"Air ketubannya sudah pecah. Sekarang saya di rumah sakit bersama Resti dan perawat."
Topan terlompat kaget dari posisi tidurnya, bahkan dia terdiam sesaat dan jantungnya berdebar hebat hingga ke lambung."Halo … halo, Pak. Bapak di sana?""I-iya … iya … urus semuanya, pastikan mereka selamat."Tangan Topan bergetar ketika memutus panggilan telepon, dadanya juga bergemuruh hebat, terasa menekan sehingga Topan kesulitan bernapas. Haru tangis Topan karena bahagia, menyeruak dan mendorong air matanya turun. Namun, Topan mengusap air mata ketika menyadari ada Laura bersamanya.Topan gegas keluar kamar menuju kamar Alex. Topan bahkan tidak mengetuk pintu seperti biasanya."Kakek, anakku akan lahir," kata Topan sangat senang, ketika menghampiri Alex di kasur. "Jeremy baru saja mengabarikku, Emma akan melahirkan malam ini. Mereka sudah di rumah sakit sekarang."Sama seperti Topan, Alex jug"Semua aman, Pak." Jeremy mengakhiri panggilan telepon setelah mendapat kabar kondisi dan situasi kamar inap Emma. Mereka masuk ke gedung rumah sakit swasta mahal tempat Emma melahirkan. Naik ke lantai lima kamar 107, Topan dan lainnya bergerak cepat menggunakan lift. Jeremy mengetuk pintu ketika mereka tiba di kamar VVIP. Resti membuka pintu kemudian menunduk pada Topan. "Nyonya sedang tidur, Pak." "Di mana bayinya?" Topan bertanya tanpa basa-basi, sangat tidak sabar melihat malaikat kecil yang baru lahir. Dia mendorong kursi roda ke dalam kamar. "Ada di baby box, di sebelah sana, Pak." Feni–perawat sewaan Topan menunjuk tempat tidur mungil berbentuk kotak. Topan tidak bisa menyangkal, matanya tidak bisa menahan mencari bayi mungil itu. Dia juga melihat Emma di kasur sedang tidur saat kakinya melangkah masuk. Topan berhenti di depan kasur Emma, lantas menuju ke tempat tidur bayi di dekat dinding. Tempat tidur bayi itu dihiasi kelambu putih sebagai penutup.Ketika Topan mengang
"Jangan dipikirkan. Lebih baik Nyonya nikmati masa-masa bahagia dan peran Nyonya sebagai Ibu. Nyonya harus bahagia agar si bayi juga bahagia."Emma tidak menggubris nasihat Jeremy. Setelah yang Emma alami beberapa hari di rumah sakit, Emma akhirnya membenarkan pikirannya kala Topan memaksanya menandatangani surat perjanjian pernikahan, bahwa pernikahan mereka bukan sekadar pernikahan biasa. Emma harus menyimpan banyak hal, menekan perasaan dan rasa ingin tahu yang begitu besar. "Pak Topan sudah menyiapkan semuanya, karena dia tahu yang terbaik untuk Nyonya."Jeremy menutup pintu apartemen setelah Resti dan Feni masuk membawa perlengkapan dan Emma di kursi roda memangku bayinya.Sesuai jadwal yang sudah ditentukan, Emma dan bayinya akhirnya pulang ke apartemen. Semua berjalan lancar tanpa ada kendala. Setelah melayani Emma dan bayinya, Resti kembali bekerja dan Feni mengurus Emma dan bayinya.
"Siapa Anda? Apa maksud Anda berkata suami saya melakukan kesalahan?" Laura bertanya ketus dan mukanya sangat merah karena marah. Topan dan Alex tersentak melihat perempuan itu berdiri di pintu bersama Jeremy. Mereka gelagapan, saling melirik dan sulit menelan ludah. Alex dan Topan juga mencebik dan Topan ingin sekali menendang Jeremy, sebab keputusan Jeremy membawanya ke mansion malah akan memperumit keadaan.Perempuan itu menghampiri Laura dengan senyum ramah. Dia mengulurkan tangan sambil berkata, "Saya Dokter Tresna, spesialis kandungan dan kebidanan yang menangani persalinan Nyonya Emma. Dia pasien saya."Kening Laura mengerut tidak mengerti menatap dokter tersebut. "Siapa Nyonya Emma? Apa hubungannya dengan suami saya?"Dokter Tresna masih tersenyum saat melihat Topan dan Alex sangat tegang menatapnya ketika dia melirik mereka berdua. "Itulah tujuan saya kemari, untuk menjelaskan ap
"Kamu pembohong! Pembohong!" Laura berteriak histeris setelah menutup telepon. Dia melempari Topan dengan benda-benda di sekitar.Selama dua puluh menit, Laura berbicara dengan keluarganya di Berlin yang menghubunginya.Lima hari setelah peristiwa itu terjadi, Laura sigap sekali mencari informasi tentang anak tersebut, hubungannya dengan Topan. "PENGKHIANAT!" pekik Laura lagi dengan air mata dan menepuk dada. "Saat aku berjuang antara hidup dan mati, kamu malah menikah lagi! Kenapa kamu lakukan itu, Topan?" Topan berdiri kaku beberapa meter dari Laura. Ekspresi wajahnya sangat rumit diartikan–bingung saat masuk ke kamar mendapat lemparan barang dari Laura. Dia menjadi lebih bingung karena Laura menyebutnya 'menikah lagi' sehingga Topan mematung dengan pikiran kosong. PRANGSatu gelas kristal jatuh berkeping di lantai karena Laura melemparnya ke arah Topan. Perasaan Laura sangat saki
"Saya bisa membantu Nyonya untuk mendapatkan informasi lain.""Jadi kamu tidak punya berita lain selain kabar yang tadi?"Erica menggelengkan kepala. "Saya mendengar Jeremy menyebut mendiang ayah mertu—""Mendiang ayah mertua?" sela Laura terkejut, dengan muka yang tampak seperti orang bodoh.Erica mengangguk yakin kali ini. "Benar, Nyonya.""Berapa yang kamu minta?""Saya tidak minta bayaran. Saya hanya ingin membantu Nyonya.""Setiap perbuatan akan didasari sebuah alasan. Katakan alasanmu membantu saya."Setiap kali bicara dengan Laura, Erica merasa bahwa Laura menunjukkan posisi lawan bicaranya, mampu mengendalikan lawan bicara dan membuat mereka dalam genggaman.Menurut Erica, Laura sosok yang mampu menurunkan rasa percaya diri orang lain ketika dia berbicara. Dari gaya dan cara bicara, serta intonasi, Laura menunjukkan dirinya paling menonjol di antara y
"Kamu membawa bayi itu ke sini dan kamu termasuk Kakek tidak menjawab pertanyaanku!" Laura masih menunjuk-nunjuk Topan.Laura menyadari kejadian demi kejadian saling terkait ketika merenung di kamar tamu Erica. "Kamu dan Kakek berbohong! Kalian semua menipuku!" teriak Laura lagi. Gejolak amarah Laura membuat napasnya tidak teratur. Mata Laura nyalang menantang Topan dan merah karena rasa sakit hati menyeruak lagi. Laura mengusap mata dan pipi saat air mata mulai jatuh. Dia masih berusaha kuat–menutupi kesakitan dan kelemahan sebagai perempuan yang terluka karena cinta dan pengkhianatan. "Siapa yang mengatakan itu padamu?" Topan akhirnya bertanya setelah diam cukup lama. Suaranya datar, tetapi wajahnya sangat terkejut."Dinding juga punya telinga. Pergi! Aku tidak sudi melihatmu!""Siapa yang memberitahumu?" Topan mengulangi pertanyaan dan terdengar memaksa."Orang yang
Sesuai kesepakatan, pertemuan Laura dan Emma untuk saling mengenal terjadi di rumah Topan. Topan dan lainnya sudah menunggu Emma dan Kia yang dijemput Jeremy. Alex tampak sangat antusias menyambut cicitnya akan datang untuk pertama kali di mansion mewah milik Kakek buyutnya."Saya Laura Johnson, istri Topan." Laura tampak angkuh dan elegan ketika menjabat tangan Emma. Dia juga sengaja menyebut 'istri Topan' untuk mengukuhkan posisinya di keluarga Marselait pada Emma. Emma tidak bisa menyembunyikan ketegangan dalam dirinya, meski dia berusaha terlihat mampu menguasai diri. "Saya Emma Rahandi," sahut Emma tersenyum canggung. Kemudian tangan mereka terlepas.Untuk pertama kalinya Emma melihat Laura dari dekat; berwajah blasteran, sangat kurus, kulitnya bersih, tidak berbinar, sisa kecantikannya yang tergerus masih terlihat. Emma mengakui Laura memiliki daya pikat sebagai perempuan kaya. Walaupun kurus dan terlihat tidak bahagia, Laura tetap saja memancarkan kekuasaan dalam dirinya."
Agar tujuannya tidak gagal, Laura merayu Topan untuk meminta Emma tinggal di mansion mereka. Alasan yang Laura kemukakan cukup masuk akal sehingga Topan menyetujui permintaannya itu."Kurasa dia akan jenuh beberapa bulan ke depan. Kalau tinggal di sini bersama kita, dia bisa punya teman cerita."Namun, Topan menghadapi jalan terjal meyakinkan Emma bahwa Emma bisa lebih aman dan mudah diawasi. Alasan lain agar bisa membangun hubungan antara Kia dan Laura, tidak Topan katakan pada Emma. Penolakan Emma sangat beralasan, karena Kia akan dipisahkan darinya dan Laura yang menekannya secara terang-terangan di pertemuan pertama. Emma akhirnya menyetujui permintaan Topan, setelah melewati debat alot selama dua bulan.Di mansion Danudara, Emma dan Kia diperlakukan sangat baik. Namun, Emma hidup seperti burung di dalam sangkar emas, seperti ketika dia tinggal di Berlin. Dia dilarang keluar rumah melewati gerbang mansion dan diberikan pel