Home / Romansa / JIKA CINTA INI SALAH / Bab 6. Rizki yang datang di tengah sakit hati.

Share

Bab 6. Rizki yang datang di tengah sakit hati.

Author: HaniHadi_LTF
last update Last Updated: 2024-05-25 20:10:43

Masih dengan tanda tanya di kepalanya, Gayatri kemudian pulang dengan membawa makanan dari bu Ratna, katanya dia masak sengaja banyak untuk dibawa pulang Gayatri. Saat di depan rumah megah itu, tak sengaja dia menoleh ke rumah samping. Di sebuah balkom rumah itu, tampak Rendra menyunggingkan senyumnya ke Gayatri. Dengan menuntun sepedanya Gayatri mengangguk tersenyum membalasnya.

Setelah mengayuh sepedanya yang lumayan jauh, sampai juga Gayatri di toko bu Ratih.

"Bu, tolong hutang saya di total." kata Gayatri setelah menunggu sepinya pembeli.

"Suaminya sudah pulang, Mbak?" tanya bu Ratih dengan senyumnya menyambut Gayatri.

Gayatri mengangguk.

"Kalau sudah pulang, kenapa mbak e wajahnya malah kusut begitu? Ghak seceria seperti biasanya kalau suami pulang."

Gayatri hanya tersenyum masam. "Lelah saja, Bu. Ini tadi habis kerja dari bu Ratna."

"Alhamdulillah sudah kerja di sana. Memang kerjanya berat?"

"Bukan kerjanya, Bu, tapi mengayuh sepedanya yang jauh."

"Iya, apalagi semalaman kangen-kangenan terus." goda bu Ratih. Guyonan yang kemudian membuat Gayatri nyeri merahan sakit hatinya yang sejenak tadi terhibur di bu Ratna.

"Empat ratus duapuluh lima ribu, Mbak."

Gayatri mengangsurkan uang lima lembarnya. "Sisanya tolong kasih beras, Bu."

"Iya, mbak." kata bu Ratih lalu mengangsurkan beras Gayatri.

"Ghak pakai telur atau apa untuk laupnya, Mbak?"

Gayatri menunjukan kotak makanan yang dibawanya. "Sudah dikasih bu Ratna, Bu."

"Alhamdulillah, Mbak,.. saya ikut senang mbak Tri bisa kerja di tempat itu. Orangnya sangat dermawan, Mbak. Uangnya tak berseri. Dia meneruskan riasnya hanya sekedar hoby, uang kiriman dari anaknya sudah lebih dari cukup untuk hidupnya."

"Memangnya anaknya kenapa tidak ada yang ikut bu Ratna?"

Kebetulan tak ada pembeli, bu Ratih jadi bisa mengajak Gayatri mengobrol.

"Anaknya tiga lelaki semua. Sukses semua. Yang di Surabaya jadi Polisi. Ada yang di Makasar jadi anggota legislatif, yang di Jakarta juga orang gedean, di perusahaan asing."

"Pantas dia seperti santai begitu."

"Sukurlah mas Rendra, keponakannya kerjanya di dekat sini, jadi penghulu. Walau galeri handponenya tersebar di mana-mana, dia tinggal pantau. Nanti kalau mbak Tri bekerja di bu Ratna, pasti sering ketemu dengan mas Rendra."

Gayatri tersenyum sendiri mengingat kata-kata Rendra. Mungkin itu maksudnya dia mengatakan agar dia tak asing jika nanti sering ketemu.

Bu Ratih sejenak mengamati senyum Gayatri. "Jangan naksir dia, mbak. Walau dia perjaka, ganteng dan mempesona. Apalagi kalau lagi pakai seragam. Mbak Gayatri sudah punya mas Prayogi."

"Apa?" tanya Gayatri kaget.

Bu Ratih terkekeh. "Habisnya mbak Gayatri aku ceritain soal mas Rendra tersenyum-senyum."

Gayatri tertawa kecil. Sepertinya dengan keluar sebentar dari rumah dia bisa melupakan kesedihannya.

"Saya pulang, Bu. Jadi keterusan nih ngobrolnya. o, ya,...terimakasih, bu Ratih sudah WA bu Ratna segala."

"Sama-sama, Mbak. Saya senang melihat orang lain tertolong dari kesulitan."

Sesampainya Gayatri di rumah, bertepatan dengan datangnya Prayogi. Lelaki itu tampak merasa tak enak saat Gayatri menatapnya dengan masih penuh marah. Beda sekali dengan perempuan yang tadi dia datangi, yang begitu menyambutnya dengan suka cita, bahkan memberikan servis yang merilekkan pikiran Prayogi

"Maaf aku tadi keluar sebentar, Bund."

"Kamu sudah ke rumah istri mudamu itu? Sudah kamu bilang ke dia jangan datang ke sini lagi agar anak-anak tidak tau?"

"Sudah, Bund." kata Prayogi tanpa memberitahu Gayatri kalau anak-anak mereka sudah tau. Dia lalu melepas helmnya. Kemudian dia berjalan masuk mendahului Gayatri yang masih mematung di teras.

"Aku belikan kamu ayam panggang kesukaanmu." kata Prayogi setelah melihat Gayatri masuk dapur.

"Mulai sekarang kamu tidak usah menyogokku dengan makanan, Yah." kata Gayatri lalu menaruh rantang yang diberikan bu Ratna di dekat magic com.

Prayogi yang melihat Gayatri dengan terang-terangan meletakkan rantang membuatnya sedikit emosi, merasa tak dihargai. Susah payah dia mencari ayam panggang yang terenak, namun itu tak jua menjadikan hati Gayatri luluh. Ditarikkanya tangan Gayatri yang akan menjauh darinya. Hinggah posisi mereka kini salin berhadapan. Begitu dekat sampai nafas keduanya terasa. Tangan Prayogi kemudian memeluk pinggang Gayatri.

"Sampai kapan kamu bersikap begini kepadaku?" tanya Prayogi menatap lekad Gayatri.

"Lalu menurutmu aku harus bersikap bagaimana dengan penghianatanmu, Yah?"

"Aku sudah berusaha baik kepadamu dengan menceritakan semuanya, tapi kamu masih tak berusaha memaafkan aku."

Gayatri menepiskan tangan suaminya. "Maaf yang bagaimana?" tanyanya mencibir. Matanya yang kini mulai buram menahan butiran bening yang siap tumpah.

"Kalau kamu memintaku berbagi suami, maaf, aku tidak bisa melakukannya."

"Aku bisa menjahui dia jika kamu bisa merubah sikapmu."

"Bagaimana kamu menjahuinya, sedangkan dia bisa menyusulmu kapan pun dan kamu ihlas datang." kata Gayatri yang tengah menatap bekas merah di leher suaminya.

Prayogi yang menyadari tatapan Gayatri merasa tak enak hati. Mungkin ada sesuatu yang diperhatikan Gayatri di dirinya, pikirnya. Dia lalu pergi meninggalkan Gayatri yang kemudian terduduk lemas dengan menangis di dapur.

Matahari sebentar lagi akan tenggelam, Prayogi yang kemudian ke kamar mandi hendak mandi. Tidak seperti biasanya, dia bahkan membawa kaosnya yang berleher ke kamar mandi. Dilihatnya Gayatri telah pergi dari dapur. Saat dia mematuk dirinya di cermin di kamarnya tadi, dia baru menyadari badannya penuh cap yang dilakukan Sasmita saat dia menggaulinya. Pantas Gayatri tadi melihatnya dengan aneh. Sengaja dia tidak hanya memakai handuk seperti biasa jika dari kamar mandi, bahkan memakai kaos berkerah, untuk menutupi cap merahnya dari Gayatri. Walau dia kini telah tau, Gayatri sudah melihatnya tadi walau tak banyak. Namun bagaimanapun Prayogi ingin itu tak terlihat jelas oleh anak-anaknya.

"Assalamualaikum, Bund." kata Galing begitu melihat Gayatri tengah menyiram bunga di halaman.

"Waalaikumussalam, Ling. Maaf tadi Bunda terburu-buru sampai tidak pamitan kalian." kata Gayatri begitu mengingat saat dia berangkat ke bu Ratna dipenuhi emosi sampai lupa pamitan ke anak-anaknya.

"Memangnya Bunda tadi ke mana?"

Gayatri meletakkan alat siramnya dan memeluk putranya hangat. "Alhamduillah, Bunda sekarang kerja, Nak. Walau paruh waktu, mudah-mudahan bisa untuk jajan kalian."

"Memangnya kerja di mana, Bund?" tanya Galing sambil menuntun sepedanya ke depan rumah.

"Di rumah bu Ratna, bantu-bantu WO-nya." kata Gayatri lalu mengajak duduk putranya itu.

"Wah, Bunda yang semangat biar nanti bisa merias seperti bu Ratna, sukur-sukur jadi perias besar seperti dia, Bund." kata Galing dengan mata berbinar.

Gayatri terkekeh. "Ealah, jauhnya pikiran putraku. Emang dapat modal dari mana juga, Ling? Bukankah membuka jaa rjas seperti itu butuh modal besar?"

Galing menggayut manja di lengan bundanya. "Namanya juga cita-cita, Bund."

"Bener juga kamu." katanya dengan menyentil hidung mancung putranya.

Galing yang tersenyum mendapat pujian Bundanya, kemudian menatap Gayatri lekad. Rasa iba untuk Bundanya disimpannya rapat. Dia tau Bundanya saat ini sedang sedih, namun tak ditampakkan di depan Galing. "Kelak aku pasti membuatmu bahagia dan bangga, Bund." katanya berjanj dalam hati.

"O, ya,.. Bund. Kak Galuh tadi pamit suruh bilang ke Bunda kalau dia pergi lagi dan mungkin pulang agak malam mengingat ini malam minggu. Katanya Bunda jangan khawatir, dia tidak akan menjadi anak yang mengecewakan Bunda. Dia hanya mempunyai kegiatan yang kelak akan membuat Bunda bangga padanya."

"Dia pergi sendiri?"

"Dia dijemput Raksa."

"Apa? Kegiatan apa yang dia lakukan dengan pergi bersama Raksa malam minggu?" 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • JIKA CINTA INI SALAH   Bab. 166. Merias mantan suami.

    "Melamar siapa?" Galing yang masih mengucek matanya bertanya.Prayogi dan Galuh tertawa."Sana, cuci muka sana duluh, biar sadar. Ini sudah Subuh, kita sholat bareng," ucap Galuh dengan melihat adiknya yang masih mengantuk."Nanti sore Ayah jemput kalian. Kita melamar Tante Neysa.""Alhamdulillah!" ucap Galing dengan penuh gembira.Kegembiraan itu pun terpancar di wajah mereka saat mereka menyampaikan hal itu ke Gayatri dan Rendra."Alhamdulillah!" ucap Rendra dan Gayatri juga bersamaan.Setelah melihat handphone-nya yang dipegang Galing sesuai dengan serlok yang yang dikirim Neysa. Prayogi dan anaknya pun sampai di rumah gedung itu."Anak kami hanya tiga. dan Neysa adalah yang pertama. Bagaimana kami tak mengadakan pesta mewah di gedung jika ini adalah pernikahan yang pertama di keluarga kami?" ucap Nindi, ibunya Neysa."Tapi lihatlah saya, Bu. Saya sudah berusia 37 tahun dan beranak dua yang sudah remaja begini. Apa pantas saya duduk di pelamianan megah?""Sekarang ghak zaman orang

  • JIKA CINTA INI SALAH   Bab 165. Jadi ghak ya?

    Dengan tatap mata yang menyelidik kemudian Galuh melihat ke arah kancing baju yang dikancing secara tidak benar itu. Mungkin karena tergesa hinggah yang seharusnya di atas malah di bawanya., Galuh kemudian berpindah menatap ayahnya yang kini tengah di sampingnya."Ayah, jelaskan apa yang telah Ayah lakukan dengan wanita yang nyata-nyata bukan istri Ayah?" tanya Galuh dengan mata bulat menahan marah. Di bibir ayahnya masih terlihat ada lipstik yang menempel."Maksud kamu apa, Luh?" tanya Prayogi bingung Dia memang tidak menyadari dengan pertanyaan Galuh. Hanya Neysa yang kemudian melihat apa yang dilihat di bibir Prayogi. Dia sebentar memejamkan matanya merasa dihakimi oleh Galuh, demikian juga dengan Galing yang juga menatapnya dengan tatap penuh selidik. Ternyata punya anak tiri besar, bikin bingung juga, ya, bathin Neysa dengan gelisah melihat dirinya yang begitu disegani di perusahaanya, kini dihakimi oleh dua orang bocah."Apa Ayah melakukan hal yang sama seperti yang pernah Ayah

  • JIKA CINTA INI SALAH   Bab 163. Ada apakah dengan ayahku?

    "Kok sepi ya, Ling? Mana Ayah? Lalu itu mobil siapa?" ucap Galuh begitu melihat rumah ayahnya yang terlibat lenggang. Dia yang datang dengan dibonceng Galing segera turun menapaki pelataran rumah ayahnya yang nampak asri dengan terdengar kicau burung. Prayogi dari duluh memang menyukai burung. Hinggah kini burung peliharaannya tak sekedar di halaman belakang rumahnya seperti duluh, tapi juga di depan rumahnya sudah ada burung yang berkicau, menyambut tamu dengan mengucap, 'Assalamualaikum!"Galing terkekeh " Tuh, Kakak sudah disapa sama saudara Kakak.""Ih, dasar burung kurang ajar, kita aja belum mengucap salam kamu duluan yang mengucap salam. Nyindir ya?" sungutnya."Ih, Kakak, malah bertengkar sama burung. Sudah bagus dia mengucap salam, ghak kasih tai ke muka Kakak.""Kamu juga," dengan sewot Galuh masih menelisik dengan hati-hati. Jangan-jangan ada seorang wanita berada di dalam bersama ayahnya. Sebagai gadis yang sudah dewasa, dia juga mengerti dan takut ada apa-apa ayahnya de

  • JIKA CINTA INI SALAH   Bab 163. Aku pastikan kamu puas terhadapku.

    Kekhawatiran Rendra terbukti. Anaknya itu tidak mau lepas dari Nara. Demikian juga dengan Nara. Hinggah Rendra dan Gayatri harus membohongi mereka."Kapan-kapan kita balik ke sini, Radit. Radit kan tau, Yangkung lagi sakit. Papa harus segera ke sana untuk mengelola perusahaan Yangkung," bujuk Gayatri. "Tapi bener-bener jani lho, BUnd," ucapnya dengan masih terisak."PYa, Bunda janji bakal suruh papamu aak kamu kalau lagi ke sini." Hinggah akhirnya anaknya itu dengan masih menangis mau juga pergi.Kepulangan Gayatri dan Rendra yang taramat ditunggu oleh Hadiwijaya, akhirnya terjadi juga.Syukurlah kamu sudah bisa ke sini, Rend," ucap Hadiwijaya begitu malam-malam mereka datang ke rumahnya."Bagaimana keadaan Papa?" tanya Rendra kemudian. "Berkat kamu nginepi di sini beberapa hari, Papa langsung sembuh. Lihatlah, papa sudah bisa bicara normal. Jalan pun bisa dengan tongkat. Kapan hari malah ghak angung-bangun." ucap Hadiwijaya gembira. Termasuk orang yang kini tengah berdiri di dala

  • JIKA CINTA INI SALAH   Bab 162. Kedekatan Raditya.

    "Ada apa, Yah? Bukannya tadi kita sudah ngobrol di telpon? Dibilangi Galuh baik-baik saja dan menikmati libuaran di sini, kok," ucap Galuh setelah mendengar suara ayahnya mengucap salam dan dia menjawabnya."Iya, ini sebetulnya aku ada perlu sama Bunda. Kapan Bunda mau balik ke Gresik? Ada orang yang mau memakai jasa EO kalian," ucap Prayogi dengan ragu-ragu."Kenapa kok ghak telpon Bunda sendiri, Yah? Biasanya kan Ayah suka ngobrol sama Bunda?""Ghak apa-apa sih. Memangnya kapan kalian pulang?""Lusa kayaknya, Yah.""Baiklah. Nanti kalau kalian sudah tiba di rumah saja, Ayah akan pastikan kapan bisa ketemu dengan teman Ayah.""Baiklah, Yah. Sayang Ayah selalu.""Sayang Kakak juga."Galuh kemudian kembali meneruskan tujuannya, ke Naya."Assalamualaikum, Tante!" Galuh mengetuk pintu. Agak lama, baru pintu dibuka."Mbak Galuh. Ada apa kok malam-malam ke sini? itu adik sudah tidur. Tadi sudah dibujuk sama Mas rendra juga Mbak Gayatri untuk ke rumah saja, tapi masih tidak mau.""Ghak a

  • JIKA CINTA INI SALAH   Bab 161. Tak mau pisah.

    "Bagaimana ini, Mas, anak-anak kita kok ghak mau pisah?" tanya Gayatri bingung dengan keakraban Raditya dan Nara.Gayatri yang mengajak Raditya untuk tidur bersama mereka,masih tidak diperdulikan Raditya. Anak itu masih kerasan di kamar berukuran 5x5m yang merupakan mess pegawai yang tidak pulang."Radit, besok lusa kita sudah harus pulang, Nak," ujar Gayatri memberi pengertian. "sekarang kamu harus terbiasa tidur dengan Bunda dan Papa kembali."" Aku ghak ingin pisah sama, Nala, Bund," kata Raditya sudah berurai air mata." Di sini rumah Nara, Dit. Sedangkan rumah kita di sana. Terlebih sebentar lagi Raditya harus sudah masuk sekolah," bujuk Rendra."Iya, Nara juga sekolah, Radit. Kalian akan bertemu lagi saat liburan tiba," ucap Naya juga.Kedua anak itu masih sesenggukan menangis."Habis ini Papa kan sering bolak balik sini, jadi Papa pasti ajak Raditya juga."" Mas yakin sudah bisa meninggalkan tempat ini?" tanya Gayatri kemudian."Beberapa hari ini sudah aku siapkan semuanya, Say

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status