Badai drama tak pernah reda, rakyatlah yang menjadi korbannya. Apakah nyawa hanyalah pion dalam permainan kekuasaan? Apakah nyawa hanya dianggap sebagai jembatan kemenangan? Rakyat bertanya-tanya, apakah arti nyawa mereka bagi para penguasa? Apa perjuangan mereka harus berakhir dengan kematian? Sang Naga Bumi bagai angin segar di tengah gersangnya keadilan.
View MoreAngin dingin menusuk tulang
Salju yang murni menutupi bumiSungai timur mengalir tenangTebing utara tersembunyiIni adalah akhir tahun, salju turun dengan lebat. Sebagian besar tanah di bumi Xiang tertupi salju tebal.Di hutan kematian, tanah sudah tertutup oleh salju tebal. Tetesan darah meninggalkan jejak yang kontras di atas salju berwarna putih.Seorang pemuda berjalan terseok-seok, seluruh tubuhnya dipenuhi dengan luka. Pandangannya mulai buram karena terlalu banyak darah yang keluar dari lukanya.Langkah demi langkah dia lakukan, dengan harapan akan menemui titik kehidupan. Tidak pernah dia bayangkan jika langkah yang dia harapkan menuju pusat kehidupan justru membawanya ke dalam jurang tanpa batas."Apa ini adalah akhir dari hidupku?"Pandangannya semakin memudar hingga gelap sepenuhnya.Entah berapa lama dia tidak sadarkan diri hingga sebuah suara mengusiknya. Kepalanya terasa berdenyut, seperti ada ribuan jarum yang menancap di kepalanya."Wang Jiang, kau bisa mendengarku?"Suara itu terus mengusiknya, memaksanya melawan rasa sakit di kepalanya, memaksanya untuk bangun dari tidur panjangnya.Pemuda itu membuka matanya dengan perlahan, dia merasakan pandangannya menjadi kabur. Sekali lagi dia memejamkan matanya dan saat mencoba membukanya, ini sudah lebih baik.Pemandangan pertama yang pemuda itu lihat adalah seorang pria tua menggunakan jubah berwarna hitam berdiri dan berusaha membangunkannya."Uh...."Pemuda itu memegang kepalanya yang terasa sakit. Keningnya berkerut dalam karena rasa sakit yang menyerang kepalanya begitu dahsyat."Wang Jiang, tenanglah."Suara itu kembali terdengar. Aliran energi yang terasa hangat mengalir ke kepala pemuda itu, mengurangi rasa sakit yang dia derita dengan perlahan.Setelah beberapa waktu, pria tua itu melepas tangannya dari kening Wang Jiang."Ini ... di mana ini?"Kali ini pandangannya sudah cukup jelas. Wang Jiang merasa jika tempat ini sangat asing untuknya. Dia berusaha mengingatnya. Namun, semakin dia berusaha, kepalanya seperti akan pecah."Apa kau tidak mengingatnya?"Wang Jiang mengangguk. Satu tangannya menyengkeram kepalanya yang sakit. "Tuan, siapa anda? Apa anda mengenalku?""Kau tidak ingat?" Pria tua itu bertanya.Wang Jiang menggeleng. Wajah di depannya benar-benar asing. "Apa kita saling mengenal?"Pria tua itu mendesah pelan. "Tentu saja kita saling kenal. Namamu adalah Wang Jiang."Pria tua itu bernama Bai Hu, salah satu tetua di Sekte Bangau Putih. Selama Wang Jiang tidak sadar, Bai Hu yang merawatnya dengan telaten.Dua minggu setelah Wang Jiang tersadar, kondisinya mulai membaik. Luka-luka di seluruh tubuhnya mulai pulih. Hanya saja, ingatan masa lalunya belum kembali sedikitpun.Hari itu, meski hari masih dingin, tetapi Wang Jiang bersemangat untuk berjalan-jalan di luar. "Kakek, aku akan berjalan-jalan di luar sebentar."Bai Hu mengangguk mengizinkan. Selama ini dia hidup sendirian. Istrinya sudah lama meninggal dan dia tidak memiliki anak seorang pun. Saat dia merawat Wang Jiang, hatinya terasa hangat dan meminta pemuda itu untuk memanggilnya sebagai kakek.Wang Jiang keluar dari kediaman Bai Hu dengan wajah bahagia. Sudah cukup lama dia tidak keluar dan menikamati udara segar. Kakinya yang baru saja sembuh masih terasa kaku."Benar-benar menyedihkan." Wang Jiang tersenyum, mengejek dirinya sendiri.Saat sedang berjalan, Wang Jiang tidak sengaja menginjak salju yang mencair. Pemuda itu kehilangan keseimbangan dan hampir saja terjatuh. Namun, sebelum tubuhnya menghantam tanah, sebuah tangan yang halus dan ramping seperti menahan punggungnya. Aroma harum yang lembut menusuk hidung Wang Jiang.Pemuda itu merasa mulutnya tiba-tiba kering, dia menelan ludahnya dengan kasar. Tangan ramping yang menopang pinggangnya sangat ramping dan halus, tetapi berhasil menahan tubuhnya yang lebih besar dengan begitu mudah.Sebuah perasaan aneh tiba-tiba merayapi dada Wang Jiang."Kamu baik-baik saja?" Suara merdu sehalus kelopak bunga mawar itu menyadarkan Wang Jiang dari lamunannya. Wajahnya yang tampak khawatir membuat Wang Jiang merasa nyaman dan berharga.Dengan hati-hati wanita itu membantu Wang Jiang berdiri."Aku ... aku baik-baik saja." Pemuda itu berdiri dengan wajah merona, kemudian dia mengangguk dengan malu-malu. "Terima kasih."Wanita itu mengangguk. "Sama-sama. Aku senang membantumu."Wang Jiang tidak mengingat apapun tentang gadis ini. Tapi dia tidak berani menanyakannya.Seperti mengetahui isi pikiran Wang Jiang, gadis itu bertanya, "Siapa namamu? Aku Mei Ling."Ada rasa terkejut di dalam hati Wang Jiang. Ingatannya telah menghilang, bahkan dia tidak mengingat asal usulnya sama sekali. Jika dirinya memang berasal dari tempat ini, bukankah seharusnya gadis ini mengenalnya? Atau, jangan-jangan gadis ini baru bergabung dengan Sekte Bangau Putih.Menepis semua pemikiran itu, Wang Jiang menjawab, "aku Wang Jiang."Mei Ling mengangguk. Dia membantu Wang Jiang jalan-jalan dengan memapahnya. Mereka duduk di bawah pohon prem."Aku belum pernah melihatmu sebelumnya." Mei Ling tiba-tiba berbicara, suaranya lembut tapi seperti petir di telinga Wang Jiang.Wang Jiang menoleh, ekspresinya terlihat linglung. Suaranga serak dan tercekat saat berkata, "kamu belum pernah melihatku?"Mei Ling mengangguk. "Iya. Belasan tahun aku tingga di sini, tidak pernah melihatmu di tempat ini."Mei Ling terdiam, seperti teringat sesuatu. "Tapi aku seperti pernah melihatmu di tempat lain."Tidak ada kata-kata yang keluar dari mulut Wang Jiang. Dari awal dia sudah curiga. Bai Hu selalu menghindar dan mengalihkan pembicaraan saat membahas masalah ini. Jika Mei Ling benar pernah melihatnya di suatu tempat, dia harus tahu di manakah tempat itu."Di mana ... di mana kamu melihatku?"Walau merasa ragu, tetapi Mei Ling tetap mengucapkannya. "Aku tidak melihatnya begitu jelas. Tapi sepertinya aku pernah melihatmu di Provinsi Qin.""Provinsi Qin? Di mana itu? Aku tidak bisa mengingatnya ...."Wang Jiang mencengkeram kepalanya yang terasa pusing. Seperti ada batu besar yang menghantam kepalanya berulang-ulang.Keringat dingin mulai muncul di wajah Wang Jiang, dia terlihat pucat. Mei Ling menjadi cemas saat melihat Wang Jiang yang kesakitan."Apa yang terjadi? Kamu baik-baik saja?" Mei Ling sangat cemas. Dia tidak tahu jika satu kalimatnya membuat teman barunya menjadi seperti ini."Apa yang terjadi?" Sebuah suara tiba-tiba muncul dari belakang mereka. Bai Hu muncul entah dari mana dan mendekati Wang Jiang."Tetua Bai." Mei Ling berdiri dan memberi hormat pada Bai Hu. "Wang Gege tiba-tiba sakit kepala."Bai Hu terkejut saat mendengar panggilan intim yang dilakukan Mei Ling. Namun, dia tidak sempat menanggapinya karena melihat Wang Jiang yang terus kesakitan."Apa kau mengatakan sesuatu kepadanya?""Aku hanya mengatakan belum pernah melihat dia sebelumnya."Ekspresi Bai Hu memburuk."Tetua Bai, apa aku sudah salah bicara?"Bai Hu menggeleng. "Kau bisa pergi, aku yang akan merawat Wang Jiang."Mei Ling terlihat ingin mengatakan sesuatu tetapi tidak memiliki keberanian. Jadi, dia hanya mengangguk dan pergi meninggalkan mereka.Bai Hu mengalirkan tenaga dalamnya, membuat Wang Jiang menjadi tenang.Pemuda itu masih pucat, napasnya juga tersengal. Hanya saja dia tidak menunjukkan rasa sakit lagi.Wang Jiang terdiam selama beberapa saat, mengumpulkan keberanian untuk bertanya."Katakan saja apa yang ingin kamu katakan."Wang Jiang mengangguk. "Apa aku tidak berasal dari tempat ini?"Bab 51Ekspresi Bibi Guo menjadi murung ketika Qin Guan bertanya tentang suaminya. Sejak enam bulan lalu, suaminya mengalami sakit keras dan tidak bisa bangun dari tempat tidurnya. Sudah banyak cara yang dia lakukan untuk menyembuhkan suaminya, termasuk berobat ke tabib-tabib terkenal di ibukota, tetapi tidak ada hasil yang terlihat. Kini usahanya hampir bangkrut dan suaminya masih belum pulih juga.“Bibi Guo, ada apa?”“Ini … Paman Guo sakit.”“Sakit? Qin Guan hampir tidak percaya. Paman Guo memiliki kemampuan beladiri yang cukup tinggi, tidak mudah bagi pendekar sepertinya jatuh sakit. “Sakit apa?”“Sampai saat ini, tidak ada yang tahu penyakitnya.”“Apa sudah dibawa ke balai pengobatan Ji Feng?”Bibi Guo mengangguk. “Sudah, tetapi mereka juga tidak tahu suamiku sakit apa. Penyakitnya sangat misterius.”Penyakit yang bahkan tidak diketahui obatnya oleh balai pengobatan Ji Feng, separah apa penyakit itu.Bubur di mangkok Qin Guan masih mengepulkan asap tipis yang mengeluarkan aroma m
Bab 50Langit Ibukota tampak cerah. Meski udara pagi begitu menusuk, tetapi suasana di sana tetap ramai. Di jalan pusat ibukota, Qin Guan dan Mei Ling menunggang kuda dengan santai. Tidak ada pengawalan secara langsung, tetapi demi menjaga keamanan mereka berdua, Lu Tao menempatkan beberapa penjaga yang mengawasi mereka dari jauh.“Aku sengaja membawamu pergi sepagi ini.”“Qin Gege ingin mengajakku sarapan?” tanya Mei Ling.Qin Guan mengangguk sekali. “Ada beberapa tempat yang sudah berdiri sejak beberapa dekade lalu, aku harus membawamu mencobanya … setidaknya satu.”Mei Ling menoleh, dia merasa penasaran. Juru masak di tempat Qin Guan begitu andal, setiap masakan yang mereka ciptakan memiliki rasa yang luar biasa. Namun, dengan standar yang begitu tinggi, Qin Guan masih berniat mengajaknya makan di luar meski di kediamannya ada sekelompok master kuliner.“Apa yang akan kita coba?”Qin Guan tersenyum dan menunjuk sebuah kedai sederhana di dalam gang sempit. Kedai itu jauh lebih seder
Bab 49Pintu terbuka perlahan, angin berembus membawa aroma bunga yang segar di tengah musim dingin yang menusuk. Mei Ling melangkah masuk, kedua kakinya melangkah dengan anggun, hampir tidak menimbulkan suara. Mantel bulunya yang berwarna putih membalut tubuhnya seperti rubah putih yang cantik.Pipi gadis itu sedikit memerah, entah kedinginan atau merasa canggung karena Qin Guan memanggilnya sepagi ini.Qin Guan duduk di dekat perapian, menyiram porselen putih dengan air mendidih. “Duduklah,” ucapnya dengan tenang.Dia membuka porselen itu dan memasukkan beberapa jenis teh ke dalamnya. Setiap gerakannya tampak anggun dan alami, seperti orang yang sudah bertahun-tahun mendalami jalan teh.“Qin gege, kau memanggilku?” Mei Ling duduk di seberang Qin Guan.Qin Guan mengangguk sekali. Gerakan kecil yang mengandung ketegasan. “Ada yang ingin aku bicarakan.”Mei Ling tidak berkata-kata, hanya diam, menunggu Qin Guan menyelesaikan ucapannya.“Besok aku akan pergi bertugas. Jika kau merasa c
Bab 48Langit di atas Ibukota mulai terang. Setelah terjadi penyerangan, tidak ada dari mereka yang tidur karena mendengar seluruh cerita perjalanan Qin Guan selama setahun terakhir.Wang Tian Xin menarik napas panjang dan mengembuskannya perlahan. “Apa yang aku lalui tidak ada apa-apanya.”Qin Guan menggeleng. “Kau hebat versi dirimu sendiri. Jangan membandingkannya denganku.”Pandangannya beralih pada Wang Lingling yang tampak merenung. “Kau juga hebat, Lingling. Dunia ini keras, tetapi kau bisa melaluinya dengan baik.”Wang Lingling tidak menjawab, tetapi dia langsung memeluk Qin Guan begitu erat. Tidak ada kata-kata, hanya isak tangis yang tak begitu terdengar. Qin Guan menepuk punggung adiknya dan itu membuat Wang Lingling menangis semakin kencang.“Sudah pagi, sebentar lagi para pelayan akan datang.” Qin Guan memundurkan tubuhnya perlahan. Beberapa pelayan masuk membawa perlengkapan pribadi milik Qin Guan. Mereka berbaris rapi, begitu Lu Tao mempersilakan, mereka meletakkan bar
Bab 47“Ada sesuatu yang mereka inginkan dari Qin gege.”Wang Tian Xin mengerutkan kening, begitu juga dengan Qin Guan yang kini merasa penasaran.“Apa? Apa yang mereka inginkan dariku?” Qin Guan penasaran. Dia tidak memiliki sesuatu yang sangat berharga dalam dirinya.“Mereka dari dunia persilatan, jika yang mereka takutkan adalah posisi Qin gege sebagai seorang jendral, mereka akan menggunakan taktik kotor untuk menjatuhkannya.”Apa yang Wang Lingling katakan cukup masuk akal. Jika mereka benar-benar berada di pihak Putra Mahkota dan ingin menjatuhkan posisinya, mereka akan mencari cara untuk menghancurkan reputasinya, bukan malah menerornya setiap malam.Sial. Kenapa hal seperti ini malah baru dia sadari? Kenapa ketika suda jatuh banyak korban dia malah baru menyadarinya? Terlebih lagi, pemikiran ini tidak datang dari pikirannya sendiri.Wang Tian Xin kini menatap kakaknya dengan penasaran. “Sebetulnya, selama setahun menghilang, apa yang kau dapatkan, Ge?”Qin Guan terdiam.Meliha
Bab 46Pandangan Wang Tian Xin tidak lepas dari kakaknya. Sejak bertemu dengan Qin Guan pertama kali, baru kali ini dia melihat Qin Guan beristirahat dengan tenang. Ketika dia mengira jika malam itu akan dilalui dengan damai, dia salah besar.Hawa dingin tidak hanya berasal dari udara yang membekukan, tetapi juga karena aura pembunuh yang mengarah pada ruangan mereka. Dengan cepat, Wang Tian Xin menyambar tombak di sampingnya.“Jie, tetaplah di sini.”Wang Lingling tidak bertanya lebih jauh. Meski jarang menghabiskan waktu bersama, tetapi dia cukup memahami karakter adik bungsunya itu. Dia tidak banyak bicara dan mengawasi dari jauh.Pintu ruangan terbuka, Wang Tian Xin keluar dengan cepat meninggalkan ruangan tersebut. Tak lama berselang, suara denting senjata mulai terdengar.Dari celah jendela, Wang Lingling melihat pertarungan di dekat kamar Qin Guan.Satu.Dua.Tiga.Satu persatu musuh mulai tumbang, tidak mampu melawan Wang Tian Xin dan tombaknya. Gerakan pemuda itu ringan dan lu
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments