Beranda / Romansa / JIKA CINTA JANGAN BERCERAI / Bab 6: Mencemaskan Keyra

Share

Bab 6: Mencemaskan Keyra

Penulis: Endah Tanty
last update Terakhir Diperbarui: 2023-10-04 19:07:48

“Kemana mereka membawanya, Pak ?”

“Rumah sakit terdekat yang berada 100 meter dari kampus.”

Tanpa berpikir panjang, Afnan segera berjalan ke tempat parkir dan melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi, jantungnya berdetak cepat dan terus merapalkan doa-doa, ia begitu khawatir dengan keadaan Keyra.

“Ya Allah, semoga Keyra baik-baik saja,” gumamnya. Sambil fokus menyetir.

Afnan terus berdoa dan berzikir selama perjalanan, terlihat dengan jelas pria berwajah tampan itu sangat cemas.

Sesampainya di rumah sakit, ia segera menuju loby dan menanyakan keberadaan pasien korban kecelakaan.

“Oh pasien korban kecelakaan di depan kampus, ada di ruang IGD.”

Segera Afnan menuju ruang IGD, sampai disana terlihat dokter sangat serius, ”Siapa keluarga pasien?”

“Saya, Pak,” balas Afnan dengan cemas.

“Tanda tangani berkas ini, operasi harus segera dilaksanakan, setelah itu kebagian Administrasi!” pinta dokter.

Tanpa berpikir panjang, Afnan menandatangani berkas, karena situasi darurat.

Lalu Afnan, pergi ke bagian Administrasi dan menyelesaikan pembayaran rumah sakit.

Tiba-tiba seorang wanita paruh baya berjalan tergopoh-gopoh.

“Dimana anak saya di rawat, pihak kampus memberitahukan, jika anak saya kecelakaan?” tanya seorang wanita sambil terisak menahan tangis.

Afnan mengeryitkan dahinya. ”Jadi yang kecelakaan anak ibu? Bukan Keyra?”

“Iya anak saya,” jawabnya.

“Oh..saya kira istri saya yang kecelakaan, sekarang anak ibu ada di ruang operasi, maaf saya telah menandatangani berkas operasi, karena untuk keselamatan pasien harus dilakukan dangan segera.”

“Terima kasih atas bantuanmu anak muda, aku akan mengganti biaya yang telah kamu keluarkan.”

“Tidak perlu, ibu tidak usah menggantinya. kalau begitu saya permisi dulu,” pamit Afnan.

Afnan menarik napas lega, setidaknya dugaannya salah, tapi ia juga menertawai dirinya sendiri, kenapa ia begitu cemas dan mengkhawatirkan Keyra seperti orang yang kehilangan akal, tanpa mengecek kebenarannya. Setibanya di halaman parkir kampus, Afnan mencari keberadaan Keyra, dan yang di cemaskannya pun terlihat sedang berdiri di area taman kampus.

“Alhamdulillah Key, kamu tidak apa-apa,” ucap Afnan seraya meraih bahu Keyra. Hampir saja Afnan memeluknya, tapi ia sadar, kini beberapa pasang mata memperhatikannya, di antara mereka berbisik-bisik.

“Ustadz Afnan, apa hubungan anda dengan mahasiswa baru itu, bukankah dilarang menyentuh wanita yang bukan mahromnya?” tanya seorang mahasiswa dengan geram.

“Gadis ini namanya Keyra Aninda Dinata, dia istri saya,” jawab Afnan dengan tegas sambil meraih tangan Keyra dan menggenggamnya erat.

“Wah, para mahasiswi banyak yang patah hati dong,” celoteh seorang pemuda, di ikuti tawa pemuda lainnya.

Afnan menarik tangan Keyra dan membawanya ke area parkir kampus, lalu masuk ke dalam mobil.

“Ihh jangan tarik–tarik dong, Kak,” gerutu Keyra sambil berusaha melepas tangan Afnan.

“Masuklah, kita bicara di dalam mobil.”

“Ada apa sih, Kak?”

“Kamu Key, sudah bikin aku cemas, masih merasa tidak bersalah,” keluh Afnan

“Kenapa harus cemas, memangnya kenapa?”

“Aku kira kamu yang mengalami kecelakaan di depan kampus, jadi aku pergi ke rumah sakit.”

“Ha...ha...jadi Kak Afnan pergi ke rumah sakit, gara-gara mencemaskan aku?”

“Kok malah ketawa sih Key!” suara Afnan sedikit meninggi dan menatap tajam Keyra. ”Aku kira kamu marah, kenapa berlari kencang waktu aku berbicara, kamu marah ‘kan?” cerca Afnan

“Aku berlari kencang keluar auditorium, itu karena aku sudah kebelet, Kak. Aku menahannya dari waktu kakak memberi ceramah,” keluh Keyra sambil tersenyum.

“Astagfirulllah, Key...”

***

Di vila sudah tampak ramai, hari menjelang sore. Acara syukuran segera akan di mulai. Di dalam kamar Keyra terlihat manyun, ia menatap baju gamis warna putih gading yang diberikan Afnan padanya, dipantaskannya baju itu di tubuhnya.

“Kamu harus memakainya, karena ini acara pengajian, dan banyak anak-anak pondok pesantren yang hadir,” suruh Afnan yang berdiri di belakang Keyra, terlihat pantulan wajah suaminya yang sudah mengenakan baju koko warna senada dengan gamis yang masih di pegang Keyra.

“Baik, aku akan memakainya. Keluar sana, aku mau ganti baju!” perintah Keyra.

Tanpa menjawab, Afnan melangkah keluar kamar. Lalu Keyra pun mulai mengganti bajunya dengan gamis, serta kerudung warna yang sama. Ia melihat pantulan wajahnya di cermin, dipolesnya bedak tipis di wajahnya dan lipstik warna pink lembut di bibirnya, riasan yang natural, tapi tetap membuat Keyra terlihat sangat cantik.

Tok!..tok!... terdengar pintu di ketuk pelan, Keyra menuju pintu membuka pintu kamarnya.

“Papi,” seru Keyra sambil memeluk Pak Praja yang berdiri di ambang pintu dengan senyum semringah.

“Kamu cantik sekali Key,” puji sang ayah kepada putrinya yang kali ini berpenampilan berbeda dari biasanya.

“Terpaksa Pi, aku pakai baju seperti ini, Kak Afnan yang menyuruh,” gerutu Keyra seraya menggandeng Papinya dan mengajaknya ke dalam kamar.

Kini keduanya duduk di sofa.

“Mula-mula terpaksa, tapi suatu saat kamu akan sadar, bahwa cara berpakaian seperti inilah yang benar.”

“Cukup Pi, aku sudah banyak mendengar ceramah dari kak Afnan, jangan di tambah lagi,” keluh Keyra.

”Sekarang kita bahas tentang tanah 1000 meter yang Papi hibahkan pada Kak Afnan.”

Praja hanya tersenyum, wajah rentanya masih terlihat tenang, ketika Keyra mencercanya. ”Bukan pada Afnan, tapi pada pondok pesantren Amanah,” jelas Praja.

“Sama saja Papi,” protes Keyra, wajah gadis belia itu tampak kesal.

“Tidak sama. Lagi pula Afnan juga tidak membutuhkan tanah 1000 meter, dia sudah punya perkebunan seluas ini. dan jangan cemaskan soal tanah, masih ada 4000 meter itu untukmu.”

“Heummm,” desah pelan Keyra.

“Hayo, ke bawah, acara akan segera di mulai,” ajak Praja.

Keduanya melangkah turun ke lantai bawah. Mata Keyra tertuju pada Lathisa yang mengenakan gamis dengan warna putih gading model hampir sama denganya.

“Bagaimana Key, kamu suka dengan gamis yang aku pilihkan untukmu, aku sengaja memilih warna yang sama untuk kita bertiga, baguskan,” celoteh Lathisa.

“Hemmm bagus sih, tapi aku kurang suka dengan warna putih gading , lain kali, jangan pilihkan aku baju, kamu pilih bajumu sendiri,” balas Keyra.

“Maaf key...” Lathisa merasa tidak enak dengan nada bicara Keyra yang ketus. Para tamu sudah berdatangan, kebanyakan dari mereka yang datang adalah anak-anak usia sekolah. Para santriawan dan santriwati mulai melantunkan ayat suci dan bersholawat. Doa dipanjatkan untuk pernikahan Afnan dan Keyra. Sekitar dua jam acara sudah selasai, dilanjutkan shalat magrib berjamaah. Lalu dilanjutkan makan malam.

“Keyra , Afnan,” panggil Praja pada putri dan menantunya.

“Iya Papi,” jawab Keyra seraya mendekat Papinya diikuti Afnan.

“Papi juga ingin mengadakan pesta resepsi pernikahan untuk kalian, bagaimana, kalian setuju ‘kan?”

“Tidak Pi, aku tidak mau ada pesta resepsi, iya ‘kan Kak Afnan, kamu tidak menyukai pesta resepsi yang meriah ‘kan?” ucap Keyra menatap lekat Afnan.

“Iya Pak Praja, acara syukuran ini saya rasa sudah cukup,” balas Afnan.

“Baiklah, aku hanya mengikuti kemauan kalian, jadi uang yang sudah aku siapkan untuk pesta, aku sumbangkan ke Yayasan Panti Asuhan Amanah milikmu Afnan.”

“Apa! Kak Afnan punya Yayasan Panti Asuhan juga?”

“Iya, kamu belum cerita pada Keyra, Afnan,” Praja menjawab pertanyaan Keyra sekaligus bertanya pada Afnan.

Afnan hanya tersenyum, sedangkan Keyra sekali lagi dibuat terkejut, ternyata suaminya bukan pria biasa.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • JIKA CINTA JANGAN BERCERAI    BAB 108: Awal Sebuah Cinta

    Pengakuan Samuel, membuat Keyra saat ini berstatus terdakwa, hukuman minimal 5 tahun akan menantinya.Afnan menatap Keyra yang duduk di depannya dengan tertunduk, semakin hari wajah Keyra terlihat pucat.“Kamu sakit?”“Tidak, aku baik-baik saja, bagaimana kabar anak-anak?”“Untuk sementara aku melarangnya sekolah, dan melihat televisi, mereka belum tahu keadannu Key,” jawab Afnan.“Maafkan aku, Kak Afnan.”“Kenapa kamu lakukan itu, aku sudah bilang jangan bertindak apapun biar aku yang menangani Samuel jika ia berulah.”“Maaf,” jawab Keyra datar.Di tempat lain Raka berada di rumah Keyra tanpa sepengetahuan Afnan, Raka berbicara dengan Zahra.“Hai Zahra, kenalkan aku teman Bundamu,” sapa Raka.Zahra ketakutan, ia sempat menolak kehadiran Raka, tapi ketika mengatakan jika ia tahu kejadian sebenarnya diroop tof akhirnya bocah itu terdiam.“Ini punyamu ‘kan?” Raka menunjukkan jepit rambut.Zahra mengangguk. ”Kamu bisa berjalan?”Zahra menggeleng, ia ingat jika Keyra menyuruhnya tetap lu

  • JIKA CINTA JANGAN BERCERAI    BAB 107: Pengakuan Samuel

    menghalaunya.“Tidak bisa Keyra, kesabaranku menantikanmu telah habis, sudah aku beri kamu waktu satu tahun, ternyata ancamanku kamu abaikan, dan saat ini lihatlah kehancuranmu di mata Zahra, putri kandungmu, gadis itu akan merekam perbuatan bundanya yang menjijikan,” sarkas Samuel.“Zahra buang benda itu!” Keyra terus menyuruh Zahra untuk membuang ponsel, tapi Zahra seakan sudah termakan omongan Samuel. Samuel membawa Keyra ke sudut rooptof, dan menekannya, disaat itulah Zahra sadar jika Bundanya dalam bahaya. Tapi kursi rodanya tidak mau bergerak, entah apa yang dilakukan Samuel, hingga membuat kursi roda itu macet.“Lihat Key, Zahra akan melihat semuanya begitu aku mengirim video ini,” Samuel berkata sinis.“Sam, lepaskan!”Keyra berusaha melepaskan diri dari dari cengkraman tangan Samuel. Dan berusaha merebut ponsel Samuel.Terjadi pergaulatan antara Keyar dan Samuel, memperebutkan ponsel di tangan Samuel, mereka berada di pinggiran rooptof yang hanya sebatas pinggang.“Bunda,

  • JIKA CINTA JANGAN BERCERAI    BAB 106: Samuel Berulah Lagi

    “Untuk Zahra, kita jalan-jalannya memakai kursi roda, ya,” suruh perawat, dan meraih kursi roda di sudut kamar.“Tidak mau, Zahra bosan, Zahra ingin jalan saja,” sahut Zahra ia terus mencoba turun, tapi ia merasakan ada yang aneh dengan kedua kakinya.“Bunda, kenapa kaki Zahra?”Keyra menatap sendu. ”Zahra, dengar sayang, kaki Zahra sakit dan perlu beberapa waktu untuk bisa sembuh. ”Keyra berusaha tersenyum seraya menjelaskan keadaan Zahra sekarang.“Tapi kak Sean, sudah bisa jalan Bunda, kenapa Zahra belum bisa?” Bocah itu terus mencerca pertanyaan, wajahnya seakan protes dengan kondisi yang sedang dihadapi.Keyra memeluk putri kecilnya yang mulai terisak, karena menyadari jika kedua kakinya melemah.“Bunda akan bersama Zahra, Bunda dan Abi serta Kak Sean, akan membatu Zahra menghadapi ujian ini, kita bersama-sama menghadapinya.”Sean, terlihat mendekat, air mata sudah menumpuk di pelupuk matanya, lalu menetes, Sean menyadari jika pengorbanan Zahra justru berakibat buruk bagi Zahra.

  • JIKA CINTA JANGAN BERCERAI    BAB 105: Zahra Lumpuh

    Beberapa minggu berlalu Zahra dan Sean, menjalani serangkaian pemeriksaan. Dan sudah dijadwalkan operasi untuk mereka berdua. Keyra dan Afnan mengadakan doa bersama untuk kelancaran operasi kedua buah hatinya.Di pondok pesantren juga di adakan doa bersama yang dipimpin Kyai Damarjati. Dukungan doa dari para pekerja dan karyawan, turun bersimpati atas ujian yang dihadapi Afnan dan Keyra.Dan saat ini Afnan, Keyra dan Bu Azizah, Safira dan Prambudi berada di ruang tunggu operasi. Hampir lima jam pintu operasi tertutup rapat, Keyra dan Afnan sejak tadi berpegangan tangan saling menguatkan.Tujuh jam berlalu, akhirnya pintu ruang operasi dibuka, seorang dokter keluar, lalu meminta Afnan dan Keyra untuk berbicara. Mereka menuju ruang dokter, Keyra cemas menunggu informasi dari dokter.“Silahkan duduk Bapak Afnan dan Ibu Keyra,” suruh dokter.“Terima kasih dokter,” sahut Afnan.Lalu Afnan dan Keyra duduk dan menunggu dokter menjelaskan keadaan Sean dan Zahra.“Operasi donor sumsum tulang b

  • JIKA CINTA JANGAN BERCERAI    BAB 104: Donor Sumsum Tulang Belakang

    Afnan tahu Keyra tidak bercanda, tatapan beralih penuh menatap ke arah Sean, pucat dan tampak lelah, jantung Afnan mulai berdetak nyeri, hingga tak tak terasa air mata sudah menumpuk di pelupuk matanya, sementara di seberang ponsel, Keyra masih terisak.“Aku dan Sean akan kembali, tunggulah Key,” Afnan menutup ponsel, ia keluar dari dalam mobil dan meluapkan tangisannya diluar. Hingga panggilan membuatnya menghapus air matanya.“Abi...”“Iya Sean, Abi istirahat sebentar,” jawab Afnan, lalu melangkah masuk ke dalam mobil.“Rumah Nenek Azizah masih lama ‘kan Bi?”“Kita kembali ke Jakarta, kita kembali ke Bunda dan Zahra.”“Benarkah, Abi akan bawa Sean, kembali ke rumah, kita berkumpul lagi bersama Bunda dan Zahra.” Sean bahagia, saking senangnya ia memeluk Abinya dan mencium pipinya berkali-kali.“Terima kasih Abi, Sean janji mulai sekarang tidak bandel, ngalah sama Zahra, dan nurut sama Bunda dan Abi,” cerocos bocah berusia enam tahun itu.Afnan meraup wajah Sean. ”Kita semua sayang

  • JIKA CINTA JANGAN BERCERAI    BAB 103: Berita Buruk

    Keyra duduk di tepi ranjang, ia mulai terisak air mata yang ditahannya waktu dibawah, kini lolos membasahi pipinya. Kenapa semua orang menyudutkannya, dan tidak disangka suaminya setuju untuk menyerahkan hak asuh Sean, pada Bu Azizah.Afnan mendekati Keyra, kemudian duduk di sebelahnya, sesaat hening, hanya tangisan Keyra yang masih terdengar, lalu perlahan Afnan membuka suara.“Keyra, aku tahu ini berat bagimu, bagiku juga.”“Berat? Lalu kenapa jika Kak Afnan berat, kenapa setuju memenuhi permintaan Bu Azizah ada apa kak?” Keyra menguncang lengan Afnan meminta penjelasan.“Ini juga kemauan Kakek Damar, kamu tahu sendiri jika sudah menyangkut permintaan Kakek, aku sulit untuk membantahnya, apalagi kesehatan Kakek menurun, aku juga mengkhawatirkan kesehatannya, Key.”“Apa ini semua karena kecelakaan Sean, kenapa satu kesalahanku dijadikan alasan untuk menjauhkanku dari Sean, apa kalian tidak melihat enam tahun ini bagaimana aku menyanyangi Sean.” Keyra mencoba membuka hati Afnan, sup

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status