Share

Pernikahan Mendadak

Author: Ariirma
last update Last Updated: 2024-07-20 14:51:42

Rey tertawa tipis. Ia mengambil segelas air minum lantas menenggaknya hingga tandas, tak lupa kentang goreng pun ia lalap hingga tak bersisa.

Ayra yang melihat itu kembali melongo. Sebegitu laparnya pria kampungan dihadapannya ini. Baru saja selesai makan dalam porsi yang banyak, dia ternyata juga melalap apa yang tersisa.

"Kenapa?" tanya Rey saat menyadari Ayra menatapnya.

"Sudah selesai makannya? Saya harus pergi," jawab Ayra tanpa basa basi.

Baru saja ia ingin memanggil seorang pelayan untuk membayar, tiba-tiba ponselnya berdering. Gegas ia membuka ponsel lantas mengangkat panggilan.

"Apa! Ya, baik. Saya segera ke sana." Rey hanya memperhatikan dan menyimak pembicaraan Ayra yang entah ia tidak tahu dengan siapa. Tampaknya Ayra baru saja menerima panggilan penting. Itu terbukti dari raut wajahnya yang terlihat begitu khawatir.

Ayra langsung menutup ponsel saat panggilan sudah berakhir. Ia beranjak dan bersiap pergi. Saat ini pikirannya hanya tertuju pada Papanya. Gegas ia membayar semua tagihan makanan di atas meja lantas melangkah keluar restoran.

Tanpa Ayra sadari jika Rey mengikuti langkahnya. Saat ia masuk ke mobil pun, Rey juga mengikuti. Pria berperawakan tinggi itu langsung duduk bersebelahan dengan kursi kemudi yang di duduki Ayra.

"Kamu? Ngapain masuk ke sini?" tanya Ayra dengan tatapan melotot. Ia tidak suka pria yang bernama Rey itu mengikuti kemanapun ia pergi.

"Sepertinya Anda punya masalah, Nona. Saya khawatir nanti Anda menabrak," ujar Rey tanpa menoleh.

"Apa peduli mu?" Rey tersenyum saat mendengar Ayra menyebut kata 'Mu'. Baginya itu lebih enak di dengar ketimbang dengan kata 'Anda' yang kedengarannya terlalu formal.

"Ingat, saya ini calon mempelai pria kamu. Saya berhak mengawasi kemanapun kamu pergi," tegas Rey begitu percaya diri.

"What?!"

"Ayo, jalan! Atau kamu mau membuang waktu?" desak Rey hingga membuat Ayra merasa begitu kesal. Gadis itu akhirnya langsung menginjak gas kemudian mulai melajukan mobil menuju rumah sakit dimana Papanya sedang di rawat.

Setibanya di ruangan sang Papa, Ayra langsung menghampiri brankar tempat Papanya berbaring. Wajah tua keriput itu tampak begitu lemah tak berdaya.

"Papa, ini Ayra datang. Tetaplah bertahan ya, Pa," ucap Ayra tak kuasa menahan kesedihan. Di ciumnya kening pria satu-satu keluarga yang ia miliki itu dengan penuh harap dan doa.

Perlahan mata cekung Raditya terbuka. Hal pertama yang ia lihat adalah wajah Ayra, putrinya. Ia langsung tersenyum, akan tetapi, senyumannya langsung pudar saat ternyata di ruangan itu juga ada istri dan anak tirinya.

"Ada apa, Pa?" tanya Ayra merasa bingung dengan reaksi Papanya.

"Beneran besok kamu mau menikah, Ay?" tiba-tiba sang mama tiri mendekati Ayra. Wanita itu tersenyum sinis merasa tak suka karena Ayra menjadi penghalangnya untuk mendapatkan semua kekayaan suaminya yang saat ini sudah terlihat sekarat.

Ayra tak memperdulikan mama tirinya. Ditatapnya lagi pria yang masih terbaring lemah lantas mengusap tangannya lembut.

"Ayra, kamu ingat pesan papa 'kan?" bisik Raditya pelan.

"Ya, Pa."

"Segeralah menikah. Papa harap kamu mengerti apa maksud papa," ucap Raditya membalas genggaman tangan putrinya.

"Tapi, Pa ...,"

"Kenapa, Ay? Belum punya jodoh ya," sindir Liza hingga membuat wajah Ayra merah padam menahan amarah. Ia paling sebal jika saudara tirinya itu terlalu suka ikut campur dan mengusik hidupnya.

"Saya yang akan menjadi jodohnya." Semua yang ada di sana langsung menoleh ke arah suara. Rey hanya tersenyum santai sembari tetap berdiri tegap di samping Ayra.

Ayra diam tak bergeming. Seperti yang lain, ia pun terkejut dengan keberanian pria norak disampingnya itu. Untuk hari ini, Rey menjadi penyelamat dirinya dari pertanyaan yang seharusnya tak ia jawab.

"Hah?! Benarkah, Ay? Kamu mau menikah dengan pria culun seperti dia? Apa tidak ada pria lain yang mau menikah dengan mu, Ayra?" Liza kembali berbicara. Gadis itu tertawa saat mendengar pengakuan Rey yang menurutnya lucu. Ia menatap Rey dari atas kepala hingga bawah kaki dengan tatapan menghina. Begitupun mama tiri Ayra.

"Ya, Mbak. Apa salah? Ayra yang memilih dia, bukan Mbak. Lebih baik Mbak Liza urus masalah sendiri. Jangan suka mencampuri urusan orang," sindir Ayra.

Liza terlihat mencebikkan bibir. Ayra kembali menatap Papanya dan memilih mengabaikan keluarga tirinya. Ia tidak ingin ada keributan yang mungkin akan membuat kesehatan papanya semakin drop.

"Ayra."

"Ya, Pa."

"Menikahlah sekarang juga. Papa ingin menikahkan kamu selagi nyawa papa masih di kandung badan. Papa tidak ingin terlambat dan menyesal," ungkap Raditya hingga membuat Ayra tak kuasa untuk menahan air mata. Gadis berambut panjang itu akhirnya menangis dalam pelukan Raditya.

"Ayra tidak ingin mendengar papa bicara begitu. Tetaplah bertahan, Ayra janji akan menikah," balas Ayra sambil terisak.

"Halah, mau nikah saja banyak drama. Lebay nya kebangetan," sindir Liza mencebikkan bibir.

Hari itu juga pukul empat sore akad nikah pun berlangsung di ruangan rumah sakit. Acara sakral itu dilakukan begitu mendadak tanpa mengundang keluarga kerabat. Hanya ada penghulu dan para saksi.

Ayra tetap tampil cantik dan anggun mengenakan kebaya putih dipadu dengan kain bercorak batik kecoklatan. Rambut panjangnya di sanggul sedemikian rupa dengan polesan make up wajah yang natural. Sementara Rey mengenakan setelan jas berwarna putih dan celana panjang yang berwarna serupa, sangat serasi dengan Ayra yang begitu alami.

"Saya terima nikah dan kawinnya Ayra Maharani Putri binti Raditya Pradiksa dengan mas kawin tersebut dibayar tunai!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • JEBAKAN SANG CEO ( JODOH SALAH PILIH )    Kejujuran Asih.

    Papa ... Papa! Bangun, Pa!" Ayra berteriak histeris sambil mengguncang tubuh Papanya. Namun, tubuh itu sama sekali tak merespon. Tampak para perawat melepas semua alat medis yang masih terpasang di tubuh Raditya. Ayra yang melihat itu semakin histeris. Ia tak menyangka jika apa yang ia bayangkan akan terjadi dan menjadi kenyataan. Rasanya ia belum bisa menerima takdir yang menurutnya terlalu cepat. "Tidak, Pa. Tolong jangan tinggalkan Ayra," ratap Ayra dengan air mata yang terus saja mengalir membasahi wajah. "Nona, sabar ya," ucap salah satu seorang perawat yang merasa kasihan sambil merangkul Ayra. "Nona." Ayra mengangkat wajah saat mendengar suara seorang wanita yang telah lama menjadi perawat papanya. "Mbak Asih, apa yang terjadi, Mbak? Kenapa papa begitu cepat meninggalkan Ayra?" tanya Ayra kembali menangis. Asih langsung memeluk tubuh Ayra. Wanita itu juga merasakan kesedihan yang mendalam. Baginya, keluarga Ayra merupakan keluarga yang baik. "Sabar, Nona. Tuan sudah tida

  • JEBAKAN SANG CEO ( JODOH SALAH PILIH )    Tidak tertolong lagi.

    24. JEBAKAN SANG CEO "Ayra, apa maksudmu? Tidak, aku tidak ingin kita berpisah. Aku tidak akan menceraikan mu!" tegas Rey menahan tangan istrinya yang bersiap pergi. Ayra menghela napas kasar. Ia menepis tangan suaminya. Sungguh saat ini hatinya dikuasai emosi. Ia tidak menyangka ternyata Rey sedang menyamar. Entah, ia tidak tahu apa tujuannya. Yang jelas ia tidak ingin lagi di bohongi. "Terserah apa katamu, Rey. Aku tak peduli. Mau bagaimanapun aku tetap ingin kita berpisah. Ternyata aku telah salah memilihmu untuk menjadi jodohku. Kamu menjebak ku, Rey!" Ayra menggeleng, menatap suaminya dengan penuh rasa penyesalan. Matanya mulai merebak, merasakan kekecewaan yang begitu dalam. "Tidak, Ayra. Aku tidak sedang menjebak mu apalagi membohongi kamu," jelas Rey jujur. Ia meraih tangan istrinya, menggenggamnya dengan erat berharap wanita yang telah membuat dirinya jatuh cinta itu percaya. "Lalu apa semua ini, hah?! Ini yang kamu bilang tidak menjebak ku? Ini, lihatlah. Apa ini, Rey?"

  • JEBAKAN SANG CEO ( JODOH SALAH PILIH )    Siapa kamu?

    Plak! Rey terkejut. Satu tamparan mendarat di pipi bagian kanan. Ia mengangkat wajah, menatap Ayra yang diliputi marah. Entah, ia tidak tahu apa penyebab istrinya itu marah pada dirinya. Saat ini mereka berada di lorong rumah sakit. Usai Rey bicara dengan Raditya, ia langsung keluar dari ruangan itu. Saat itulah Ayra langsung menarik tangannya menjauh dari sana. "Kenapa?" tanya Rey pelan. Ia bingung kenapa istrinya bisa marah tanpa jelas pada dirinya. "Kenapa katamu? Kamu kira aku nggak tahu semuanya, begitu?" sahut Ayra menatap nyalang ke arah suaminya. Rey baru menyadari saat ini bukanlah waktu dan tempat yang tepat untuk membahas semua. Ini rumah sakit, tidak seharusnya mereka ribut di sini karena hanya akan menganggu para pasien yang sedang beristirahat. "Ayra, seharusnya bukan di sini. Ayo!" Rey langsung menarik tangan istrinya, membawanya masuk ke mobil. Kebetulan mobilnya masih terparkir mulus di tempat parkir khusus. Rey memanfaatkan kesempatan itu untuk membawa Ayra pul

  • JEBAKAN SANG CEO ( JODOH SALAH PILIH )    Bertemu Kembali

    ***Rey tersenyum penuh semangat. Rasanya ia sudah tidak sabar ingin mendekati istrinya kembali. Walau hatinya masih terasa sakit dengan perlakuan Ayra sebelumnya, akan tetapi ia akan berusaha untuk memaafkan. Rey terdiam, memikirkan di mana istrinya. Bagaimana mungkin ia bisa menemui wanita itu sedangkan dirinya saja tidak tahu dimana keberadaannya. "Kamu di mana, Ayra?" tanyanya seorang diri. Rey masih diam didalam mobil. Ia terus berpikir sembari mengetuk-ngetuk stir mobil. Saat teringat dengan Papa mertuanya, ia langsung tersenyum."Rumah sakit. Ya, dia pasti berada di rumah sakit." Rey kembali menelpon Max. Asistennya itu tahu ruangan tempat Raditya menginap. Mungkin Max bisa membantunya menemui Ayra."Max, kau tahu ruangan tempat Pak Raditya di rawat. Katakan padaku di mana itu?" "Iya, Tuan. Beliau di ruangan VIV Kamboja lantai 2 nomor 010." "Baik, Terimakasih, Max. Apa kau melihat Ayra?" tanyanya kemudian."Tidak, Tuan.""Kalau begitu, carikan dia untukku!" "Siap, Tuan T

  • JEBAKAN SANG CEO ( JODOH SALAH PILIH )    Ternyata Dia Penyelamat.

    "Apa mama tahu tentang semua ini?" Rey langsung mencerca Elisa dengan pertanyaan saat mereka sudah tiba pulang ke rumah. Sekarang waktu sudah menunjukan jam tujuh malam. Elisa menghela napas lantas mengangguk pelan. Jujur, ia mengingat semua. Mengingat malam saat kejadian naas itu menimpa keluarganya. Di mana malam itu ia kehilangan sang suami, orang yang paling ia cintai. "Lalu kenapa mama nggak cerita? Apa alasan mama menyimpan rahasia ini? Ada apa sebenarnya?" lagi, Rey mencerca mamanya dengan banyak pertanyaan. Ia begitu bingung dengan semua dan ingin tahu apa yang sebenarnya telah terjadi. "Mama butuh minum, Rey. Bisakah kamu ambilkan?" Elisa menoleh. Ia belum menjawab pertanyaan putranya. Ia butuh ketenangan. Kenangan tentang kejadian malam itu membuatnya begitu rapuh. Kehilangan suami menjadikan hidupnya tak sebahagia seperti dulu. Meskipun ia mempunyai Rey, satu-satu putra mereka, akan tetapi, Elisa belum bisa melupakan semua kenang-kenangan semasa hidup bersama suaminya.

  • JEBAKAN SANG CEO ( JODOH SALAH PILIH )    Mengunjungi Oma

    Mobil SUV hitam mengkilat memasuki halaman rumah nan luas. Rumah bercat cream itu tampak sepi. Hanya ada satpam dan penjaga taman yang bertugas seperti biasa. "Nyonya Elisa? Tuan Muda Rey?" ucap satpam penjaga gerbang terkejut saat melihat anak dan cucu majikannya datang berkunjung. "Hm, apa Mama ada di rumah?" tanya Elisa turun dari mobil di bantu oleh putranya, Rey."Ada, Nyonya. Seperti biasa beliau sedang beristirahat," jawab satpam itu ramah."Baik, Terimakasih. Ayo, Rey!" ajak Elisa. Rey mengangguk lantas mendudukkan mamanya di kursi roda. Pintu rumah terbuka lebar saat para pembantu juga mengetahui kedatangan mereka. Rey kembali mendorong kursi roda Elisa menuju kamar tempat Oma nya beristirahat. Setibanya di sana, tampak Oma Rey sedang duduk santai sambil merajut kain di sofa yang menghadap langsung ke arah pemandangan di depan. "Sore, Oma. Kami datang," sapa Rey tersenyum. Wanita yang di panggil Oma itu terkejut. Ia langsung menoleh kemudian tersenyum lebar saat tahu si

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status