Share

JEBAKAN SANG CEO ( JODOH SALAH PILIH )
JEBAKAN SANG CEO ( JODOH SALAH PILIH )
Author: Ariirma

Pesan Papa

Author: Ariirma
last update Last Updated: 2024-07-16 17:44:09

"Ayra, hidup papa mungkin nggak akan lama lagi. Papa ingin kamu menggantikan papa, Ay." Ayra mengernyit. Gadis berwajah ayu itu tidak mengerti arah pembicaraan papanya. Saat ini, sang papa memang sedang terbaring sakit. Sudah hampir dua bulan beliau mengalami sakit diabetes dan sudah menjalani pengobatan. Namun, kian hari keadaan sang papa kian memburuk saja.

"Maksud papa apa? Papa jangan bicara begitu. Ayra tetap di sini dan akan menjaga papa hingga sembuh," balas Ayra sembari mengusap tangan keriput lelaki tua yang terbaring lemah di sampingnya.

Lelaki itu menggeleng. "Ayra, dengarkan papa. Semua sudah papa pikirkan jauh-jauh hari. Sekarang perusahaan itu milikmu. Papa serahkan semua sama kamu dan sekarang perusahaan itu sepenuhnya menjadi kendalimu. Tapi ...." Raditya terdiam sejenak, ucapannya menggantung. Ia tampak menghela napas panjang kemudian mengeluarkannya dengan perlahan. Begitu banyak beban yang ia pikiran termasuk bagaimana kehidupan Ayra, putri kandungnya itu jika dirinya tak ada lagi di dunia ini.

Ayra kembali mengernyit. "Tapi apa, Pa?" tanyanya menatap sang papa dengan raut wajah penuh rasa penasaran.

"Kamu harus segera menikah, Ay. Papa tidak ingin mama dan saudara tirimu merebut paksa semua yang papa berikan padamu. Papa paham benar bagaimana watak mereka," jelas Raditya, Papanya Ayra.

"Apa, Pa? Menikah? Tidak, Ayra belum ingin menikah, Pa. Ayra masih nyaman sendiri," tolak Ayra tidak setuju dengan keinginan papanya. Ia menggeleng kuat, rasanya begitu menyebalkan bila sang papa membahas tentang kata menikah. Bagaimana mungkin ia bisa menikah, sedangkan dirinya saja tidak memiliki pacar. Jangankan pacar, dekat dengan lelaki pun ia tidak pernah.

Begitulah Ayra. Ia adalah putri tunggal dari keluarga kaya. Papanya yang bernama Raditya Pradiksa merupakan pemilik perusahaan CV. AKSARA PRADIKSA. Perusahaan yang bergerak di bidang properti.

Gadis bernama lengkap Ayra Maharani Putri itu memiliki wajah yang sangat mirip dengan ibunya. Kecantikannya memang turunan dari beliau yang berdarah jawa. Kulitnya kuning langsat, wajahnya begitu ayu, memiliki bola mata bulat kecoklatan, rambut panjang hitam legam menjuntai indah di belakang punggungnya. Bibir tipis nan ranum kemerahan serta bulu mata yang lentik dan panjang.

Saat ini Ayra masih menjalani masa kuliah. Sebentar lagi ia akan wisuda dan menyandang gelar sarjana. Sejak dulu ia bercita-cita ingin menjadi dokter. Namun, karena sang papa sering meminta untuk menggantikannya mengurus perusahaan, ia terpaksa mengesampingkan keinginannya.

"Ini demi kebaikanmu, Ayra. Papa tidak ingin kamu diperlakukan semena-mena lagi oleh mama tiri kamu. Maafkan papa karena selama ini papa terlalu memanjakan mereka. Papa khawatir, jika papa tidak ada lagi di dunia ini, mereka akan semakin ngelunjak karena tidak mendapatkan apa yang mereka mau. Papa mohon, Ay. Tolong pikirkanlah. Menikahlah demi papa," ungkap Raditya dengan raut wajah memohon.

Ayra terdiam. Ia tidak tahu harus menjawab apa. Dalam hati, sebenarnya ia tak tega dengan papanya. Pria itu satu-satu yang ia miliki di dunia ini. Setelah kepergian sang ibu, Ayra lebih banyak menghabiskan waktunya sendiri. Hanya terkadang saja ia bersama sang papa. Sebab, ia paling tidak suka dengan saudara dan ibu tirinya yang kerap berlaku semena-mena.

"Ayra, kamu dengar papa 'kan?"

Ayra tersentak. Ia akhirnya mengangguk sembari tersenyum tipis. Bisa ia lihat gurat bahagia terpancar dari wajah papanya.

"Iya, Pa."

*

Pukul satu siang Ayra bersiap kembali ke kampus. Ia melangkah menyusuri lobi rumah sakit menuju keluar. Tak lupa ia meminta seorang suster untuk menjaga papanya agar jika terjadi sesuatu ia bisa langsung dihubungi.

Tiba di area parkir, Ayra tak sengaja melihat ibu dan saudara tirinya keluar dari mobil. Sepertinya mereka ingin menjenguk sang papa. Ia tak peduli. Selagi papanya baik-baik saja, Ayra tak mempermasalahkan mereka.

Ia bergegas mengeluarkan kontak mobil dari saku celana lantas membuka pintu mobil yang terkunci dengan sekali tekan. Baru saja ingin masuk, tiba-tiba ibu dan saudara tirinya mendekat.

"Mau kemana kamu?"

Ayra tak menyahut. Ia bersiap masuk ke dalam mobil. Namun, sang mama tiri malah mencekal tangannya sehingga ia menjadi terkejut. Ada apa siang bolong begini mama tirinya itu marah-marah tak jelas? Bikin moodnya kian buruk saja. Ayra menghela napas kasar sembari berdecak kesal.

"Ada apa sih, Ma? Ayra mau ke kampus," jawab Aya dengan malas.

"Duh, kasihan. Udah mau tua masih jomblo aja. Lihat nih, coba kamu kayak aku. Pergi tuh jangan sendirian. Minimal sama pacar gitu. Kamu lihat nih, ini pacarnya aku. Dia ganteng lagi tajir," ujar Liza, saudara tiri Ayra. Ia tersenyum bangga sambil merangkul erat tangan kekasihnya.

Ayra memutar bola malas. Ia tak peduli pada saudara tirinya yang suka bersikap berlebihan, kadang ia begitu muak melihatnya yang terlalu kepedean. Pada lelaki manapun, sikap wanita itu sama saja. Menjijikkan!

"Heh, Ayra! Dasar tua bangka!" umpat Liza merasa kesal dengan sikap Ayra yang seolah sedang meremehkan dirinya.

Ayra refleks mengangkat wajah. Ia tidak terima dikatakan begitu. Gadis itu maju selangkah, menatap tajam ke arah Liza hingga membuatnya terdiam. Nyali wanita itu mendadak jadi ciut saat melihat tatapan Ayra menjadi begitu menakutkan.

"Kamu bilang apa tadi? Bisa ulangi lagi," tantang Ayra.

"Halah, kamu nggak usah pura-pura nggak dengar, Ay. Nyatanya memang begitu 'kan? Kamu memang tua bangka. Liza ini sebentar lagi mau nikah. Lah, kamu sendiri kapan?" sindir mama tirinya tersenyum sinis.

Dengan santai Ayra kembali mundur. Ia balik menatap mama tirinya dengan senyuman tak kalah sinis. "Tenang saja, Ma. Besok Ayra bakal menikah kok. Kalian tunggu saja."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • JEBAKAN SANG CEO ( JODOH SALAH PILIH )    Kejujuran Asih.

    Papa ... Papa! Bangun, Pa!" Ayra berteriak histeris sambil mengguncang tubuh Papanya. Namun, tubuh itu sama sekali tak merespon. Tampak para perawat melepas semua alat medis yang masih terpasang di tubuh Raditya. Ayra yang melihat itu semakin histeris. Ia tak menyangka jika apa yang ia bayangkan akan terjadi dan menjadi kenyataan. Rasanya ia belum bisa menerima takdir yang menurutnya terlalu cepat. "Tidak, Pa. Tolong jangan tinggalkan Ayra," ratap Ayra dengan air mata yang terus saja mengalir membasahi wajah. "Nona, sabar ya," ucap salah satu seorang perawat yang merasa kasihan sambil merangkul Ayra. "Nona." Ayra mengangkat wajah saat mendengar suara seorang wanita yang telah lama menjadi perawat papanya. "Mbak Asih, apa yang terjadi, Mbak? Kenapa papa begitu cepat meninggalkan Ayra?" tanya Ayra kembali menangis. Asih langsung memeluk tubuh Ayra. Wanita itu juga merasakan kesedihan yang mendalam. Baginya, keluarga Ayra merupakan keluarga yang baik. "Sabar, Nona. Tuan sudah tida

  • JEBAKAN SANG CEO ( JODOH SALAH PILIH )    Tidak tertolong lagi.

    24. JEBAKAN SANG CEO "Ayra, apa maksudmu? Tidak, aku tidak ingin kita berpisah. Aku tidak akan menceraikan mu!" tegas Rey menahan tangan istrinya yang bersiap pergi. Ayra menghela napas kasar. Ia menepis tangan suaminya. Sungguh saat ini hatinya dikuasai emosi. Ia tidak menyangka ternyata Rey sedang menyamar. Entah, ia tidak tahu apa tujuannya. Yang jelas ia tidak ingin lagi di bohongi. "Terserah apa katamu, Rey. Aku tak peduli. Mau bagaimanapun aku tetap ingin kita berpisah. Ternyata aku telah salah memilihmu untuk menjadi jodohku. Kamu menjebak ku, Rey!" Ayra menggeleng, menatap suaminya dengan penuh rasa penyesalan. Matanya mulai merebak, merasakan kekecewaan yang begitu dalam. "Tidak, Ayra. Aku tidak sedang menjebak mu apalagi membohongi kamu," jelas Rey jujur. Ia meraih tangan istrinya, menggenggamnya dengan erat berharap wanita yang telah membuat dirinya jatuh cinta itu percaya. "Lalu apa semua ini, hah?! Ini yang kamu bilang tidak menjebak ku? Ini, lihatlah. Apa ini, Rey?"

  • JEBAKAN SANG CEO ( JODOH SALAH PILIH )    Siapa kamu?

    Plak! Rey terkejut. Satu tamparan mendarat di pipi bagian kanan. Ia mengangkat wajah, menatap Ayra yang diliputi marah. Entah, ia tidak tahu apa penyebab istrinya itu marah pada dirinya. Saat ini mereka berada di lorong rumah sakit. Usai Rey bicara dengan Raditya, ia langsung keluar dari ruangan itu. Saat itulah Ayra langsung menarik tangannya menjauh dari sana. "Kenapa?" tanya Rey pelan. Ia bingung kenapa istrinya bisa marah tanpa jelas pada dirinya. "Kenapa katamu? Kamu kira aku nggak tahu semuanya, begitu?" sahut Ayra menatap nyalang ke arah suaminya. Rey baru menyadari saat ini bukanlah waktu dan tempat yang tepat untuk membahas semua. Ini rumah sakit, tidak seharusnya mereka ribut di sini karena hanya akan menganggu para pasien yang sedang beristirahat. "Ayra, seharusnya bukan di sini. Ayo!" Rey langsung menarik tangan istrinya, membawanya masuk ke mobil. Kebetulan mobilnya masih terparkir mulus di tempat parkir khusus. Rey memanfaatkan kesempatan itu untuk membawa Ayra pul

  • JEBAKAN SANG CEO ( JODOH SALAH PILIH )    Bertemu Kembali

    ***Rey tersenyum penuh semangat. Rasanya ia sudah tidak sabar ingin mendekati istrinya kembali. Walau hatinya masih terasa sakit dengan perlakuan Ayra sebelumnya, akan tetapi ia akan berusaha untuk memaafkan. Rey terdiam, memikirkan di mana istrinya. Bagaimana mungkin ia bisa menemui wanita itu sedangkan dirinya saja tidak tahu dimana keberadaannya. "Kamu di mana, Ayra?" tanyanya seorang diri. Rey masih diam didalam mobil. Ia terus berpikir sembari mengetuk-ngetuk stir mobil. Saat teringat dengan Papa mertuanya, ia langsung tersenyum."Rumah sakit. Ya, dia pasti berada di rumah sakit." Rey kembali menelpon Max. Asistennya itu tahu ruangan tempat Raditya menginap. Mungkin Max bisa membantunya menemui Ayra."Max, kau tahu ruangan tempat Pak Raditya di rawat. Katakan padaku di mana itu?" "Iya, Tuan. Beliau di ruangan VIV Kamboja lantai 2 nomor 010." "Baik, Terimakasih, Max. Apa kau melihat Ayra?" tanyanya kemudian."Tidak, Tuan.""Kalau begitu, carikan dia untukku!" "Siap, Tuan T

  • JEBAKAN SANG CEO ( JODOH SALAH PILIH )    Ternyata Dia Penyelamat.

    "Apa mama tahu tentang semua ini?" Rey langsung mencerca Elisa dengan pertanyaan saat mereka sudah tiba pulang ke rumah. Sekarang waktu sudah menunjukan jam tujuh malam. Elisa menghela napas lantas mengangguk pelan. Jujur, ia mengingat semua. Mengingat malam saat kejadian naas itu menimpa keluarganya. Di mana malam itu ia kehilangan sang suami, orang yang paling ia cintai. "Lalu kenapa mama nggak cerita? Apa alasan mama menyimpan rahasia ini? Ada apa sebenarnya?" lagi, Rey mencerca mamanya dengan banyak pertanyaan. Ia begitu bingung dengan semua dan ingin tahu apa yang sebenarnya telah terjadi. "Mama butuh minum, Rey. Bisakah kamu ambilkan?" Elisa menoleh. Ia belum menjawab pertanyaan putranya. Ia butuh ketenangan. Kenangan tentang kejadian malam itu membuatnya begitu rapuh. Kehilangan suami menjadikan hidupnya tak sebahagia seperti dulu. Meskipun ia mempunyai Rey, satu-satu putra mereka, akan tetapi, Elisa belum bisa melupakan semua kenang-kenangan semasa hidup bersama suaminya.

  • JEBAKAN SANG CEO ( JODOH SALAH PILIH )    Mengunjungi Oma

    Mobil SUV hitam mengkilat memasuki halaman rumah nan luas. Rumah bercat cream itu tampak sepi. Hanya ada satpam dan penjaga taman yang bertugas seperti biasa. "Nyonya Elisa? Tuan Muda Rey?" ucap satpam penjaga gerbang terkejut saat melihat anak dan cucu majikannya datang berkunjung. "Hm, apa Mama ada di rumah?" tanya Elisa turun dari mobil di bantu oleh putranya, Rey."Ada, Nyonya. Seperti biasa beliau sedang beristirahat," jawab satpam itu ramah."Baik, Terimakasih. Ayo, Rey!" ajak Elisa. Rey mengangguk lantas mendudukkan mamanya di kursi roda. Pintu rumah terbuka lebar saat para pembantu juga mengetahui kedatangan mereka. Rey kembali mendorong kursi roda Elisa menuju kamar tempat Oma nya beristirahat. Setibanya di sana, tampak Oma Rey sedang duduk santai sambil merajut kain di sofa yang menghadap langsung ke arah pemandangan di depan. "Sore, Oma. Kami datang," sapa Rey tersenyum. Wanita yang di panggil Oma itu terkejut. Ia langsung menoleh kemudian tersenyum lebar saat tahu si

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status