SATU ATAP DENGAN CEO JUTEK

SATU ATAP DENGAN CEO JUTEK

last updateLast Updated : 2025-09-29
By:  Zemira FortunatusOngoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Not enough ratings
9Chapters
36views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Seorang gadis bernama Farah tak pernah menyangka akan menikah dengan CEO perusahaan ternama. Padahal dirinya adalah seorang mahasiswi tingkat akhir di salah satu perguruan tinggi ternama di Jakarta. Namun pernikahan itu harus terjadi karena skenario yang telah dirancang oleh kedua keluarga besar mereka. Sementara Peter, sang CEO yang sering kali mengalami kegagalan dalam bercinta. Telah bertekad tidak akan memberikan hatinya kepada wanita manapun di muka bumi ini. Akankah pernikahan mereka berhasil? Atau malah mengalami kegagalan karena keduanya tak saling mencintai? Plagiarisme Melanggar Undang-Undang Hak Cipta nomor 28 tahun 2014.

View More

Chapter 1

BAB. 1 Tak Mau Peduli

Pagi Senin yang cerah, sinar mentari pagi yang hangat. Mengawali langkah kaki seorang CEO muda menuju ke sebuah perusahaan ternama di Jakarta, pemuda itu bernama Peter Jacob.

"Selamat pagi Tuan Muda," sapa para bawahannya. Saat dia baru saja ke luar dari mobilnya. Sang CEO hanya mengangguk. Lalu setelah itu dia melangkah masuk ke dalam gedung perusahaan.

Peter langsung memilih masuk ke dalam lift khusus petinggi perusahaan karena dari kejauhan dia dapat melihat sang ibu sedang berada di lobi saat ini.

Peter dapat melihat ibunya, sedang berkacak pinggang menunggu dirinya.

"Leon, selamatkan gue kali ini! Coba lihat di sana, ada Nyonya Neira!" ujarnya lalu setengah berlari masuk ke dalam lift.

"Bagaimana tidak, sudah hampir sebulan ini, Peter tidak pernah masuk kantor. Hal ini disebabkan karena dia sedang patah hati. Diri lagi-lagi ditinggal oleh kekasihnya. Akhirnya Peter sengaja menghilang untuk mengobati luka hatinya.

Sang ayah, Tuan Theo telah mencarinya ke mana-mana namun dia tak kunjung ditemukan juga. Akan tetapi disaat ibundanya mengancamnya akan membekukan semua aset pribadi milik putranya. Akhirnya Peter pun mau tak mau masuk kantor juga hari ini.

Lalu Leon sang asisten pribadinya, segera mendatangi Nyonya Neira.

"Selamat pagi, Nyonya." sapanya Leon.

"Pagi juga Leon. Peter mana? Kenapa dia tidak kelihatan pagi ini?" Nyonya Neira lalu melirik ke kiri dan ke kanan untuk mencari keberadaan anaknya namun tidak dia temukan.

"Awas saja kamu membelanya lagi! Kamu akan saya pecat, tanpa ampun!" ancam Nyonya Neira. Karena dia tahu jika Leon sering sekali meloloskan Peter dari pengawasannya.

"Maaf Nyonya, Tuan Muda Peter saat ini sedang memimpin rapat. Beliau sudah dari tadi berada di kantor." ucap Leon mencoba untuk tetap tenang.

"Awas kamu bohong, ya!" tegas Nyonya Neira kepada Asisten Leon.

Tak berapa lama Leon segera menyodorkan ponselnya dan memperlihatkan Peter yang sedang memimpin rapat.

"Baiklah, akhirnya saya bisa lega. Ternyata benar Peter telah berkantor lagi mulai hari ini." ucapnya pada dirinya sendiri.

"Baiklah, Leon. Saya pulang dulu. Tolong katakan kepada Peter untuk bekerja lebih giat lagi. Jika tidak, saya akan mencabut semua fasilitas atas namanya!" serunya lalu segera ke luar dari kantor itu.

"Baik, Nyonya. Saya akan sampaikan semua kepada Tuan Muda." serunya.

Leon segera masuk ke dalam lift dan menuju ke lantai di mana Peter sedang memimpin rapat formalitas itu. Leon masuk ke dalam ruangan itu. Dia lalu membisikkan sesuatu ke telinga Peter. Leon berkata jika ibundanya sudah pergi dari kantornya.

Mendengar informasi jika sang mami telah angkat kaki dari kantornya. Peter pun segera berkata,

"Rapat dibubarkan! Kalian bisa kembali ke ruangan masing-masing. Ingat yang saya katakan tadi! Kalian harus mengumpulkan laporan selama sebulan ini. Serahkan ke ruangan Leon."

"Siap, Pak Bos!" ucap para bawahannya serentak. Lalu mereka pun ke luar dari ruang rapat dengan cepat.

"Peter, tolong siapkan sarapan untuk saya, segera!" ucapnya lalu melangkah menuju ke ruang kebesarannya.

"Baik, Tuan Muda." jawab Leon singkat

Sesampainya di ruangannya. Peter sangatlah kaget karena di situ telah duduk Tuan Theo, sang ayah.

"Papi!" kaget Peter tak menyangka.

"Sejak kapan Papi di sini?" tanyanya lagi lalu berjalan ke sana ke mari, memeriksa jika ibundanya juga berada di ruangan itu.

"Mami sudah pulang dari tadi," ucap sang ayah.

Pintu diketuk dari luar. Peter datang dengan membawa sarapan untuk kedua atasannya.

"Peter ... kok Lo belinya dua?" tanya Peter bingung.

"Satu lagi untuk Tuan Theo." jawab Peter, lalu menata sarapan itu dengan rapi di atas meja.

Sepeninggal Leon dari ruangan itu.

Tuan Theo segera meraih sarapan miliknya dan mulai menyantapnya dengan lahap. Sementara Peter yang masih takut kepada ayahnya akan kembali marah kepadanya, karena menghilang dari perusahaan hanya karena perempuan. Terlihat was-was saat ini.

"Kamu nggak makan? Atau hanya ingin melihat Papi makan? Atau kamu sudah kenyang selama masa pelarianmu?" sindir Tuan Theo kepada anaknya.

"A ... aku sangat lapar, Pi." ucapnya terbata. Lalu dengan cepat mulai menyantap sarapannya.

Setelah mereka selesai sarapan. Tuan Theo mulai menatap tajam ke arah putranya.

"Jadi apa yang telah kamu temukan selama masa pelarianmu?" tanya tuan Theo.

"Memangnya aku menemukan apa, Papi?" Peter malah balik bertanya kepada ayahnya.

"Ya ... misalnya saja kamu telah menemukan perempuan yang cocok untuk kamu jadikan istri?" selidik sang ayah.

"Papi jangan bercanda deh! Saat ini aku sedang mengobati luka hatiku. Papi malah menyuruhku untuk mencari yang baru. Tidak segampang itu, Pi!" tukasnya.

"Oh begitu rupanya? Terus ... mau sampai kapan kamu akan berhenti bermain Peter?"

"Berhenti bermain? Maksud Papi, apa?" Peter lagi-lagi mengulang pertanyaan ayahnya.

"Baiklah ... sekarang Papi tanya kepadamu, apa tujuanmu memimpin perusahaan ini?" tanya Tuan Theo tajam.

"Papi pasti tahu jawabannya! Siapa yang tidak mengenal Peter Jacob, seorang CEO muda bertangan dingin yang mampu membawa nama perusahaan kita menjadi yang terdepan!" ucapnya bangga.

"Terus kamu bangga dengan pencapaianmu itu?" tanyanya sang ayah lagi.

"Tentu saja aku sangat bangga! Pasti Papi sudah tahu kemampuanku, bukan?"

"Okay ... tapi jika kamu terus-terusan berlari hanya karena masalah pribadimu. Apakah kamu yakin akan tetap unggul dan menjadi nomor satu?" Tuan Theo segera melempar selembar kertas tepat di depan anaknya.

Dengan cepat Peter memeriksanya.

Dia meremas kertas itu dengan kuat. Ternyata peringkatnya sebagai CEO terbaik telah turun level menjadi level terendah.

"Tapi, selama aku menenangkan diri. Perusahaan aku serahkan kepada Leon, Pi! Lagian juga masih ada Papi." kesalnya tiba-tiba.

"Papi dan juga Leon tetap ada kok. Sekuat tenaga kami membantumu, untuk semakin mengembangkan perusahaan ini. Akan tetapi para investor lebih menyukai cara kerjamu!"

Sialan!" umpatnya tiba-tiba.

"Apakah kamu tidak tahu? Papi dan Mami. Mati-matian melacakmu! Namun kamu sama sekali tidak terlacak! Hebat kamu!"

Peter pun menghela napasnya kasar.

"Tapi kan, Papi. Aku bukan baru kali ini menghilangnya kan?" tegasnya tidak mau kalah.

"Papi akui, ini bukan kali pertama kamu menghilang. Bahkan sudah berkali-kali. Dan masalahnya tetap sama! Kamu yang ditinggal oleh para wanita!" ujar sang papi setengah mengejek.

"Papi heran kepadamu. Kamu yang memutuskan para wanita itu. Tapi kamu pula yang merasakan patah hati! Lalu mengorbankan perusahaan!" Hati Peter terasa sakit saat ayahnya menyebutkan semua kesalahannya. Dia semakin merasa bersalah karenanya.

"Papi juga heran denganmu. Entah seperti apa wanita yang kamu inginkan?" Jika kamu tidak mampu mencarinya. Papi dan Mami masih ada. Kami yang akan mencari calon istri untukmu!" seru Tuan Theo tajam.

"Apa-apaan sih Papi!" tukas Peter tidak suka dengan perkataan ayahnya.

Memang selama ini, Peter pacaran dengan banyak wanita. Namun setelah dia semakin mengenali para wanita itu, tujuan mereka hanya untuk mengincar hartanya saja dan kebanyakan dari mereka juga selingkuh dibelakangnya.

Mau tidak mau, untuk menyelamatkan hatinya agar tidak merasakan sakit yang lebih dalam lagi. Peter pun terpaksa memutuskan para wanita itu.

Akan tetapi Peter malah semakin kecewa saat mendengar jika para mantan kekasihnya itu menikah dengan pria lain. Padahal dia baru memutuskan hubungan.

Untuk itu dipelarian terakhirnya kali ini, Peter telah bertekad untuk tidak mau lagi mengenal wanita manapun di dunia ini. Bahkan dia sudah berjanji untuk melajang seumur hidupnya.

Keputusannya ini sudah bulat dan dia tidak mau lagi terperangkap dengan pesona para wanita.

"Peter! Kamu kok diam saja! Jawab pertanyaan Papi! Mau sampai kapan kamu bermainnya? Dan menghancurkan perusahaan?"

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
9 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status