mau.

Ayra melongo, merasa tidak percaya dengan apa yang Rey katakan. Tidur berdua? Oh, tidak. Sampai kapanpun ia tak pernah sudi tidur dengan pria kampungan seperti Rey. Baik itu seranjang maupun sekamar, ia tidak akan pernah mau. Sekalipun jika sang Papa akan marah padanya, ia juga tak peduli.

"Jangan harap. Aku tidak pernah sudi tidur berdua denganmu. Sekarang, cepat kamu keluar dari sini! Aku mau ganti baju." Ayra mendekati Rey lantas mendorong bahunya agar segera keluar. Namun, Rey dengan sigap menahan tangan Ayra.

Ayra terkejut. Rey balik mendorong Ayra hingga punggung belakang gadis itu menabrak dinding. Pria itu mengurungnya dengan dua tangan, wajah mereka berdekatan dengan posisi saling tatap.

"Mau apa kamu?"

"Tubuhmu. Kamu tidak akan bisa menahan ku," balas Rey dengan napas memburu.

Wajah Ayra langsung memerah, entah karena apa. Antara malu dan marah, itu yang ia rasakan untuk saat ini. Ia menatap mata elang Rey yang begitu tajam dan menghipnotis seolah akan menelannya bulat-bulat. Jujur, dalam hati sebenarnya saat ini ia merasa sangat takut.

Rey tersenyum merasa telah berhasil menjinakkan sang istri yang menurutnya terlalu galak. Perlahan, dengan berani ia semakin mendekatkan wajahnya ke wajah Ayra.

Gadis itu hanya diam. Ia memejamkan mata, dan berusaha menghindari kontak mata dengan suaminya. Saat ini ia merasakan jantungnya berdetak begitu kencang dan tak beraturan seakan mau keluar dari tempatnya karena rasa takut dan perasaan ... yang entah ia tidak tahu apa penyebabnya.

"Aku tahu," ucap Rey hingga membuat Ayra perlahan membuka mata. Gadis itu masih diam ditempatnya dan tak bicara sepatah katapun.

"Kamu menginginkannya, bukan?" lanjut Rey tersenyum menyeringai.

"What?" Wajah Ayra langsung memerah. Ia langsung mendorong tubuh Rey sekuat tenaga hingga membuat handuk yang melilit tubuhnya hampir saja terlepas.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • JEBAKAN SANG CEO ( JODOH SALAH PILIH )    Kejujuran Asih.

    Papa ... Papa! Bangun, Pa!" Ayra berteriak histeris sambil mengguncang tubuh Papanya. Namun, tubuh itu sama sekali tak merespon. Tampak para perawat melepas semua alat medis yang masih terpasang di tubuh Raditya. Ayra yang melihat itu semakin histeris. Ia tak menyangka jika apa yang ia bayangkan akan terjadi dan menjadi kenyataan. Rasanya ia belum bisa menerima takdir yang menurutnya terlalu cepat. "Tidak, Pa. Tolong jangan tinggalkan Ayra," ratap Ayra dengan air mata yang terus saja mengalir membasahi wajah. "Nona, sabar ya," ucap salah satu seorang perawat yang merasa kasihan sambil merangkul Ayra. "Nona." Ayra mengangkat wajah saat mendengar suara seorang wanita yang telah lama menjadi perawat papanya. "Mbak Asih, apa yang terjadi, Mbak? Kenapa papa begitu cepat meninggalkan Ayra?" tanya Ayra kembali menangis. Asih langsung memeluk tubuh Ayra. Wanita itu juga merasakan kesedihan yang mendalam. Baginya, keluarga Ayra merupakan keluarga yang baik. "Sabar, Nona. Tuan sudah tida

  • JEBAKAN SANG CEO ( JODOH SALAH PILIH )    Tidak tertolong lagi.

    24. JEBAKAN SANG CEO "Ayra, apa maksudmu? Tidak, aku tidak ingin kita berpisah. Aku tidak akan menceraikan mu!" tegas Rey menahan tangan istrinya yang bersiap pergi. Ayra menghela napas kasar. Ia menepis tangan suaminya. Sungguh saat ini hatinya dikuasai emosi. Ia tidak menyangka ternyata Rey sedang menyamar. Entah, ia tidak tahu apa tujuannya. Yang jelas ia tidak ingin lagi di bohongi. "Terserah apa katamu, Rey. Aku tak peduli. Mau bagaimanapun aku tetap ingin kita berpisah. Ternyata aku telah salah memilihmu untuk menjadi jodohku. Kamu menjebak ku, Rey!" Ayra menggeleng, menatap suaminya dengan penuh rasa penyesalan. Matanya mulai merebak, merasakan kekecewaan yang begitu dalam. "Tidak, Ayra. Aku tidak sedang menjebak mu apalagi membohongi kamu," jelas Rey jujur. Ia meraih tangan istrinya, menggenggamnya dengan erat berharap wanita yang telah membuat dirinya jatuh cinta itu percaya. "Lalu apa semua ini, hah?! Ini yang kamu bilang tidak menjebak ku? Ini, lihatlah. Apa ini, Rey?"

  • JEBAKAN SANG CEO ( JODOH SALAH PILIH )    Siapa kamu?

    Plak! Rey terkejut. Satu tamparan mendarat di pipi bagian kanan. Ia mengangkat wajah, menatap Ayra yang diliputi marah. Entah, ia tidak tahu apa penyebab istrinya itu marah pada dirinya. Saat ini mereka berada di lorong rumah sakit. Usai Rey bicara dengan Raditya, ia langsung keluar dari ruangan itu. Saat itulah Ayra langsung menarik tangannya menjauh dari sana. "Kenapa?" tanya Rey pelan. Ia bingung kenapa istrinya bisa marah tanpa jelas pada dirinya. "Kenapa katamu? Kamu kira aku nggak tahu semuanya, begitu?" sahut Ayra menatap nyalang ke arah suaminya. Rey baru menyadari saat ini bukanlah waktu dan tempat yang tepat untuk membahas semua. Ini rumah sakit, tidak seharusnya mereka ribut di sini karena hanya akan menganggu para pasien yang sedang beristirahat. "Ayra, seharusnya bukan di sini. Ayo!" Rey langsung menarik tangan istrinya, membawanya masuk ke mobil. Kebetulan mobilnya masih terparkir mulus di tempat parkir khusus. Rey memanfaatkan kesempatan itu untuk membawa Ayra pul

  • JEBAKAN SANG CEO ( JODOH SALAH PILIH )    Bertemu Kembali

    ***Rey tersenyum penuh semangat. Rasanya ia sudah tidak sabar ingin mendekati istrinya kembali. Walau hatinya masih terasa sakit dengan perlakuan Ayra sebelumnya, akan tetapi ia akan berusaha untuk memaafkan. Rey terdiam, memikirkan di mana istrinya. Bagaimana mungkin ia bisa menemui wanita itu sedangkan dirinya saja tidak tahu dimana keberadaannya. "Kamu di mana, Ayra?" tanyanya seorang diri. Rey masih diam didalam mobil. Ia terus berpikir sembari mengetuk-ngetuk stir mobil. Saat teringat dengan Papa mertuanya, ia langsung tersenyum."Rumah sakit. Ya, dia pasti berada di rumah sakit." Rey kembali menelpon Max. Asistennya itu tahu ruangan tempat Raditya menginap. Mungkin Max bisa membantunya menemui Ayra."Max, kau tahu ruangan tempat Pak Raditya di rawat. Katakan padaku di mana itu?" "Iya, Tuan. Beliau di ruangan VIV Kamboja lantai 2 nomor 010." "Baik, Terimakasih, Max. Apa kau melihat Ayra?" tanyanya kemudian."Tidak, Tuan.""Kalau begitu, carikan dia untukku!" "Siap, Tuan T

  • JEBAKAN SANG CEO ( JODOH SALAH PILIH )    Ternyata Dia Penyelamat.

    "Apa mama tahu tentang semua ini?" Rey langsung mencerca Elisa dengan pertanyaan saat mereka sudah tiba pulang ke rumah. Sekarang waktu sudah menunjukan jam tujuh malam. Elisa menghela napas lantas mengangguk pelan. Jujur, ia mengingat semua. Mengingat malam saat kejadian naas itu menimpa keluarganya. Di mana malam itu ia kehilangan sang suami, orang yang paling ia cintai. "Lalu kenapa mama nggak cerita? Apa alasan mama menyimpan rahasia ini? Ada apa sebenarnya?" lagi, Rey mencerca mamanya dengan banyak pertanyaan. Ia begitu bingung dengan semua dan ingin tahu apa yang sebenarnya telah terjadi. "Mama butuh minum, Rey. Bisakah kamu ambilkan?" Elisa menoleh. Ia belum menjawab pertanyaan putranya. Ia butuh ketenangan. Kenangan tentang kejadian malam itu membuatnya begitu rapuh. Kehilangan suami menjadikan hidupnya tak sebahagia seperti dulu. Meskipun ia mempunyai Rey, satu-satu putra mereka, akan tetapi, Elisa belum bisa melupakan semua kenang-kenangan semasa hidup bersama suaminya.

  • JEBAKAN SANG CEO ( JODOH SALAH PILIH )    Mengunjungi Oma

    Mobil SUV hitam mengkilat memasuki halaman rumah nan luas. Rumah bercat cream itu tampak sepi. Hanya ada satpam dan penjaga taman yang bertugas seperti biasa. "Nyonya Elisa? Tuan Muda Rey?" ucap satpam penjaga gerbang terkejut saat melihat anak dan cucu majikannya datang berkunjung. "Hm, apa Mama ada di rumah?" tanya Elisa turun dari mobil di bantu oleh putranya, Rey."Ada, Nyonya. Seperti biasa beliau sedang beristirahat," jawab satpam itu ramah."Baik, Terimakasih. Ayo, Rey!" ajak Elisa. Rey mengangguk lantas mendudukkan mamanya di kursi roda. Pintu rumah terbuka lebar saat para pembantu juga mengetahui kedatangan mereka. Rey kembali mendorong kursi roda Elisa menuju kamar tempat Oma nya beristirahat. Setibanya di sana, tampak Oma Rey sedang duduk santai sambil merajut kain di sofa yang menghadap langsung ke arah pemandangan di depan. "Sore, Oma. Kami datang," sapa Rey tersenyum. Wanita yang di panggil Oma itu terkejut. Ia langsung menoleh kemudian tersenyum lebar saat tahu si

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status