Keyra merebahkan tubuhnya ke ranjang yang berukuran sangat besar, dan berusaha memejamkan matanya, waktu terus berjalan, jarum jam menunjukan pukul sebelas malam, tapi pria yang ditunggunya belum juga datang.
Tak lama kemudian terdengar suara mobil berhenti di halaman vila. Keyra pura-pura tidur, ia merasa malas melihat Afnan, setidaknya untuk malam ini. Walaupun ia kesal, tapi kekesalannya bisa ia luapkan esok hari. Terdengar pintu kamar dibuka pelan, langkah kaki mendekat ke arahnya, lalu tangan Afnan meraih selimut dan menutupi tubuh Keyra sampai sebatas leher, setelah itu Afnan merebahkan tubuhnya di sofa samping ranjang.***kabut tipis masih betah bersemayam di area perkebunan. Setelah melaksanakan salat subuh di moshola perkebunan, Afnan berolah raga ringan, ia biasanya jogging disekitar perkebunan, sambil melihat beberapa karyawan sudah mulai bekerja.Keringat mulai membasahi kening Afnan, Setibanya di vila, Lathisa menyambut dengan senyum hangat.“Gus Afnan, aku sudah siapkan sarapan pagi untukmu.”“Tidak usah repot-repot Thisa, biar Keyra yang menyiapkan.”“Tapi Keyra belum keluar kamar,”tukas Lathisa sedikit kecewa karena Afnan seperti menolak perhatian yang ia berikan.Afnan hanya tersenyum.”Aku akan membangunkannya.”Afnan berjalan menaiki lantai dua, langkah kakinya berhenti didepan kamar, ia sedikit menempelkan telinganya di daun pintu, terdengar suara merdu Keyra tengah bersenandung menyanyikan lagu.Ceklek! “Assalamualaikum Key.”Keyra tidak menghiraukan salam dari Afnan.“Key, menjawab salam hukumnya wajib, jadi jawablah salam,”ucap Afnan lagi.“Kenapa kakak tidak menjawab salam itu, jika kakak menjawabnya, kak Afnan bisa mendapatkan dua pahala sekaligus ‘kan?”Afnan tersenyum. “benar juga kamu key, tapi...aku ingin kamu menjawab salamku supaya kamu mendapatkan pahala juga, kamu ingat ‘kan, perjanjian kita. Kamu harus menurut menjadi istri sesuai keinginanku,”ungkap Afnan.“Keyra berdiri sambil bersedekap, matanya menatap pria didepannya, “Jika kita bercerai, apakah kamu akan mengembalikan 1000 meter yang Papi berikan padamu?”“Tanah itu sudah dihibahkan ke Pondok,tapi jika kamu menginginkan tanah 1000 meter, aku akan berikan separo perkebunan ini, jadi aku akan berikan 3000 meter untukmu, jika kamu memang menginginkannya.”“3000 meter, itu setengah dari perkebunan ini?”mata Keyra membulat sempurna.“Iya,ambilah jika kamu menginginkanya,”jawab Afnan, lalu pria itu masuk ke dalam kamar mandi.Keyra, mengerutkan dahinya. Ia menatap pungung Afnan hingga tubuh atletis itu menghilang di balik pintu. Sekali lagi ia merasa heran dengan sikap pria yang berstatus suami itu. Apa benar dengan janjinya itu, atau hanya kebohongan belaka.Keyra keluar kamar menuju ruang makan, disana sudah ada Lathisa dengan santai menyerutup segelas susu dihadapannya.“Selamat pagi Key?”sapa Lathisa.“Pagi, kamu yang menyiapkan sarapan ini?”“Iya, Gus Afnan sangat suka nasi uduk, jadi mumpung aku disini, aku akan masakan untuknya.”“Huemm...”desah Keyra.Keyra mengambil piring didepannya, kemudian mengisi nasi dan lauk, lalu dengan pelan ia menyuapnya.”Enak, aku belum pernah merasakan nasi uduk seenak ini, benar kata Mbok Ratmi, kamu pandai memasak,”puji Keyra.“kak Afnan, cepatlah kemari, nasi uduk buatan Lathisa, sangat enak,” seru Keyra ketika melihat Afnan menuruni tangga.“Belajar memasak pada Mbok Ratmi Key, aku lebih menyukai masakan istriku,”balas Afnan sambil mengeser kursi di depan Keyra.“Apa harus aku pintar masak?”“Nggak sih, tapi cobalah, pasti menyenangkan bisa memasak untuk anak-anak kita nanti.”Seketika bola mata Keyra membulat, dan itu membuat Afnan tersenyum kecil.Lathisa yang mendengar candaan Afnan hanya tertunduk, ingin rasanya dialah satu-satunya wanita yang akan melahirkan benih dari Afnan.“Kalian tadi malam kemana saja, kenapa pulang malam sekali?”tanya Keyra, menatap bergantian Lathisa dan Afnan.“Mobilku mogok, jadi kami menunggu orang bengkel untuk memperbaiki, masih untung malam –malam mereka mau datang ke lokasi,”jalas Afnan.“Maaf Key, kami membuatmu cemas,”sela Lathisa“Tak masalah, jika pulang sampai pagi pun aku tidak keberatan,”timpal KeyraAfnan menghentikan suapannya, lalu menatap Keyra.”Jangan bilang seperti itu,”tegas Afnan“Iya Key, apa yang dikatakan Gus Afnan benar,”sela Lathisa merasa tidak enak karena suasana makan pagi menjadi tegang.“Gus, aku pamit dulu, nanti malam aku akan datang ke acara syukuran bersama anak pondok lainnya,”pamit Lathisa.“Baiklah, biar sopir perkebunan yang mengantarkan,”“Tidak usah Gus, aku naik angkot saja, Assalamualaikum,”salam Lathisa.“Walaikum salam,” jawab Afnan.Keyra masih fokus pada menu dipiringnya, sambil tersenyum mengiringi kepergian Lathisa.“Jangan perlihatkan hubungan kita yang buruk pada orang lain, Key. Aku paham kamu tersiksa dengan pernikahan ini, hanya 3 bulan saja, bersikaplah menjadi istri yang baik, maka aku akan kabulkan permintaanmu untuk bercerai,”ucap dingin dan pelan Afnan.Keyra terkesiap mendengar ucapan dingin pria di depannya, ia merasakan jika ucapannya tadi sangat menyingung perasaan Afnan.Afnan melangkah masuk ke dalam kamar, setelah menyelesaikan sarapannya, kemudian disusul Keyra, gadis itu merasa menyesal telah berucap yang menyinggung perasaan Afnan, dan ia merasa harus meminta maaf, tapi rasa egonya, menghentikan niatnya.“Kak Afnan marah dengan ucapanku tadi, lagi pula apa yang perlu kita sembunyikan, pernikahan ini hanya sebuah kesepakatan,”seloroh Keyra.“Sepahit apapun perasanmu, kamu harus menyembunyikannya di hadapan orang,”timpal Afnan. Dengan nada geram.“Kak... aku minta maaf atas ucapanku tadi.”Akhirnya kata maaf terucap juga dari bibir Keyra, walau sedikit berat.“Aku memaafkanmu, aku tahu Key, pernikahan ini pasti sangat berat bagimu, aku juga tidak akan memaksamu untuk terus terikat padaku, 3 bulan, setelah itu terserah kamu,”jelas Afnan.“Ya 3 bulan, aku akan memenuhi permintaan Kak Afnan.”“Sekarang gantilah pakaianmu, Key, hari ini kamu akan ke kampus ‘kan?Aku sudah belikan beberapa baju unukmu,”ajak Afnan.Afnan, meraih beberapa paper bag di dalam lemari, kemudian memberikannya pada Keyra.Keyra meraih paper bag, kemudian ia pun menuruti perkataan Afnan, dengan langkah pelan ia masuk dalam kamar mandi, tidak lama kemudian telihat Keyra keluar.“MasyaAllah cantiknya,” gumam Afnan, menatap Keyra yang terlihat malu.“Apa aku harus memakai baju ini?” “Apa yang salah dengan bajumu?”Keyra masih menatap memindai matanya pada tubuh yang kini mengenakan blouse lengan panjang, dengan bawahan plisket panjang juga.”Aku merasa aneh dengan baju yang aku kenakan.”“Kamu terlihat cantik, cobalah tatap dirimu di cermin itu.”“Sudahlah aku pergi ke kampus baruku,”Keyra meraih tas dan kemudian pergi meninggalkan Afnan yang terlihat tersenyum bahagia.***“Keyra Aninda Dinata, ini benar kamu?”celoteh seorang gadis dengan rambut seleher yang dicat warnai cokelat.“Bukan,aku kembarannya,”sahut Keyra dengan ketus“Ha..ha... gadis itu tertawa sambil memegang perutnya.”“Kenapa kamu berpenampilan seperti ini?”tanya gadis itu lagi.“Ayolah Yulia, apa kamu akan membahas baju yang aku kenakan saat ini , setelah hampir satu tahun kita tidak bertemu?”“Okey, maafkan aku, aku senang kamu pindah ke kampus ini, jadi kita bisa menghabiskan waktu bersama seperti dulu. ““Jangan harap seperti dulu, Kamu tahu ‘kan aku sudah menikah.”“Iya, aku dengar kamu sudah menikah, kanapa mendadak menikah tanpa mengundang teman-temanmu, apa kamu hamil,” bisik Yulia ditelinga Keyra.“Jaga ucapannmu!”“Lalu kenapa menikah di usia muda?”“Ceritanya panjang, perlu waktu lama,” Keyra melihat jam tanganya kemudian berjalan menuju kelas.Dua jam berlalu, setelah mengikuti jam mata kuliah pertama, Keyra bersiap mengikuti siraman rohani yang diadakan di kampus, mereka kini berada di ruang auditorium, semua mahasiswa baru harus menikuti siraman rohani yang diadakan rutin sebulan sekali di kampus.Terlihat situasi auditorium kampus sangat ramai, mahasiswa yang beragama Islam sudah berkumpul. Ini kali pertama bagi Keyra mengikuti siraman rohani, Ia sedikit antusias ingin mendengarkan ceramah.Suasana mendadak hening, ketika beberapa dosen mulai memasuki ruang auditorium. Mata Keyra sekali lagi dibuat terkejut, ketika melihat Afnan berdiri didepan mimbar dan mulai berkata.“Asaalamualaikum,”salam Afnan.“Walaikum salam,”jawab semua mahasiswa serentak.Seperti baisa Afnan akan memimpin doa bersama, kemudian melantunkan ayat suci Al ‘Quran dengan suara merdunya, terdengar sangat mengetarkan jiwa, semuanya terdiam, seakan larut dalam suasana yang hening dan tenang, setelah itu Afnan mulai memberi tausiah selama 30 menit.“Ganteng sekali, penceramah itu, aku jadi meleleh, setiap datang di acara siraman rohani,”gumam Yulia sambil tersenyum, mengagumi sosok Afnan.“Penceramah itu suamiku.”Ucapan Keyra membuat temanya itu membelalakan mata, seakan tak percaya.”Jangan berkhayal kamu Key.”“Aku tidak berkhayal, kamu baru saja mengagumi suamiku,”balas Keyra dengan pongahnya.Yulia hanya mengedikan bahu, masih tidak percaya.Satu Jam berlalu, siraman rohani selesai, para mehasiswa dan dosen mulai meninggalkan ruangan. Tapi Keyra sengaja masih duduk di tempat duduknya seraya menatap kearah Afnan, yang sedang membereskan buku -buku miliknya. Setelah suasana sepi, Keyra berjalan mendekati Afnan.Afnan yang menyadari Keyra yang berjalan ke arahnya, ia menatap Keyra sambil melemparkan senyum, tapi Keyra tidak membalas senyuman Afnan.“Kak Afnan , kamu sekali lagi membuatku terkejut,”ucap datar Keyra tanpa ekpresi.“Maaf Key...”Tiba-tiba Keyra berlari cepat keluar ruangan tanpa menghiraukan pangilan Afnan.“Key..tunggu!” Afnan menghela napas, setelah kehilangan jejak Keyra. Tapi tiba-tiba terdengar kegaduhan di depan kampus, karena penasaran, Afnan pun mencari tahu apa yang sedang terjadi.“Pak , ada apa?”“Ada seoarang gadis yang berlari kencang di jalan, dan ia tertabrak motor, kasihan sekali gadis itu,”jawab security“Seorang gadis apa mengenakan blouse warna navy?”“Sepertinya begitu Pak?”Kaki Afnan mendadak lemas, dengan jantung berdegup kencang, kecemasan tergambar jelas di wajahnya.Pengakuan Samuel, membuat Keyra saat ini berstatus terdakwa, hukuman minimal 5 tahun akan menantinya.Afnan menatap Keyra yang duduk di depannya dengan tertunduk, semakin hari wajah Keyra terlihat pucat.“Kamu sakit?”“Tidak, aku baik-baik saja, bagaimana kabar anak-anak?”“Untuk sementara aku melarangnya sekolah, dan melihat televisi, mereka belum tahu keadannu Key,” jawab Afnan.“Maafkan aku, Kak Afnan.”“Kenapa kamu lakukan itu, aku sudah bilang jangan bertindak apapun biar aku yang menangani Samuel jika ia berulah.”“Maaf,” jawab Keyra datar.Di tempat lain Raka berada di rumah Keyra tanpa sepengetahuan Afnan, Raka berbicara dengan Zahra.“Hai Zahra, kenalkan aku teman Bundamu,” sapa Raka.Zahra ketakutan, ia sempat menolak kehadiran Raka, tapi ketika mengatakan jika ia tahu kejadian sebenarnya diroop tof akhirnya bocah itu terdiam.“Ini punyamu ‘kan?” Raka menunjukkan jepit rambut.Zahra mengangguk. ”Kamu bisa berjalan?”Zahra menggeleng, ia ingat jika Keyra menyuruhnya tetap lu
menghalaunya.“Tidak bisa Keyra, kesabaranku menantikanmu telah habis, sudah aku beri kamu waktu satu tahun, ternyata ancamanku kamu abaikan, dan saat ini lihatlah kehancuranmu di mata Zahra, putri kandungmu, gadis itu akan merekam perbuatan bundanya yang menjijikan,” sarkas Samuel.“Zahra buang benda itu!” Keyra terus menyuruh Zahra untuk membuang ponsel, tapi Zahra seakan sudah termakan omongan Samuel. Samuel membawa Keyra ke sudut rooptof, dan menekannya, disaat itulah Zahra sadar jika Bundanya dalam bahaya. Tapi kursi rodanya tidak mau bergerak, entah apa yang dilakukan Samuel, hingga membuat kursi roda itu macet.“Lihat Key, Zahra akan melihat semuanya begitu aku mengirim video ini,” Samuel berkata sinis.“Sam, lepaskan!”Keyra berusaha melepaskan diri dari dari cengkraman tangan Samuel. Dan berusaha merebut ponsel Samuel.Terjadi pergaulatan antara Keyar dan Samuel, memperebutkan ponsel di tangan Samuel, mereka berada di pinggiran rooptof yang hanya sebatas pinggang.“Bunda,
“Untuk Zahra, kita jalan-jalannya memakai kursi roda, ya,” suruh perawat, dan meraih kursi roda di sudut kamar.“Tidak mau, Zahra bosan, Zahra ingin jalan saja,” sahut Zahra ia terus mencoba turun, tapi ia merasakan ada yang aneh dengan kedua kakinya.“Bunda, kenapa kaki Zahra?”Keyra menatap sendu. ”Zahra, dengar sayang, kaki Zahra sakit dan perlu beberapa waktu untuk bisa sembuh. ”Keyra berusaha tersenyum seraya menjelaskan keadaan Zahra sekarang.“Tapi kak Sean, sudah bisa jalan Bunda, kenapa Zahra belum bisa?” Bocah itu terus mencerca pertanyaan, wajahnya seakan protes dengan kondisi yang sedang dihadapi.Keyra memeluk putri kecilnya yang mulai terisak, karena menyadari jika kedua kakinya melemah.“Bunda akan bersama Zahra, Bunda dan Abi serta Kak Sean, akan membatu Zahra menghadapi ujian ini, kita bersama-sama menghadapinya.”Sean, terlihat mendekat, air mata sudah menumpuk di pelupuk matanya, lalu menetes, Sean menyadari jika pengorbanan Zahra justru berakibat buruk bagi Zahra.
Beberapa minggu berlalu Zahra dan Sean, menjalani serangkaian pemeriksaan. Dan sudah dijadwalkan operasi untuk mereka berdua. Keyra dan Afnan mengadakan doa bersama untuk kelancaran operasi kedua buah hatinya.Di pondok pesantren juga di adakan doa bersama yang dipimpin Kyai Damarjati. Dukungan doa dari para pekerja dan karyawan, turun bersimpati atas ujian yang dihadapi Afnan dan Keyra.Dan saat ini Afnan, Keyra dan Bu Azizah, Safira dan Prambudi berada di ruang tunggu operasi. Hampir lima jam pintu operasi tertutup rapat, Keyra dan Afnan sejak tadi berpegangan tangan saling menguatkan.Tujuh jam berlalu, akhirnya pintu ruang operasi dibuka, seorang dokter keluar, lalu meminta Afnan dan Keyra untuk berbicara. Mereka menuju ruang dokter, Keyra cemas menunggu informasi dari dokter.“Silahkan duduk Bapak Afnan dan Ibu Keyra,” suruh dokter.“Terima kasih dokter,” sahut Afnan.Lalu Afnan dan Keyra duduk dan menunggu dokter menjelaskan keadaan Sean dan Zahra.“Operasi donor sumsum tulang b
Afnan tahu Keyra tidak bercanda, tatapan beralih penuh menatap ke arah Sean, pucat dan tampak lelah, jantung Afnan mulai berdetak nyeri, hingga tak tak terasa air mata sudah menumpuk di pelupuk matanya, sementara di seberang ponsel, Keyra masih terisak.“Aku dan Sean akan kembali, tunggulah Key,” Afnan menutup ponsel, ia keluar dari dalam mobil dan meluapkan tangisannya diluar. Hingga panggilan membuatnya menghapus air matanya.“Abi...”“Iya Sean, Abi istirahat sebentar,” jawab Afnan, lalu melangkah masuk ke dalam mobil.“Rumah Nenek Azizah masih lama ‘kan Bi?”“Kita kembali ke Jakarta, kita kembali ke Bunda dan Zahra.”“Benarkah, Abi akan bawa Sean, kembali ke rumah, kita berkumpul lagi bersama Bunda dan Zahra.” Sean bahagia, saking senangnya ia memeluk Abinya dan mencium pipinya berkali-kali.“Terima kasih Abi, Sean janji mulai sekarang tidak bandel, ngalah sama Zahra, dan nurut sama Bunda dan Abi,” cerocos bocah berusia enam tahun itu.Afnan meraup wajah Sean. ”Kita semua sayang
Keyra duduk di tepi ranjang, ia mulai terisak air mata yang ditahannya waktu dibawah, kini lolos membasahi pipinya. Kenapa semua orang menyudutkannya, dan tidak disangka suaminya setuju untuk menyerahkan hak asuh Sean, pada Bu Azizah.Afnan mendekati Keyra, kemudian duduk di sebelahnya, sesaat hening, hanya tangisan Keyra yang masih terdengar, lalu perlahan Afnan membuka suara.“Keyra, aku tahu ini berat bagimu, bagiku juga.”“Berat? Lalu kenapa jika Kak Afnan berat, kenapa setuju memenuhi permintaan Bu Azizah ada apa kak?” Keyra menguncang lengan Afnan meminta penjelasan.“Ini juga kemauan Kakek Damar, kamu tahu sendiri jika sudah menyangkut permintaan Kakek, aku sulit untuk membantahnya, apalagi kesehatan Kakek menurun, aku juga mengkhawatirkan kesehatannya, Key.”“Apa ini semua karena kecelakaan Sean, kenapa satu kesalahanku dijadikan alasan untuk menjauhkanku dari Sean, apa kalian tidak melihat enam tahun ini bagaimana aku menyanyangi Sean.” Keyra mencoba membuka hati Afnan, sup