Share

Bab 5  

Author: JQ Hamdani
last update Last Updated: 2023-06-06 18:02:43

Waktu terus berlalu.

Hari demi hari, Leon akhirnya mulai terlatih untuk menahan rasa sakit dan amarah. Perlahan tapi pasti, tubuhnya pun menjadi lebih kuat dan tangguh.

Saat ini, dia tidak lagi mudah untuk dijatuhkan. Bahkan, segalanya kini mulai terasa jauh lebih ringan baginya.

Seiring tubuhnya yang terus tumbuh menjadi semakin besar dan kuat, Leon pun menjadi jauh lebih tabah dan percaya diri dalam menjalani hari-harinya bersama Edward.

Apalagi, pada kenyataannya, tubuhnya sekarang memang sudah lebih besar dan lebih kuat daripada cucu lelaki Kakek Sanjaya itu.

Namun, walaupun tubuhnya telah tumbuh menjadi lebih tinggi dan lebih besar, Leon tak berubah menjadi tinggi hati dan besar kepala.

Dia tetap membiarkan Edward memukulinya dan menjadikannya sebagai samsak hidup hampir setiap hari. Apalagi, saat ini pukulan Edward sudah tak lagi terasa menyakitkan baginya!

Lebih dari itu, terkadang Leon justru menerima semua pukulan itu sambil tersenyum atau tertawa dalam hati.

Entah bagaimana, bocah malang yang dulu bertubuh sangat kurus itu sepertinya memang sudah mulai kebal terhadap pukulan!

Leon memang tumbuh jauh lebih cepat daripada kebanyakan anak-anak seusianya. Semua orang menyadari pertumbuhan fisik Leon yang melaju di atas rata-rata itu.

Dia benar-benar mulai menarik perhatian hampir semua orang di kediaman Keluarga Sanjaya. Mereka bahkan mulai membicarakannya, terutama para pelayan yang setiap hari bergaul dengannya.

Bukan cuma para pelayan yang tertarik dan memperhatikan Leon. Bahkan, Kakek Sanjaya sendiri juga sudah mulai mengamatinya.

Orang terkaya di kota Morenmor itu beberapa kali terlihat memasuki ruang kontrol keamanan, lalu menonton aktifitas Leon melalui CCTV.

“Anak itu sepertinya cukup kuat dan tabah. Dia sama sekali tidak melawan, padahal itu sudah berlangsung sejak dua tahun lalu. Benar-benar luar biasa!” pikir Kakek Sanjaya saat melihat adegan Leon yang sedang dipukuli oleh Edward melalui sebuah monitor besar yang menempel di dinding.

Kakek Sanjaya terus menonton hingga akhirnya dia melihat cucunya itu pergi meninggalkan Leon sendirian di aula olah raga.

Dia terus menonton.

Adegan selanjutnya masih sama seperti apa yang pernah dia lihat pada waktu-waktu sebelumnya. Leon terlihat membereskan semua peralatan bekas Edward latihan, lalu beranjak pergi.

Selanjutnya, sosok yang kini tak lagi nampak sekurus dua tahun lalu itu terlihat pada monitor lain yang menampilkan gambar suasana di selasar menuju paviliun belakang.

Di monitor itu, Leon terlihat sedang berjalan menuju ke kamarnya di wisma para pelayan.

Kakek Sanjaya tersenyum lalu berkata pada seorang pengawal yang saat itu sedang bertugas di ruang kontrol, “Panggil Martin. Suruh dia menemuiku di taman kota!”

“Siap, Tuan Besar!” kata pengawal itu patuh tanpa bertanya, lalu segera menghubungi Martin melalui alat komunikasi canggih yang terselip di telinganya.

Martin adalah kepala pelayan Keluarga Sanjaya.

Selain itu, dia juga merupakan asisten sekaligus pengawal pribadi Kakek Sanjaya. Dalam banyak hal, dia juga berperan aktif sebagai perwakilan resmi Keluarga Sanjaya.

Terkadang, orang-orang yang tidak mengenalnya akan berpikir bahwa dialah pemimpin Keluarga Sanjaya yang sebenarnya.

Bagaimanapun, pada kenyataannya – Kakek Sanjaya memang sangat mengandalkan dan mempercayai Martin.

Sore ini, sepertinya Kakek Sanjaya akan kembali mengandalkan Martin untuk suatu urusan yang spesial.

Tidak biasanya orang terkaya Morenmor itu ingin bertemu seseorang di taman kota, apalagi orang itu adalah asisten pribadinya sendiri. Biasanya dia akan langsung memanggil orang itu untuk menghadap ke kantornya – atau di manapun selain di tempat terbuka.

Tentu ada sesuatu yang sangat penting dan rahasia!

Martin sangat memahami isyarat itu!

Tak lama berselang, dia sudah terlihat berjalan-jalan santai sambil mengobrol dengan Kakek Sanjaya di taman kota.

Mereka terlihat sangat akrab. Siapapun akan sulit untuk percaya jika dikatakan bahwa kedua orang lelaki gagah itu sebenarnya adalah majikan dan pelayannya.

Lebih dari itu, bahkan hampir tidak ada yang mengenali bahwa salah satu di antara kedua orang itu sebenarnya adalah orang paling kaya dan berpengaruh di seantero Morenmor!

“Bagaimana? Apakah Edward masih suka memukuli anak itu?” tanya Kakek Sanjaya.

“Tuan Muda masih bersemangat seperti biasa, Tuan Besar. Setiap pagi dan sore, Tuan Muda masih terus berlatih bersama anak itu.” Martin sengaja mengganti istilah memukuli dengan kata berlatih. Bagaimanapun, dia harus senantiasa menunjukkan kesetiaan dan rasa hormat terhadap anggota inti Keluarga Sanjaya.

“Lalu, apakah anak itu baik-baik saja?” tanya Kakek Sanjaya lagi.

“Dia baik-baik saja, Tuan Besar. Malah sepertinya dia juga bertambah kuat. Dia benar-benar mampu mendorong Tuan Muda untuk lebih bersemangat dalam berlatih,” jawab Martin jujur, tentu saja setelah menyusun dan menyaring setiap kata yang dia ucapkan.

Kakek Sanjaya tersenyum simpul, “Bagus! Tapi sebenarnya, ada sesuatu yang sampai saat ini masih membebani pikiranku.”

Martin langsung tersentak. Dia memandang Kakek Sanjaya dengan tatapan bingung campur khawatir lalu bertanya dengan nada suara cemas, “Maafkan saya, Tuan Besar. Apakah ada masalah dengan Tuan Muda?”

Kakek Sanjaya tersenyum lagi, “Sebenarnya bukan masalah. Tapi saat ini Edward sudah berusia sembilan tahun. Tiga tahun lagi, dia harus mulai masuk sekolah umum. Dia harus mulai mengenal dunia luar dan belajar mengatasi masalah. Tentu saja, akan perlu ada seseorang yang harus selalu bersamanya setiap saat.”

“Apakah Tuan Besar menginginkan anak itu?” tanya Martin hati-hati, langsung memahami kegundahan tuan besarnya.

Kakek Sanjaya diam sejenak, seperti sedang memikirkan sesuatu.

Sesaat kemudian dia menjawab, “Aku belum terlalu yakin, tapi tidak ada salahnya jika kamu mulai menyelidiki latar belakang anak itu. Aku agak curiga, sepertinya ada aura bangsawan yang kental pada anak itu.”

Martin tersenyum, “Sebenarnya saya juga merasakannya, Tuan Besar. Tapi saya tidak yakin jika anak itu benar-benar dari keluarga kaya atau bangsawan. Saat mengambilnya dulu, saya banyak bertanya pada pengurus panti asuhan dan orang-orang sekitar. Semuanya mengatakan bahwa anak itu ditemukan sembilan tahun lalu di depan pintu panti asuhan tanpa nama atau tanda keluarga manapun.”

Kakek Sanjaya mengernyitkan kening lalu bertanya, “Oh, begitu? Lalu – selama tujuh tahun ini, apakah ada yang mencarinya? Apakah pernah ada orang yang datang ke panti asuhan lalu menanyakan sesuatu tentang anak itu?”

Martin menjawab dengan yakin, “Tidak ada, Tuan Besar.”

Kakek Sanjaya mengangguk-anggukkan kepalanya beberapa kali seraya mengembuskan napas lega.

Lelaki tua kaya raya itu tampaknya memiliki ketertarikan tersendiri terhadap Leon. Terlihat jelas pada sorot matanya bahwa dia memang merencanakan sesuatu terhadap bocah malang berusia sembilan tahun itu.

“Kalau begitu, seharusnya tidak akan ada masalah di kemudian hari. Anak itu tampaknya cukup baik dan dapat dipercaya. Saya kira dia cukup layak untuk menjadi pendamping Edward. Mulai sekarang, pastikan anak itu mendapat makanan yang lebih baik – supaya dia tumbuh makin kuat dan tangguh. Ajari dia sedikit ilmu beladiri, tapi pastikan juga supaya dia tidak akan pernah menggunakannya terhadap cucuku. Pokoknya, aku mau anak itu mulai dipersiapkan dengan benar!” ujar Kakek Sanjaya memberondong, melepaskan titahnya.

Martin tertegun sejenak.

Dia tak menduga, ternyata Kakek Sanjaya benar-benar akan mulai mempersiapkan Edward sebagai calon penerus tahta Keluarga Sanjaya. Dia tahu tahu persis bagaimana seriusnya Keluarga Sanjaya dalam mempersiapkan calon penerus kejayaan keluarga mereka dari generasi ke generasi.

Martin paham betul apa yang direncanakan oleh lelaki tua kaya raya itu.

Dulu, saat Charles Sanjaya masih kuliah, Martin adalah orang yang diperintahkan untuk mendampingi. Sekarang, ternyata dia juga yang diminta untuk mempersiapkan seseorang untuk menjadi pendamping bagi putra Charles.

“Baik, Tuan Besar. Saya akan melatihnya. Akan saya pastikan semua berjalan sesuai dengan keinginan dan rencana Tuan Besar,” ucap Martin penuh percaya diri.

Kakek Sanjaya tersenyum puas.

“Bagus! Tapi lakukan semuanya secara rahasia. Aku tidak mau anak itu jadi besar kepala dan melupakan kedudukannya hanya karena mendapat sedikit perhatian lebih darimu!” pungkas Kakek Sanjaya menuntaskan perintahnya.

“Siap, Tuan Besar! Saya mengerti,” sahut Martin dengan kepatuhan maksimal.

Selanjutnya mereka berpisah, mengambil arah dan jalan yang berbeda – walaupun sebenarnya mereka menuju tempat yang sama, Mansion Keluarga Sanjaya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • JEJAK SANG PEWARIS   Bab 235

    Wisma Adulterium memang sudah habis terbakar dan Victoria pun telah meninggal dunia.Namun, target operasi senyap malam ini bukan hanya sebatas itu.Target operasi senyap yang digelar pada malam itu adalah membasmi keluarga Desplazado hingga ke akar-akarnya. Selama keluarga teratas Granda Peko yang dituduh bersekutu dengan Keluarga Wijaya dari Negara Vicinus itu belum musnah sepenuhnya, maka operasi rahasia yang digagas oleh beberapa komandan senior pasukan milisi Morenmor itu tentu akan dianggap gagal.Victoria memang figur penting dalam Keluarga Desplazado, tetapi dia bukan satu-satunya tokoh berpengaruh di keluarga teratas Granda Peko itu. Masih ada Adelia dan Rudolf Subrata yang bahkan memiliki pengaruh yang jauh lebih besar.Begitu juga dengan Wisma Adulterium.Istana cinta sesaat itu memang dikenal sebagai kediaman utama Keluarga Desplazado. Akan tetapi, sebenarnya tak banyak tokoh keluarga yang berdiam di sana. Bahkan, Adelia Desplazado yang telah resmi dinobatkan sebagai pemim

  • JEJAK SANG PEWARIS   Bab 234

    Wisma Adulterium sudah habis terbakar.Leon dan Adelia yang datang beberapa saat setelah segalanya terlambat hanya mendapati sekelompok petugas pemadam kebakaran Granda Peko yang sedang mencari dan mengumpulkan jenazah para korban. Pasangan suami istri terkaya seantero Morenmor itu hanya dapat menatap sedih campur marah ketika akhirnya mengenali bahwa dua di antara sosok-sosok tak bernyawa ditemukan oleh pasukan pemadam kebakaran adalah jenazah Lucas dan Victoria.“Maaf, Tuan, Nyonya. Kami tidak dapat berbuat apa-apa karena sekelompok tentara dari pasukan aliansi Morenmor membawa perintah resmi untuk memblokir jalan dan menutup semua akses menuju tempat ini Mereka mengatakan ada penyusup dari Negara Vicinus yang bersembunyi di Wisma Adulterium,” ungkap komandan pasukan pemadam kebakaran dengan menampilkan raut wajah penuh rasa bersalah, mencoba menjelaskan alasan keterlambatan mereka.Leon menyahut singkat sedikit ketus, “Kami tahu!”Dia kemudian memanggil delapan dari 24 orang pengaw

  • JEJAK SANG PEWARIS   Bab 233

    Lucas tewas.Dua belas pria misterius berkostum serba hitam, sekarang tinggal delapan orang.Ratusan orang pelayan, pengawal, dan gadis-gadis cantik pemuas syahwat, berikut para pria hidung belang yang menjadi tamu-tamunya, kini terjebak pasrah tanpa daya upaya apa pun. Mereka hanya bisa berkumpul sambil meratap, memohon agar diperbolehkan keluar dan meninggalkan Wisma Adulterium yang saat ini masih terus terbakar hebat.Sedangkan Victoria Desplazado yang merupakan target utama operasi senyap yang dijalankan oleh orang-orang berkostum serba hitam itu, saat ini masih bersembunyi di dalam kamar tidurnya yang tahan api dan anti peluru.Sebenarnya, dia mendengar dan sudah akan membuka pintu ketika Lucas menggedor-gedor pintu kamar sambil memanggil-manggil.Victoria tidak jadi membuka pintu karena sesaat kemudian dia mendengar suara tembakan di balik pintu kamarnya. Bagaimanapun, dia masih trauma karena pernah hampir mati ketika kepalanya tidak sengaja terserempet peluru yang menembus daun

  • JEJAK SANG PEWARIS   Bab 232

    Wisma Adulterium memiliki empat kamar istimewa yang amat berbeda daripada kamar-kamar yang lain, dua kamar ada di bangunan sayap barat dan dua lagi terdapat di bangunan sayap timur. Setiap kamar berukuran sangat luas dan perabotan di dalamnya juga amat mewah.Keempat kamar istimewa itu sudah ada sejak awal berdirinya Wisma Adulterium.Pada zaman dahulu, keempat kamar tersebut adalah kamar-kamar yang sengaja disiapkan sebagai tempat khusus untuk menyenangkan pejabat Kerajaan atau anggota Keluarga Istana. Tentu saja, banyak rahasia tingkat tinggi yang tersimpan di dalam kamar-kamar mewah itu.Rahasia-rahasia tingkat tinggi itulah sebenarnya yang menjadi dasar kekuatan dan pilar kekuasaan Keluarga Desplazado hingga mampu berdiri kokoh di Granda Peko selama ratusan tahun!Saat ini, salah satu kamar istimewa itu ditempati oleh Victoria Desplazado.Sebagai ruang pribadi yang sejak awal memang disiapkan untuk orang-orang dengan latar belakang dan identitas istimewa, kamar tidur yang kini dit

  • JEJAK SANG PEWARIS   Bab 231

    Sisi timur Wisma Adulterium mulai terbakar hebat.Sementara, pria berkostum serba hitam yang telah berubah menjadi monster api masih terlihat berlarian tak tentu arah dengan api berkobar-kobar di seluruh tubuhnya. Setiap langkahnya meninggalkan jejak api menyala dan membuat kebakaran di kediaman utama Keluarga Desplazado semakin meluas.Lucas menembak lagi dan monster api pun berhenti berlarian, tumbang dengan seluruh tubuh masih berkobar.Akan tetapi, ternyata bukan hanya ada satu monster api di Wisma Adulterium!Seorang wanita penghuni wisma dan satu tamu lelakinya juga telah berubah menjadi monster api. Pasangan tanpa ikatan resmi itu tengah terlelap dalam kenikmatan ketika sebuah botol berisi minyak dengan sumbu menyala terbang menembus jendela kamar, lalu pecah dan membakar ujung seperei ranjang mereka. Keduanya baru terbangun saat pakaian dan rambut mereka dijilat api.Tak butuh waktu lama, beberapa ruangan di lantai dua Wisma Adulterium pun terbakar hebat dan menciptakan lebih

  • JEJAK SANG PEWARIS   Bab 230

    “Hati-hati …”“Tenanglah, jangan berisik …”Dua orang lelaki berpakaian serba hitam berjalan mengendap-endap mendekati gerbang sebuah bangunan besar berlantai dua di pusat kota Granda Peko, Wisma Adulterium.Tidak terlalu jauh di belakang kedua orang itu, masih ada sepuluh orang lainnya yang juga berpakaian serba hitam. Mereka bersembunyi di balik bayangan pepohonan atau mobil-mobil yang parkir di pinggir jalan.Melihat gelagat yang ditunjukkan oleh sikap dan gerakan mereka, sudah dapat dipastikan bahwa orang-orang berpakaian serba hitam itu memiliki tujuan jahat. Niat jahat mereka tak perlu diragukan lagi ketika dua orang pertama tiba-tiba memanjat gerbang dan melompat masuk. Apa pun alasannya, hanya orang jahat yang akan masuk dengan cara memanjat pintu gerbang!Tak lama berselang, terdengar suara berderit halus dan pintu gerbang pun terbuka dari dalam.Ternyata, kedua orang yang tadi melompat masuk itulah yang membukanya.Sepuluh orang berpakaian serba hitam yang lain pun langsung

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status