Share

PEREBUTAN MUSTIKA UDARATI

Keinginan Pangeran muda wangsa Syailendra Balaputradewa untuk medapatkan benda pusaka nampaknya telah tercium oleh telik sandi baik dari kerajaan Pengging maupun oleh wangsa Sanjaya. Sehingga desas-desus mulai menyebar tidak hanya di kalangan kecil para bangsawan namun juga pendekar-pendekar jagad persilatan. Tidak terkecuali putra-putra para Rakai penguasa perdikan juga mulai memburu benda pusaka yang dimaksud yaitu Mustika Udarati.

"Kau yakin kalau pangeran muda wangsa Syailendra itu akan naik ke puncak Udarati?"Tanya Cayapata salah seorang anggota Sandidharmayuga dari kerajaan Pengging atau satuan khusus mata-mata kerajaan.

"Benar, Kakang Cayapata. Aku mendengar dari sumber yang bisa dipercaya. Konon pangeran muda ini ingin menjadi Mahamentri I Hino (Putra Mahkota) karena Maharaja belum berputra. Oleh karena itu dia mencari Mustika Udarati yang konon dapat menarik energi mahkota sehingga siapapun yang memilikinya akan dapat menjadi Raja besar. Seorang Chakrawartin (Raja di raja, penakluk semesta)." Jawab Gentala, sambil mengusap keringatnya dengan kain samirnya. Nampaknya mereka baru saja menjalankan misi mata-mata ke wilayah Medang dan bermaksud kembali ke Pengging melalui hutan di daerah Sumber Dataran Kewu.

"Berarti dia akan melewati wilayah Kerajaan Pengging jika akan mendaki Puncak Udarati."Cayapata menyampaikan pikirannya karena ia tahu benar jalan termudah menembus puncak Udarati adalah melalui wilayah Pengging.

"Itu sudah jelas. Maka kita harus berjaga agar kita bisa meringkus Pangeran wangsa Syailendra yang berharga ini sehingga dapat kita jadikan sandera supaya Rakai Garung tidak terus menerus mencoba menggerus wilayah Pengging." jawab Jaladra.

"Kita tidak perlu meringkusnya, kita awasi dan ikuti saja gerak-geriknya hingga ia mendapatkan mustika itu. Jika kita berhasil meringkusnya bersama mustika itu sudah pasti Raja kita akan memberikan hadiah yang besar." Kata Gentala

"Tidak semudah itu adhi Gentala. Pangeran muda Syailendra ini sangat sakti. Para pendampingnya seperti Kunara Sancaka, Nagarjuna dan Jentra Kenanga adalah tiga ksatria Medang yang tidak bisa dianggap sepele. Mereka memiliki senjata sakti, pusaka-pusaka tua yang tidak mudah dikalahkan selain ilmu kanuragannya yang hebat. "Kata Cayapata.

"Benar yang dikatakan oleh adhi Cayapata. Kita tidak tahu siapa yang akan mendampingi Pangeran Balaputradewa. Jika Jentra Kenanga yang mendampinginya, sudah jelas mereka sulit dikalahkan. Jentra sangat sakti dan ahli racun. Ia juga pengendali air yang sangat baik. Berpadu dengan tuannya yang juga ahli di dalam pengendalian udara dengan tapak sapu anginnya, kita hanya akan jadi bulan-bulanan mereka." Jaladra menimpali.

Belum selesai mereka bicara tiba-tiba ketiga perwira sandhi Pengging itu mendengar suara langkah kaki di belakang mereka. Mereka segera menepi dan bersembunyi di balik semak untuk mengetahui siapa yang akan lewat.

Ada dua orang yang sedang berjalan. Mereka bicara dengan suara lirih namun terdengar jelas. Menilik dari pakaiannya mereka bukan pengembara biasa tapi seorang Rakai atau putera seorang Rakai. Cayapata mengamati lebih seksama dan ia yakin bahwa kedua orang ini adalah wangsa Sanjaya. Kain yang dipakai orang itu tidak berwarna biru seperti yang biasa dipakai para Rakai wangsa Syailendra tapi berwarna kesumba, menandakan mereka adalah pengendali api. Samir atau kain penutup dada mereka juga berwarna oranye kemerahan khas wangsa Sanjaya. Cayapata dan dua orang temannya mencoba menangkap pembicaraan mereka.

"Kakang Panaraban, apakah kau tidak tertarik untuk ikut mencari Mustika Udarati?" Tanya salah seornag dari pengembara itu.

"Aku ingin dimas Kumbhayoni. Tapi kudengar, Pangeran Balaputradewa juga tengah mengejarnya. Apakah hal ini tidak akan memperuncing permusuhan antara Syailendra dan Sanjaya."Jawab orang yang disebut Panaraban itu.

"Tapi bagaimanapun kau adalah pewaris sah takhta Medang dari Kakek buyut Sanjaya. Maharaja Garung saat ini hanyalah putra selir dan menantu saja dari keturunan sah Sanjaya. Apalagi ia mengawini wangsa Syailendra yang akan merebut wilayah Jawa Dwipa dengan mengambil dataran Kedu dan Kewu." Kata Kumbhayoni menambahi.

"Ssssttt....jangan keras-keras dimas. Kita tidak tahu tempat ini bertelinga atau tidak. Aku tidak mau wangsaku ditumbalkan hanya karena perebutan kekuasaan. Aku memilih menjadi Rakyan biasa yang membawahi perdikan daripada menjadi Raja tapi mengorbankan orang lain." Sahut Palaraban dengan suara yang ditahan.

"Ini bukan soal mengorbankan Kakang. Kami siap memberikan apa saja, asal Kedu dan Kewu tetap ada di tangan wangsa Sanjaya. Kami orang perdikan Walaing tidak takut mati. Namun kami tidak rela jika wangsa Syailendra mengambil alih kekuasaan atas Kedu dan Kewu. Apakah kakang pikir, Balaputradewa mengharapkan mustika itu karena ia ingin mengabdikan diri pada negara? Kau salah besar Kakang. Ia ingin menjadi Chakrawartin. Dan aku yakin ia akan merebut kekuasaan dari Rakai Garung yang bagaimanapun masih berdarah Sanjaya meskipun lebih berpihak pada wangsa Syailendra. Yakinkah kakang, dia tidak akan menghabisi wangsa kita jika ia berkuasa?" Kata Kumbhayoni.

Panaraban menggeleng pelan sambil mengangkat bahu kemudian mempercepat langkahnya. Sementara kedua orang wangsa Sanjaya berlalu. Ketiga perwira sandi Pengging keluar dari persembunyiannya. Bagi mereka semua menjadi jelas bahwa di dalam kerajaan Medang sendiri sedang terjadi perang dingin diantara para bangsawannya untuk merebut kekuasaan yang sah.

Pencarian mustika ini juga akan menjadi bagian dari permainan politik untuk melegitimasi kekuasaan baru. Entah itu Rakai Garung, Balaputradewa atau wangsa Sanjaya. Bagi Pengging sendiri yang secara politik lebih stabil,  keadaan negara tetangga yang carut marut akan memberikan banyak keuntungan. Apalagi jika kekuatan dalam negeri Medang pecah, Pengging justru bisa mengambil alih kekuasaan. 

Berita ini tentu akan menjadi informasi berharga bagi Raja kerajaan Pengging.  Cayapata beserta kawan-kawannya akan menerima anugerah   yang besar, untuk semua kabar yang disampaikannya. Apalagi jika Raja mereka juga ingin mengejar gelar Chakrawartin sang Raja Penguasa semesta.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status