Share

Menabrak

Author: Ariirma
last update Last Updated: 2024-07-20 14:24:22

Dengan santai Ayra kembali mundur. Ia balik menatap mama tirinya dengan senyuman tak kalah sinis. "Tenang saja, Ma. Besok Ayra bakal menikah kok. Kalian tunggu saja."

Usai berkata demikian, Ayra langsung masuk ke mobil lantas menutup pintunya dengan keras. Keluarga tirinya terdiam merasa sedikit terkejut dengan perkataan Ayra barusan.

Mereka menatap kepergian Ayra hingga menghilang di jalanan. Liza langsung berdecak sebal tak menyangka Ayra berani bersikap demikian. Biasanya gadis yang menurutnya dungu itu hanya diam saja dan tak melawan. Tapi, kini? Apa yang ia lihat sungguh diluar perkiraannya.

"Dia beneran nggak sih, Ma? Bisa gawat kalo gini," ucap Liza menatap mamanya dengan raut wajah khawatir.

"Halah, kamu tenang saja sih, Liz. Ayra itu nggak punya pacar. Mana mungkinlah dia besok bisa langsung nikah. Lagian siapa sih cowok yang mau sama dia yang perawan tua itu," ujar mamanya mencoba menenangkan putrinya walau dalam hati sebenarnya ia pun merasa khawatir.

"Tapi, Ma ...,"

"Sudah, pokoknya kamu tenang saja. Biar mama yang urus. Sekarang ayo kita masuk dulu," ajak mamanya melangkah lebih dulu memasuki rumah sakit.

*

Sementara itu, dalam perjalanan mengendarai mobil, pikiran Ayra berkelana kemana-mana. Saat ini hatinya masih begitu dongkol dengan sikap keluarga tirinya yang selalu suka menghina. Ingin rasanya ia merobek mulut mereka yang ember itu.

"Huh! Bagaimana ini? Aku bisa kalah, mereka pasti akan menertawakan ku lagi," gumamnya dalam hati.

Kini perasaan Ayra mendadak resah dan bingung. Menikah? Bagaimana ia bisa menikah sedangkan calon mempelai lelakinya saja tidak ada? Besok? Ah ... memikirkan semua bikin otaknya pusing! Pusing tujuh keliling!

"Huft! Tahan, tenang!" gumamnya lagi mengambil napas dalam lantas mengeluarkannya secara perlahan.

Ayra kembali fokus menyetir mobil, mencoba melupakan masalahnya sejenak. Namun, ternyata tak bisa. Semua masalah itu berkeliaran memenuhi otaknya meminta untuk diselesaikan sekarang juga ditambah lagi perasaannya yang tak bisa tenang.

Kini, Ayra jadi melamun memikirkan masalahnya yang kian rumit. Tanpa ia sadari di depan sana ada seseorang sedang menyebrang jalan. Dan ....

Shif!

Ayra refleks langsung menginjak rem mobilnya secara mendadak sehingga menimbulkan suara decitan ban mobil yang beradu dengan aspal itu terdengar cukup keras.

"Astaga! Ya, Tuhan. Apa yang telah aku lakukan? Ah, sial!" umpat Ayra langsung membuka kaca pintu mobil. Ia langsung panik saat melihat ternyata di depan sana ada seseorang duduk meringkuk di jalan aspal.

"Apa dia tertabrak? Aduh, bagaimana ini?" gumamnya ketakutan.

Tak ingin orang-orang sekitar menghakimi dirinya, Ayra pun terpaksa keluar dari mobil. Ia melangkah pelan menghampiri orang tersebut.

"Maaf, saya tidak sengaja. Apa anda baik-baik saja?" tanya Ayra sembari mengulurkan tangannya untuk membantu orang tersebut agar berdiri.

Saat orang itu mengangkat wajahnya, Ayra di buat kaget dengan penampilannya. Ternyata dia itu seorang pria. Ia pun menarik tangannya kembali dan mengurungkan niatnya ingin membantu pria tersebut.

"Saya bisa sendiri. Apa Anda tidak punya mata?" tanya pria itu berlagak angkuh. Ia akhirnya berdiri sendiri tanpa bantuan siapapun.

Ayra melongo. Ia menatap penampilan pria dihadapannya yang menurutnya cukup memprihatinkan. Rambutnya ternyata panjang sedikit ikal dan di ikat. Mengenakan baju kaos biasa, celana pendek selutut dan sendal jepit. Wajahnya sedikit brewokan. Ia kira dirinya telah menabrak seorang wanita tapi nyatanya dia seorang pria.

"Kamu juga budeg ya," ucap pria itu lagi hingga membuat bola mata Ayra terbuka lebar seolah mau keluar dari tempatnya.

"Oh, tidak. Sudah saya katakan kalau saya tidak sengaja," tegas Ayra.

"Hm, begitu ya. Lihat jalan ini tidak? Jalan ini lebar. Anda bisa saja pakai jalan sana. Tapi, Anda mengambil jalan saya. Bukankah itu sebuah pelanggaran?"

Ayra mendengus. Ternyata pria di hadapannya itu terlalu banyak bicara. Pelanggaran katanya? Pelanggaran dari mana itu? Ia berhak menggunakan jalan sesuai jalur. Salah pria itu yang menyeberang tidak pada tempatnya.

Tak ingin berdebat, Ayra akhirnya kembali ke mobil lantas bergegas mengambil beberapa lembar uang dari dalam tas. Setelahnya, ia kembali menghampiri pria tadi.

"Baiklah, saya minta maaf. Ini, ambillah," ucap Ayra sambil menyerahkan beberapa lembar uang tadi pada pria tersebut. Tak apalah kali ini ia memilih mengalah daripada masalahnya jadi panjang tak berkesudahan.

"Oh, maaf, Nona. Saya tidak butuh uang Anda," balas pria itu menggeleng.

"Lalu apa mau Anda? Saya tidak punya waktu berbasa-basi," ujar Ayra mulai kesal.

"Saya ingin makan," balas pria itu.

"Makanya ambil uang ini. Anda bisa beli makanan dengan ini," jelas Ayra mencoba tetap bersabar.

"Saya mau kalau Nona menemani saya makan. Kalau tidak ...."

"What?" potong Ayra. Kedua alisnya saling terpaut tidak mengerti apa mau pria kucel dihadapannya ini.

"Saya bisa lapor polisi. Pelanggaran yang Nona lakukan sudah jelas melanggar hukum," jelas pria itu.

"Hah? Kok, bisa begitu? Bukankah saya sudah minta maaf dan menjelaskan bahwa saya tidak sengaja. Kenapa masalah ini harus diperpanjang?" tanya Ayra tak mengerti jalan pikiran pria yang tidak ia tahu siapa namanya.

"Bagaimana, Nona? Ini hanya makan siang dan Anda hanya menemani saya. Kalau Nona tidak mau, saya pun tidak main-main dengan perkataan saya."

"Oke, oke, baiklah. Bisa Anda berhenti bicara? Saya tak punya waktu untuk mendengar perkataan yang menurut saya tak penting. Sekarang Anda mau makan di mana? Restoran?" tawar Ayra.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • JEBAKAN SANG CEO ( JODOH SALAH PILIH )    Kejujuran Asih.

    Papa ... Papa! Bangun, Pa!" Ayra berteriak histeris sambil mengguncang tubuh Papanya. Namun, tubuh itu sama sekali tak merespon. Tampak para perawat melepas semua alat medis yang masih terpasang di tubuh Raditya. Ayra yang melihat itu semakin histeris. Ia tak menyangka jika apa yang ia bayangkan akan terjadi dan menjadi kenyataan. Rasanya ia belum bisa menerima takdir yang menurutnya terlalu cepat. "Tidak, Pa. Tolong jangan tinggalkan Ayra," ratap Ayra dengan air mata yang terus saja mengalir membasahi wajah. "Nona, sabar ya," ucap salah satu seorang perawat yang merasa kasihan sambil merangkul Ayra. "Nona." Ayra mengangkat wajah saat mendengar suara seorang wanita yang telah lama menjadi perawat papanya. "Mbak Asih, apa yang terjadi, Mbak? Kenapa papa begitu cepat meninggalkan Ayra?" tanya Ayra kembali menangis. Asih langsung memeluk tubuh Ayra. Wanita itu juga merasakan kesedihan yang mendalam. Baginya, keluarga Ayra merupakan keluarga yang baik. "Sabar, Nona. Tuan sudah tida

  • JEBAKAN SANG CEO ( JODOH SALAH PILIH )    Tidak tertolong lagi.

    24. JEBAKAN SANG CEO "Ayra, apa maksudmu? Tidak, aku tidak ingin kita berpisah. Aku tidak akan menceraikan mu!" tegas Rey menahan tangan istrinya yang bersiap pergi. Ayra menghela napas kasar. Ia menepis tangan suaminya. Sungguh saat ini hatinya dikuasai emosi. Ia tidak menyangka ternyata Rey sedang menyamar. Entah, ia tidak tahu apa tujuannya. Yang jelas ia tidak ingin lagi di bohongi. "Terserah apa katamu, Rey. Aku tak peduli. Mau bagaimanapun aku tetap ingin kita berpisah. Ternyata aku telah salah memilihmu untuk menjadi jodohku. Kamu menjebak ku, Rey!" Ayra menggeleng, menatap suaminya dengan penuh rasa penyesalan. Matanya mulai merebak, merasakan kekecewaan yang begitu dalam. "Tidak, Ayra. Aku tidak sedang menjebak mu apalagi membohongi kamu," jelas Rey jujur. Ia meraih tangan istrinya, menggenggamnya dengan erat berharap wanita yang telah membuat dirinya jatuh cinta itu percaya. "Lalu apa semua ini, hah?! Ini yang kamu bilang tidak menjebak ku? Ini, lihatlah. Apa ini, Rey?"

  • JEBAKAN SANG CEO ( JODOH SALAH PILIH )    Siapa kamu?

    Plak! Rey terkejut. Satu tamparan mendarat di pipi bagian kanan. Ia mengangkat wajah, menatap Ayra yang diliputi marah. Entah, ia tidak tahu apa penyebab istrinya itu marah pada dirinya. Saat ini mereka berada di lorong rumah sakit. Usai Rey bicara dengan Raditya, ia langsung keluar dari ruangan itu. Saat itulah Ayra langsung menarik tangannya menjauh dari sana. "Kenapa?" tanya Rey pelan. Ia bingung kenapa istrinya bisa marah tanpa jelas pada dirinya. "Kenapa katamu? Kamu kira aku nggak tahu semuanya, begitu?" sahut Ayra menatap nyalang ke arah suaminya. Rey baru menyadari saat ini bukanlah waktu dan tempat yang tepat untuk membahas semua. Ini rumah sakit, tidak seharusnya mereka ribut di sini karena hanya akan menganggu para pasien yang sedang beristirahat. "Ayra, seharusnya bukan di sini. Ayo!" Rey langsung menarik tangan istrinya, membawanya masuk ke mobil. Kebetulan mobilnya masih terparkir mulus di tempat parkir khusus. Rey memanfaatkan kesempatan itu untuk membawa Ayra pul

  • JEBAKAN SANG CEO ( JODOH SALAH PILIH )    Bertemu Kembali

    ***Rey tersenyum penuh semangat. Rasanya ia sudah tidak sabar ingin mendekati istrinya kembali. Walau hatinya masih terasa sakit dengan perlakuan Ayra sebelumnya, akan tetapi ia akan berusaha untuk memaafkan. Rey terdiam, memikirkan di mana istrinya. Bagaimana mungkin ia bisa menemui wanita itu sedangkan dirinya saja tidak tahu dimana keberadaannya. "Kamu di mana, Ayra?" tanyanya seorang diri. Rey masih diam didalam mobil. Ia terus berpikir sembari mengetuk-ngetuk stir mobil. Saat teringat dengan Papa mertuanya, ia langsung tersenyum."Rumah sakit. Ya, dia pasti berada di rumah sakit." Rey kembali menelpon Max. Asistennya itu tahu ruangan tempat Raditya menginap. Mungkin Max bisa membantunya menemui Ayra."Max, kau tahu ruangan tempat Pak Raditya di rawat. Katakan padaku di mana itu?" "Iya, Tuan. Beliau di ruangan VIV Kamboja lantai 2 nomor 010." "Baik, Terimakasih, Max. Apa kau melihat Ayra?" tanyanya kemudian."Tidak, Tuan.""Kalau begitu, carikan dia untukku!" "Siap, Tuan T

  • JEBAKAN SANG CEO ( JODOH SALAH PILIH )    Ternyata Dia Penyelamat.

    "Apa mama tahu tentang semua ini?" Rey langsung mencerca Elisa dengan pertanyaan saat mereka sudah tiba pulang ke rumah. Sekarang waktu sudah menunjukan jam tujuh malam. Elisa menghela napas lantas mengangguk pelan. Jujur, ia mengingat semua. Mengingat malam saat kejadian naas itu menimpa keluarganya. Di mana malam itu ia kehilangan sang suami, orang yang paling ia cintai. "Lalu kenapa mama nggak cerita? Apa alasan mama menyimpan rahasia ini? Ada apa sebenarnya?" lagi, Rey mencerca mamanya dengan banyak pertanyaan. Ia begitu bingung dengan semua dan ingin tahu apa yang sebenarnya telah terjadi. "Mama butuh minum, Rey. Bisakah kamu ambilkan?" Elisa menoleh. Ia belum menjawab pertanyaan putranya. Ia butuh ketenangan. Kenangan tentang kejadian malam itu membuatnya begitu rapuh. Kehilangan suami menjadikan hidupnya tak sebahagia seperti dulu. Meskipun ia mempunyai Rey, satu-satu putra mereka, akan tetapi, Elisa belum bisa melupakan semua kenang-kenangan semasa hidup bersama suaminya.

  • JEBAKAN SANG CEO ( JODOH SALAH PILIH )    Mengunjungi Oma

    Mobil SUV hitam mengkilat memasuki halaman rumah nan luas. Rumah bercat cream itu tampak sepi. Hanya ada satpam dan penjaga taman yang bertugas seperti biasa. "Nyonya Elisa? Tuan Muda Rey?" ucap satpam penjaga gerbang terkejut saat melihat anak dan cucu majikannya datang berkunjung. "Hm, apa Mama ada di rumah?" tanya Elisa turun dari mobil di bantu oleh putranya, Rey."Ada, Nyonya. Seperti biasa beliau sedang beristirahat," jawab satpam itu ramah."Baik, Terimakasih. Ayo, Rey!" ajak Elisa. Rey mengangguk lantas mendudukkan mamanya di kursi roda. Pintu rumah terbuka lebar saat para pembantu juga mengetahui kedatangan mereka. Rey kembali mendorong kursi roda Elisa menuju kamar tempat Oma nya beristirahat. Setibanya di sana, tampak Oma Rey sedang duduk santai sambil merajut kain di sofa yang menghadap langsung ke arah pemandangan di depan. "Sore, Oma. Kami datang," sapa Rey tersenyum. Wanita yang di panggil Oma itu terkejut. Ia langsung menoleh kemudian tersenyum lebar saat tahu si

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status