"Cukup, Laura. Aku tidak ingin mendengar apa-apa." "Topan!" Laura memanggil setengah berteriak, saat Topan berdiri dan meninggalkan mereka. "Kembali ke kamarmu!" perintah Alex. "Bawa Nyonya ke kamar. Dia harus dihukum!""Kakek …." Laura menggeleng, lalu menolak para pelayan untuk membawanya ke kamar. "Saya tidak akan ke mana-mana." "Seret dia ke kamar!" perintah Alex. Jeremy mencari Topan setelah Laura dibawa paksa oleh pelayan. Dia menemukan Topan mengurung diri di kamar lain, bahkan saat Jeremy membuka pintu, Topan tidak bereaksi sama sekali. "Ceritakan semuanya, Jeremy." Alex tiba-tiba muncul di pintu. Dia tampak terpukul dari wajahnya yang keriput di sudut mata, kening dan pipi yang sangat jelas. Ketika mendengar permintaan Alex, Topan menoleh membawa beban berat di dada. "Kemarilah, Topan. Ayo, kita duduk mendengarkan penjelasan Jeremy."Mereka mengambil tempat duduk di sofa, sedangkan Alex di dekat sofa mereka. Jeremy sangat jelas menceritakan semua yang dia ketahui dan
Itu sangat benar. Permasalahan mereka akan melebar dan semakin pelik, jika Kia ditukar sebagai syarat transaksi dengan Emma. Topan pasti akan menjadi gila jika hal itu terjadi. "Malvino baru saja mengabari Kakek. Kita bicarakan itu nanti. Ayo, kita ke rumah sakit sekarang membawa Kia. Sepaya Laura atau komplotannya tidak bisa membawa Kia pergi." Permbicaraan mereka berhenti ketika Feni datang mengetuk pintu. "Tuan, Kia sedang tidur dan baru saja setelah lelah bermain.""Bawa saja kemari. Saya ingin menggendongnya."Tapi, Tuan … Kia belum lama tertidur. Beberapa hari belakangan dia kesulitan tidur dan sering menangis di malam hari.""Bawa saja dia ke sini. Saya yang akan menidurkannya kalau dia bangun." desak Alex. "Cepatlah."Feni menganggukkan kepala, lalu kembali ke kamar Laura untuk mengambil Kia. Dia kembali ke kamar Alex bersama Kia yang menangis. "Nyonya Laura tidak mengizinkan Kia saya ambil, karena itu saya agak lama membawa Kia.""Berikan Kia pada saya dan kamu bersiap s
"Tidak, Kia anak yang kuat dan sehat. Dia juga sayang pada Anda, mana mungkin dia pergi meninggalkan ibunya?" sahut Jeremy."Di mana anakku? Di mana dia? Aku ingin bertemu dengannya!" Reaksi Emma membuat Jeremy kesulitan memberi jawaban. Perempuan itu sangat lemah, tertekan, dan merintih histeris setiap membicarakan anaknya. Cara Emma menatap sangat menyentuh hati Jeremy, hingga lelaki itu tidak tega mengabaikan permintaan Emma. Namun, dia tidak bisa membawa Kia masuk untuk mempertemukan mereka, sebab peraturan IGD yang melarang keras membawa anak-anak masuk ke IGD. "Saya harap Nyonya kuat melewati masa sulit ini. Kia baik-baik saja. Jangan gusar. Saya harus pergi sekarang." Jeremy segera berjalan keluar tanpa menggubris panggilan Emma.Perempuan itu memanggil dengan suara yang terdengar pilu dan menyakitkan. Dia berusaha bangun dan membuka selang infus, lalu turun dari kasur dengan usaha keras. Emma hampir terjatuh ketika berjalan memegang bankar, menuju ke pintu untuk mewujudkan
Laura terkejut ketika mendengar suara pintu dibuka dengan keras. Dia melihat Topan masuk dengan wajah sangar ketika menoleh ke pintu. Di belakang Topan ada tiga orang pelayan mengikutinya. Mereka mulai mengambil koper dari tempat penyimpanan di kamar Topan, lalu memyusun pakaian Laura tanpa bicara sepatah kata."Kenapa kalian mengeluarkan pakaian saya dari dalam lemari? Siapa yang menyuruh kalian?" Laura bertanya dengan suara keras. "Aku! Kita harus pergi sekarang." Topan memutar arah kursi roda Laura, lalu mendorongnya keluar kamar."Pergi ke mana?" Wajah Laura terlihat heran dengan sikap yang tiba-tiba dan aneh dari Topan. "Tiara, bereskan barang-barang Nyonya yang lain!" perintah Topan sesaat setelah keluar dari pintu."Aku tidak mengerti ini, Topan. Apa maksud kamu?" "Kita akan menemui orang tuamu.""Orang tuaku? Kenapa? Ada apa? Kenapa kamu membawaku ke rumahku? A
"Liburan yang menyenangkan." Erica tersentak ketika mendengar suara lelaki dari jarak dekat. Matanya mendelik dan tubuhnya menegang saat melihat Jeremy tersenyum misteri di dekat tiang pintu. Setelah memutuskan kabur dari Indonesia, Erica memutuskan tinggal di hotel dekat bandara sebelum melanjutkan penerbangan. Dia sedang menikmati hidangan setelah renang ketika Jeremy mengamatinya sejak tadi. "Pasti healingmu sudah membaik," sindir Jeremy lagi. Kamu pecundang, Erica."Erica mengumpat pedas dalam hati karena Jeremy berhasil menemukannya. Dan lirikannya menjadi tajam karena disebut pecundang. "Aku perlu bicara denganmu." Jeremy mengeluarkan borgol dari saku celana, lantas mengikat satu tangan Erica dengan tangannya. "SHIT!" Erica menarik tangan yang diborgol dan berusaha lari. Namun, Jeremy sigap menarik Erica ke dalam mobil. Steve sudah menunggu dengan sebatang rokok, langsung me
"Saya tidak tahu bukti apa yang kamu maksud. Kamu sekretaris cerdas, bisa jadi bukti itu hanya buatan kamu untuk memojokkan saya." Laura melakukan bantahan agar dia tidak terseret arus permainan Erica, sebab dia tidak yakin pernyataan Erica tentang bukti yang dimiliki adalah benar. Meskipun, Laura merasa kekhawatiran menyelinap dalam dirinya. Bisa jadi Erica mengatakan hal yang benar. "Termasuk cek dari Tuan Albert adalah palsu?" Dia terus menggiring Laura ke situasi yang membuat Laura tidak bisa membantah setiap serangan yang dia lakukan. Erica tertawa sumbang dan geli atas tuduhan Laura tentang bukti palsu dan wajah Laura yang berubah pucat."Cek itu dari ayah saya untukmu, bukan dari saya." "Itu benar, karena Anda juga terlibat, Nyonya. Saya hanya mengingatkan Anda bagian-bagian yang mungkin sengaja Anda lupakan." "Bagaimana kamu membuktikan tentang bukti itu?" tanya Alex pada Erica. "Saya menyimpan file itu dengan sangat baik. Jangan mencarinya di apartemen saya, karena tidak
Topan tidak ingin berbelit-belit menyelesaikan masalah yang terjadi, maka dia menyiapkan solusi praktis untuk Laura dan Erica. Setelah keluar dari gudang dan mendapatkan yang dia inginkan, Topan menghubungi seseorang untuk menemui Erica di satu tempat yang sudah ditentukan, lantas mematikan panggilan. Laura masih tidak sepakat dengan Topan. Saat lelaki itu kembali ke gudang, Laura masih meneriaki Topan. "Kamu! Kamu yang memulai semua ini, Topan!" Laura memandang garang pada Topan. "Aku tidak akan memenuhi permintaanmu untuk menandatangani surat pengalihan aset kekayaan!" "Terserah padamu," sahut Topan tidak acuh. "Pilihanmu menentukan keadaanmu." "Kamu licik!" desis Laura sangat geram. Dia tidak menyangka Topan memanipulasi permainan hingga membuatnya terjebak tanpa pilihan. "Begitu kamu selesai tanda tangan, kamu bebas dari sini. Kembali ke perusahaan dan membangun kekayaan baru lagi." Topan meletakkan dua lembar surat dan pena. "Setelah itu selesai. Aku hanya mengambil yang
"Surat tersebut terdapat cap jari yang diduga adalah milik korban. Polisi masih melakukan pemyelidikan di TKP dan kami belum mandapatkan informasi tentang apa isi surat tersebut. Pengkhianatan seperti apa yang dilakukan oleh korban."Topan, Jeremy, dan Alex menonton headline news dalam masing-masing ekspresi dan emosi. Kemudian Jeremy berdiri untuk meninggalkan ruangan."Saya akan siapkan konferensi pers di hotel Firch. Bagiamana kalau pukul enam sore, Pak?""Lebih cepat lebih baik, Jeremy. Saya harus menjemput Kia.""Kamu akan membawa dia pulang ke sini?" tanya Alex ketika menoleh pada Topan. "Itu rencanaku. Dia terus saja menangis, kondisi fisiknya memburuk, dokter bilang dia stres. Saat tadi bertemu Emma, dia sangat tenang. Mungkin dia bahagia bertemu ibunya.""Itu sudah pasti, ibunya tempat yang paling nyaman untuk semua bayi yang menyusu bersama ibunya," sahut Alex."Baiklah, saya akan atur acaranya pukul enam sore. Permisi, Pak." Jeremy menunduk lalu keluar ruangan."Bagaimana