Share

Sebuah Tawaran

Penulis: Ariirma
last update Terakhir Diperbarui: 2024-07-20 14:34:53

"Oke, oke, baiklah. Bisa Anda berhenti bicara? Saya tak punya waktu untuk mendengar perkataan yang menurut saya nggak penting. Sekarang Anda mau makan di mana? Restoran?" tawar Ayra.

Pria itu langsung tersenyum sumringah. Melihatnya, Ayra memutar bola mata malas. Dalam hati ia mati-matian menahan diri untuk tidak terpancing emosi.

Ayra melirik sekilas ke arah arloji yang melingkar dipergelangan tangan kirinya. Masih ada waktu setengah jam lagi untuk bersantai sebelum pergi ke kampus.

"Ayolah, saya tak punya banyak waktu. Anda hanya buang-buang waktu saya berdiri diam di situ. Mau makan tidak sih!" sentak Ayra mulai merasa gerah berdiri di jalanan.

"Hm, saya mau makan di restoran masakan padang, Nona," ucap pria tadi tanpa malu.

"Hm, baiklah. Ayo, saya tak punya waktu!" Ayra langsung berlalu pergi masuk ke mobilnya.

"Hei! Apa lagi? Ayo, cepetan!" teriak Ayra dari dalam mobil saat melihat pria tadi masih berdiri diam di tempatnya.

"Masuk!" Ayra langsung membuka pintu mobil saat pria itu sudah berdiri di samping.

Pria itupun bergegas masuk dan duduk di samping kursi kemudi yang diduduki Ayra. Pandangannya langsung mengitari seisi dalam mobil yang menurutnya mewah. Ayra langsung menginjak gas, melajukan mobilnya dengan cepat menuju restoran terdekat.

"Wah, mobil Anda sangat bagus, Nona. Saya juga punya mobil. Tapi, membosankan!"

Ayra tak memperdulikan pria itu yang terus saja mengoceh tak jelas. Punya mobil katanya? Masa? Pria kucel dan kampungan seperti dia punya mobil? Yang benar saja. Huh!

Tak berselang lama, mereka akhirnya tiba. Ayra langsung turun lantas mengajak pria itu masuk dan memilih menu sesuai keinginan.

Ayra terkejut saat pelayan menghidangkan makanan begitu banyaknya. Ia melirik sekilas ke arah pria tadi yang hanya tersenyum santai.

Tanpa menunggu lagi, pria itu langsung melahap satu persatu makanan di atas meja tanpa malu. Ayra hanya melongo melihat tingkah norak pria yang baru saja dikenalnya. Sungguh menjijikkan.

"Anda tidak makan, Nona?" tanya pria itu melirik sekilas ke arah Ayra.

"Oh, tidak. Saya sudah kenyang," jawab Ayra sama sekali tak berselera mencicipi makanan yang ia pesan.

"Benarkah? Ini enak sekali," ujar pria itu. Ayra hanya menggeleng-gelengkan kepala melihat sikap dungu pria yang tanpa ia tahu nama dan asalnya.

Tanpa pria itu sadari, Ayra diam-diam memperhatikannya. Dalam hati, gadis itu tersenyum karena merasa telah menyelamatkan mahkluk yang sedang kelaparan. Mahkluk dungu, norak dan kampungan. Jika mengucap tiga kata itu, rasanya ia ingin tertawa keras. Lucu!

Ayra teringat dengan permintaan sang papa yang meminta dirinya untuk segera menikah. Terlebih ia sudah menegaskan pada mama tirinya bahwa besok ia akan menikah. Otaknya mendadak berpikir aneh. Pria dihadapannya itu ... bagaimana kalau dia saja yang menjadi calon mempelai prianya? Tapi, apa itu tidak memalukan? Bagaimana kalau papanya tidak setuju?

Ayra menghela napas pelan. Ditatapnya lagi pria yang masih asyik menikmati hidangan itu. Jika diperhatikan dari jarak dekat, pria itu ternyata lumayan juga. Tak masalah penampilannya kampungan, asal ia bisa membawanya dihadapan sang papa dan menjadikannya sebagai calon mempelai pria.

Ia ingin sekali membungkam mulut ember mama dan saudara tirinya. Masalah penampilan, ia punya uang. Ia bisa mengubah pria itu sesuai kemauannya. Mengubahnya lebih baik dari penampilannya yang sekarang.

"Nona," Pria itu menyudahi aktivitas makannya. Ia melirik sekilas ke arah Ayra yang ternyata sedang melamun.

"Terimakasih, Nona ...,"

"Ayra, nama saya Ayra." Ayra langsung tersadar. Ia refleks menyebut namanya.

"Nama yang bagus," ungkap pria itu. "Jadi ...,"

"Bisakah Anda menolong saya?" tanya Ayra memotong ucapan pria tersebut.

"Apa?" tanya pria itu balik.

"Nikahi saya. Jadilah calon mempelai pria saya," ucap Ayra tanpa ragu.

"Hah?! Apa saya tidak salah dengar?" Pria itu menatap Ayra dengan ekspresi terkejut.

"Apa perlu saya ulangi, Tuan?" Ayra menatap sebal pria yang menurutnya benar-benar dungu.

Pria itu langsung tertawa keras. Semua orang yang ada di sana langsung melihat ke arah mereka. Ayra merasa malu saat beberapa pasang mata memperhatikan ulah pria dihadapannya itu.

Ayra merasa kesal. Saking karena kesalnya tanpa sadar ia langsung mencubit lengan pria tersebut.

"Bisa diam tidak? Lihat, semua orang melihat ke arah kita. Malu!" bisik Ayra geram.

"Biar saja. Nona jangan sebut saya dengan panggilan Tuan. Panggil saja Rey. Ya, nama saya Rey. Lengkapnya panjang kayak kereta api. Itu tidak perlu!" jelas pria itu memperkenalkan namanya pada Ayra.

"Baik, Rey. Bagaimana dengan tawaran saya tadi. Apakah Anda bersedia?" Ayra mulai serius dengan tujuannya. Ia tak punya banyak waktu lagi karena harus kembali ke kampus.

"Apa untungnya bagi saya, Nona?" Rey menatap manik mata Ayra, mencari keseriusan dibalik sana.

"Banyak. Anda akan mendapatkan fasilitas dari saya," jelas Ayra.

"Termasuk tubuhmu?" tanya Rey lagi dengan senyum seringainya.

Ayra terkejut. Wajahnya langsung memerah. Namun, ia tetap mencoba menguasai keadaan, mencoba menahan diri untuk tidak emosi. Jangan sampai tujuannya nanti tidak tercapai.

"Itu bukan fasilitas. Dengar ...,"

"Baiklah, saya bersedia. Ini kesempatan bagi saya. Toh, tak ada ruginya juga saya menikahi cewek seperti Anda. Apalagi orangnya cantik begini." Rey menatap Ayra dari ujung rambut hingga turun ke leher. Senyumnya kembali terukir di sudut bibir.

Ayra langsung menarik rambut panjangnya yang tergerai di punggung belakang lantas menutup lehernya dengan rambut tersebut. Dalam hati, ia merutuki diri. Kenapa bisa ia memilih pria yang ternyata berotak mesum dan juga menjijikan.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • JEBAKAN SANG CEO ( JODOH SALAH PILIH )    Kejujuran Asih.

    Papa ... Papa! Bangun, Pa!" Ayra berteriak histeris sambil mengguncang tubuh Papanya. Namun, tubuh itu sama sekali tak merespon. Tampak para perawat melepas semua alat medis yang masih terpasang di tubuh Raditya. Ayra yang melihat itu semakin histeris. Ia tak menyangka jika apa yang ia bayangkan akan terjadi dan menjadi kenyataan. Rasanya ia belum bisa menerima takdir yang menurutnya terlalu cepat. "Tidak, Pa. Tolong jangan tinggalkan Ayra," ratap Ayra dengan air mata yang terus saja mengalir membasahi wajah. "Nona, sabar ya," ucap salah satu seorang perawat yang merasa kasihan sambil merangkul Ayra. "Nona." Ayra mengangkat wajah saat mendengar suara seorang wanita yang telah lama menjadi perawat papanya. "Mbak Asih, apa yang terjadi, Mbak? Kenapa papa begitu cepat meninggalkan Ayra?" tanya Ayra kembali menangis. Asih langsung memeluk tubuh Ayra. Wanita itu juga merasakan kesedihan yang mendalam. Baginya, keluarga Ayra merupakan keluarga yang baik. "Sabar, Nona. Tuan sudah tida

  • JEBAKAN SANG CEO ( JODOH SALAH PILIH )    Tidak tertolong lagi.

    24. JEBAKAN SANG CEO "Ayra, apa maksudmu? Tidak, aku tidak ingin kita berpisah. Aku tidak akan menceraikan mu!" tegas Rey menahan tangan istrinya yang bersiap pergi. Ayra menghela napas kasar. Ia menepis tangan suaminya. Sungguh saat ini hatinya dikuasai emosi. Ia tidak menyangka ternyata Rey sedang menyamar. Entah, ia tidak tahu apa tujuannya. Yang jelas ia tidak ingin lagi di bohongi. "Terserah apa katamu, Rey. Aku tak peduli. Mau bagaimanapun aku tetap ingin kita berpisah. Ternyata aku telah salah memilihmu untuk menjadi jodohku. Kamu menjebak ku, Rey!" Ayra menggeleng, menatap suaminya dengan penuh rasa penyesalan. Matanya mulai merebak, merasakan kekecewaan yang begitu dalam. "Tidak, Ayra. Aku tidak sedang menjebak mu apalagi membohongi kamu," jelas Rey jujur. Ia meraih tangan istrinya, menggenggamnya dengan erat berharap wanita yang telah membuat dirinya jatuh cinta itu percaya. "Lalu apa semua ini, hah?! Ini yang kamu bilang tidak menjebak ku? Ini, lihatlah. Apa ini, Rey?"

  • JEBAKAN SANG CEO ( JODOH SALAH PILIH )    Siapa kamu?

    Plak! Rey terkejut. Satu tamparan mendarat di pipi bagian kanan. Ia mengangkat wajah, menatap Ayra yang diliputi marah. Entah, ia tidak tahu apa penyebab istrinya itu marah pada dirinya. Saat ini mereka berada di lorong rumah sakit. Usai Rey bicara dengan Raditya, ia langsung keluar dari ruangan itu. Saat itulah Ayra langsung menarik tangannya menjauh dari sana. "Kenapa?" tanya Rey pelan. Ia bingung kenapa istrinya bisa marah tanpa jelas pada dirinya. "Kenapa katamu? Kamu kira aku nggak tahu semuanya, begitu?" sahut Ayra menatap nyalang ke arah suaminya. Rey baru menyadari saat ini bukanlah waktu dan tempat yang tepat untuk membahas semua. Ini rumah sakit, tidak seharusnya mereka ribut di sini karena hanya akan menganggu para pasien yang sedang beristirahat. "Ayra, seharusnya bukan di sini. Ayo!" Rey langsung menarik tangan istrinya, membawanya masuk ke mobil. Kebetulan mobilnya masih terparkir mulus di tempat parkir khusus. Rey memanfaatkan kesempatan itu untuk membawa Ayra pul

  • JEBAKAN SANG CEO ( JODOH SALAH PILIH )    Bertemu Kembali

    ***Rey tersenyum penuh semangat. Rasanya ia sudah tidak sabar ingin mendekati istrinya kembali. Walau hatinya masih terasa sakit dengan perlakuan Ayra sebelumnya, akan tetapi ia akan berusaha untuk memaafkan. Rey terdiam, memikirkan di mana istrinya. Bagaimana mungkin ia bisa menemui wanita itu sedangkan dirinya saja tidak tahu dimana keberadaannya. "Kamu di mana, Ayra?" tanyanya seorang diri. Rey masih diam didalam mobil. Ia terus berpikir sembari mengetuk-ngetuk stir mobil. Saat teringat dengan Papa mertuanya, ia langsung tersenyum."Rumah sakit. Ya, dia pasti berada di rumah sakit." Rey kembali menelpon Max. Asistennya itu tahu ruangan tempat Raditya menginap. Mungkin Max bisa membantunya menemui Ayra."Max, kau tahu ruangan tempat Pak Raditya di rawat. Katakan padaku di mana itu?" "Iya, Tuan. Beliau di ruangan VIV Kamboja lantai 2 nomor 010." "Baik, Terimakasih, Max. Apa kau melihat Ayra?" tanyanya kemudian."Tidak, Tuan.""Kalau begitu, carikan dia untukku!" "Siap, Tuan T

  • JEBAKAN SANG CEO ( JODOH SALAH PILIH )    Ternyata Dia Penyelamat.

    "Apa mama tahu tentang semua ini?" Rey langsung mencerca Elisa dengan pertanyaan saat mereka sudah tiba pulang ke rumah. Sekarang waktu sudah menunjukan jam tujuh malam. Elisa menghela napas lantas mengangguk pelan. Jujur, ia mengingat semua. Mengingat malam saat kejadian naas itu menimpa keluarganya. Di mana malam itu ia kehilangan sang suami, orang yang paling ia cintai. "Lalu kenapa mama nggak cerita? Apa alasan mama menyimpan rahasia ini? Ada apa sebenarnya?" lagi, Rey mencerca mamanya dengan banyak pertanyaan. Ia begitu bingung dengan semua dan ingin tahu apa yang sebenarnya telah terjadi. "Mama butuh minum, Rey. Bisakah kamu ambilkan?" Elisa menoleh. Ia belum menjawab pertanyaan putranya. Ia butuh ketenangan. Kenangan tentang kejadian malam itu membuatnya begitu rapuh. Kehilangan suami menjadikan hidupnya tak sebahagia seperti dulu. Meskipun ia mempunyai Rey, satu-satu putra mereka, akan tetapi, Elisa belum bisa melupakan semua kenang-kenangan semasa hidup bersama suaminya.

  • JEBAKAN SANG CEO ( JODOH SALAH PILIH )    Mengunjungi Oma

    Mobil SUV hitam mengkilat memasuki halaman rumah nan luas. Rumah bercat cream itu tampak sepi. Hanya ada satpam dan penjaga taman yang bertugas seperti biasa. "Nyonya Elisa? Tuan Muda Rey?" ucap satpam penjaga gerbang terkejut saat melihat anak dan cucu majikannya datang berkunjung. "Hm, apa Mama ada di rumah?" tanya Elisa turun dari mobil di bantu oleh putranya, Rey."Ada, Nyonya. Seperti biasa beliau sedang beristirahat," jawab satpam itu ramah."Baik, Terimakasih. Ayo, Rey!" ajak Elisa. Rey mengangguk lantas mendudukkan mamanya di kursi roda. Pintu rumah terbuka lebar saat para pembantu juga mengetahui kedatangan mereka. Rey kembali mendorong kursi roda Elisa menuju kamar tempat Oma nya beristirahat. Setibanya di sana, tampak Oma Rey sedang duduk santai sambil merajut kain di sofa yang menghadap langsung ke arah pemandangan di depan. "Sore, Oma. Kami datang," sapa Rey tersenyum. Wanita yang di panggil Oma itu terkejut. Ia langsung menoleh kemudian tersenyum lebar saat tahu si

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status