Beranda / Romansa / JIKA CINTA JANGAN BERCERAI / BAB 4: Rasa Cemburukah

Share

BAB 4: Rasa Cemburukah

Penulis: Endah Tanty
last update Terakhir Diperbarui: 2023-08-09 22:46:40

Ketiganya turun dari mobil ketika Afnan memarkirkan kendarananya, terlihat Mbok Ratmi sudah berdiri di depan pintu menyambut pemilik Vila.

“Assalamu’alikum, Mbok,” sapa Latisha dan Afnan bersamaan.

“Waalaikumsalam, ayo bersihkan tangan kalian dulu, lalu makan siang,” titah Mbok Ratmi.

Kini ketiganya sudah duduk di kursi makan, di atas meja sudah tersaji menu makan siang.

“Wah, hari ini Mbok Ratmi, memasak spesial, ayam goreng krispi kesukaan aku dan Gus Afnan,” celoteh Latisha senyum mengembang di bibirnya.

“Kamu juga pintar memasak, oleh karena itu Nyai Rukmini sangat sayang padamu,” tukas Ratmi.

“Ah Mbok, mengingatkan tentang almarhumah, aku jadi sedih.” Lathisa mengusap titik embun di sudut netranya.

“Sudah jangan terlalu dalam mengingat masalalu, sekarang makanlah,” sela Afnan mulai menyuap menu diatas piringnya.

Diam-diam Keyra menatap intens Latisha, gadis itu bukan hanya cantik ternyata juga pandai memasak, seakan dirinya kalah talak sebagai seorang wanita.

Hari beranjak sore, Lathisa terlihat duduk di taman, netranya menatap kosong hamparan bunga mawar yang bermekaran.

“Apa yang kamu lamunkan Tisha?”

“Oh...Mbok Ratmi, siapa lagi jika bukan Gus Afnan, aku tidak menyangka ia begitu cepat menerima Keyra sebagai istrinya, aku pikir Keyra gadis religius dengan baju khimar, yang menutup tubuhnya, tapi dugaanku salah.”

“Itulah namanya jodoh Tisha, kita tidak akan menduga dengan siapa kita berjodoh.” Ratmi menghempaskan pelan pantatnya di kursi taman, disamping Lathisa. ”Apa kamu menyesali sesuatu?”

“Maksud Mbok? Gadis bermata teduh itu menoleh kerah Ratmi.

“Maksudku, kamu dulu menolak lamaran Nyai Rukmini untuk Gus Afnan, kenapa?”

“Itu salah paham Mbok. Aku tidak bermaksud menolak lamaran Gus Afnan. Aku pikir lamaran untuk Gus Rafif tapi...”

“Jadi waktu itu kamu mengira kamu akan dijodohkan dengan Gus Rafif..”

Lathisa hanya mengangguk sedih.

”Semuanya sudah terlambat, sekarang Gus Afnan sudah menikah.”

“Berarti Gus Afnan menikahi Keyra itu mungkin karena ia patah hati, makanya ketika lamaran datang ia langsung menerima,”tebak Ratmi.

“Bukan itu Mbok, tapi karena Gus Afnan menginginkan tanah 1000 hektar yang dihibahkan Pak Praja, jika Afnan dan Keyra menikah.”

“Apa..jadi Papa memberikan 1000 meter untuk Afnan.” Suara Keyra meninggi.

Latisha dan Mbok Ratmi seketika menoleh ke belakang, disana Keyra sudah berdiri.

“Non Keyra...menguping pembicaraan kami,” Ratmi bangkit berdiri.

“Aku tidak sengaja mendengarkan pembicaran kalian, sudahlah aku akan bicara dengan Kak Afnan,” Keyra menjawab sambil berbalik menuju kamar.

Pintu dibuka dengan kasar. Brak!...

Terlihat Afnan sedang salat ashar. Keyra terpaksa menunggu suaminya selesai salat. Ia duduk di tepi ranjang, dengan wajah yang penuh amarah.

Beberapa menit kemudian, Afnan selesai salat, ia melipat sajadahnya sambil menatap Keyra.

“Belajarlah mambuka pintu dengan benar Key,” ucap Afnan datar.

“Aku sedang marah, itu sebabnya aku tidak bisa membuka pintu dengan benar,” sarkas Keyra tatapannya menajam kearah Afnan.

Afnan tersenyum, lalu mendekati Keyra dan duduk di sampingnya.

“Apa yang membuatmu marah?”

“Kamu menikahiku hanya ingin tanah 1000 meter dari Papi ‘kan?”

Bukanya Afnan menjawab, tuduhan Keyra, tapi ia tersenyum. Papi Praja menghibahkan tanah itu pada pesantren, jadi bukan untuk keperluanku, makanya aku menerimanya, tapi percayalah bukan itu alasanku menikahimu,” ungkap Afnan, meraih telapak tangan Keyra.

“Jangan bilang, jika kamu mencintaiku,” Keyra menyipitkan matanya.

“Tidak juga mencintaimu, satu–satunya alasan aku menikah adalah karena ingin menyempurnakan ibadahku, dan kebetulan aku berjodoh denganmu.”

“Ah itu alasan yang biasa diucapkan oleh lelaki sepertimu, alasan yang tidak bisa aku terima, tapi penilaianku padamu, kamu sama dengan pria lainnya ambisius pada harta dan kekuasaanya yang menjadi perioritasmu.” Keyra melepaskan gengaman tangan Afnan. Lalu gadis itu pergi.

Afnan hanya menghela napas panjang dan menghembuskannya pelan. Sekali lagi ia memahami Keyra.

Keyra masih merajuk hingga malam tiba, bahkan ia tidak keluar untuk makan malam. Akhirnya Afnan membawakan makan malam ke kamar.

“Key, kasihan Mbok Ratmi sudah masak begitu banyak, tidak baik menyia-nyiakan makanan, mubazir,”ucap Afnan seraya meletakan sebuah nampan berisi sepiring nasi dan beberapa lauk, tidak lupa segelas air mineral melengkapi hidangan makan malam.

Keyra tidak bergeming dari tempat duduknya, makanan itu hanya dipandanginya saja, tapi cacing diperutnya mulai meronta-ronta, hingga mengeluarkan bunyi.

“Cacing di perutmu itu sudah berteriak, ayolah makan, setelah itu aku akan mengajakmu belanja,” ujar Afnan lagi.

“Tidak perlu, aku malas keluar rumah,” balas Keyra, sambil meraih piring dan mulai menyuap makan malam.

“Jika kamu tidak mau, aku akan mengajak Lathisa, besok akan ada syukuran kecil untuk pernikahan kita. aku hanya mengundang karyawan perkebunan dan anak pondok, serta kerabat dekat, jadi aku memerlukan banyak hal untuk acara besok.”

“Terserah, aku tidak perduli.”

“Baiklah, aku pergi dulu.” Afnan berpamitan lalu meraih kunci mobil dan dompetnya dan bergegas pergi.

Diam-diam dari balik jendela kamar, Keyra melihat keluar terlihat Lathisa dan Afnan sudah rapi dan menaiki mobil bak terbuka.

“Sial, kenapa aku cemburu melihat Afnan bersama Lathisa,” umpat Keyra lirih.

Setelah menyelesaikan makan malam, Keyra berniat pergi ke taman, hawa dingin, mulai membelai kulit putihnya, apalagi ia mengenakan dres berlengan pendek.

“Pakai sweter Non, kalau malam disini dingin,” seloroh Ratmi.

“Nggak usah Mbok, aku memang sengaja ingin merasakan hawa dingin ini.”

“Apa Mbok, buatkan secangkir teh hangat?”

“Boleh.”

“Baiklah, sebentar ya.”

Keyra mengangguk, lalu menghempaskan pantatnya di kursi taman. Matanya menerawang jauh menatap situasi perkebunan, di balik pagar yang sangat gelap, hanya ada beberapa lampu untuk menerangi jalan setapak.

“Semoga betah ya Non tinggal disini?”

“Siapa juga Mbok yang akan tinggal disini,” Keyra bernapas kasar, lalu menyerutup secangkir teh di tangannya. ”Biasanya jika malam cerah seperti ini, aku pergi ke kafe, jika tidak, aku akan pergi nonton ke bioskop, minimal, jalan-jalanlah di mall, ahh... sudah lama aku tidak jalan-jalan keliling Jakarta,” keluhnya, sambil tersenyum tipis.

“Kenapa tadi tidak ikut Gus Afnan, belanja, ‘kan bisa sekalian jalan-jalan,” sela Ratmi.

“Sudah jangan tanya soal itu, aku menyesal membiarkan Kak Afnan pergi bersama Lathisa.”

Ratmi hanya tertawa kecil, seraya menutup mulutnya. ”Non cemburu ya?”

“Hush...jaga ucapan Mbok Ratmi, cemburu, cinta saja tidak, bagaimana aku bisa cemburu,” bantah Keyra, tapi terlihat pipinya bersemu merah.

“Nah itu pipi Non Keyra berubah merah,” ledek wanita sepuh itu sambil telunjuknya menunjuk wajah Keyra.

“Mbok...” Keyra mendelik ke arah Mbok Ratmi.

Ratmi bergegas berlari kecil, sambil tertawa, sementara Keyra kesal pada dirinya sendiri, dalam hati kecilnya ia juga mempertanyakan perasaannya, benarkah ia cemburu pada suami yang tidak pernah dicintainya itu?

Jam di dinding kamar menunjukan pukul 10 malam,tapi Afhan dan Lathisa tak kunjung datang. Keyra semakin kesal, walaupun sejak tadi ia menyibukan diri dengan ponselnya, tatapi pikirannya masih melayang pada dua sosok Afnan dan Latisha.

Kenapa mereka lama sekali, jangan-jangan mereka selingkuh, baguslah bisa kujadikan alasan untuk mengugat cerai batin Keyra, sambil tersenyum tipis.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • JIKA CINTA JANGAN BERCERAI    BAB 108: Awal Sebuah Cinta

    Pengakuan Samuel, membuat Keyra saat ini berstatus terdakwa, hukuman minimal 5 tahun akan menantinya.Afnan menatap Keyra yang duduk di depannya dengan tertunduk, semakin hari wajah Keyra terlihat pucat.“Kamu sakit?”“Tidak, aku baik-baik saja, bagaimana kabar anak-anak?”“Untuk sementara aku melarangnya sekolah, dan melihat televisi, mereka belum tahu keadannu Key,” jawab Afnan.“Maafkan aku, Kak Afnan.”“Kenapa kamu lakukan itu, aku sudah bilang jangan bertindak apapun biar aku yang menangani Samuel jika ia berulah.”“Maaf,” jawab Keyra datar.Di tempat lain Raka berada di rumah Keyra tanpa sepengetahuan Afnan, Raka berbicara dengan Zahra.“Hai Zahra, kenalkan aku teman Bundamu,” sapa Raka.Zahra ketakutan, ia sempat menolak kehadiran Raka, tapi ketika mengatakan jika ia tahu kejadian sebenarnya diroop tof akhirnya bocah itu terdiam.“Ini punyamu ‘kan?” Raka menunjukkan jepit rambut.Zahra mengangguk. ”Kamu bisa berjalan?”Zahra menggeleng, ia ingat jika Keyra menyuruhnya tetap lu

  • JIKA CINTA JANGAN BERCERAI    BAB 107: Pengakuan Samuel

    menghalaunya.“Tidak bisa Keyra, kesabaranku menantikanmu telah habis, sudah aku beri kamu waktu satu tahun, ternyata ancamanku kamu abaikan, dan saat ini lihatlah kehancuranmu di mata Zahra, putri kandungmu, gadis itu akan merekam perbuatan bundanya yang menjijikan,” sarkas Samuel.“Zahra buang benda itu!” Keyra terus menyuruh Zahra untuk membuang ponsel, tapi Zahra seakan sudah termakan omongan Samuel. Samuel membawa Keyra ke sudut rooptof, dan menekannya, disaat itulah Zahra sadar jika Bundanya dalam bahaya. Tapi kursi rodanya tidak mau bergerak, entah apa yang dilakukan Samuel, hingga membuat kursi roda itu macet.“Lihat Key, Zahra akan melihat semuanya begitu aku mengirim video ini,” Samuel berkata sinis.“Sam, lepaskan!”Keyra berusaha melepaskan diri dari dari cengkraman tangan Samuel. Dan berusaha merebut ponsel Samuel.Terjadi pergaulatan antara Keyar dan Samuel, memperebutkan ponsel di tangan Samuel, mereka berada di pinggiran rooptof yang hanya sebatas pinggang.“Bunda,

  • JIKA CINTA JANGAN BERCERAI    BAB 106: Samuel Berulah Lagi

    “Untuk Zahra, kita jalan-jalannya memakai kursi roda, ya,” suruh perawat, dan meraih kursi roda di sudut kamar.“Tidak mau, Zahra bosan, Zahra ingin jalan saja,” sahut Zahra ia terus mencoba turun, tapi ia merasakan ada yang aneh dengan kedua kakinya.“Bunda, kenapa kaki Zahra?”Keyra menatap sendu. ”Zahra, dengar sayang, kaki Zahra sakit dan perlu beberapa waktu untuk bisa sembuh. ”Keyra berusaha tersenyum seraya menjelaskan keadaan Zahra sekarang.“Tapi kak Sean, sudah bisa jalan Bunda, kenapa Zahra belum bisa?” Bocah itu terus mencerca pertanyaan, wajahnya seakan protes dengan kondisi yang sedang dihadapi.Keyra memeluk putri kecilnya yang mulai terisak, karena menyadari jika kedua kakinya melemah.“Bunda akan bersama Zahra, Bunda dan Abi serta Kak Sean, akan membatu Zahra menghadapi ujian ini, kita bersama-sama menghadapinya.”Sean, terlihat mendekat, air mata sudah menumpuk di pelupuk matanya, lalu menetes, Sean menyadari jika pengorbanan Zahra justru berakibat buruk bagi Zahra.

  • JIKA CINTA JANGAN BERCERAI    BAB 105: Zahra Lumpuh

    Beberapa minggu berlalu Zahra dan Sean, menjalani serangkaian pemeriksaan. Dan sudah dijadwalkan operasi untuk mereka berdua. Keyra dan Afnan mengadakan doa bersama untuk kelancaran operasi kedua buah hatinya.Di pondok pesantren juga di adakan doa bersama yang dipimpin Kyai Damarjati. Dukungan doa dari para pekerja dan karyawan, turun bersimpati atas ujian yang dihadapi Afnan dan Keyra.Dan saat ini Afnan, Keyra dan Bu Azizah, Safira dan Prambudi berada di ruang tunggu operasi. Hampir lima jam pintu operasi tertutup rapat, Keyra dan Afnan sejak tadi berpegangan tangan saling menguatkan.Tujuh jam berlalu, akhirnya pintu ruang operasi dibuka, seorang dokter keluar, lalu meminta Afnan dan Keyra untuk berbicara. Mereka menuju ruang dokter, Keyra cemas menunggu informasi dari dokter.“Silahkan duduk Bapak Afnan dan Ibu Keyra,” suruh dokter.“Terima kasih dokter,” sahut Afnan.Lalu Afnan dan Keyra duduk dan menunggu dokter menjelaskan keadaan Sean dan Zahra.“Operasi donor sumsum tulang b

  • JIKA CINTA JANGAN BERCERAI    BAB 104: Donor Sumsum Tulang Belakang

    Afnan tahu Keyra tidak bercanda, tatapan beralih penuh menatap ke arah Sean, pucat dan tampak lelah, jantung Afnan mulai berdetak nyeri, hingga tak tak terasa air mata sudah menumpuk di pelupuk matanya, sementara di seberang ponsel, Keyra masih terisak.“Aku dan Sean akan kembali, tunggulah Key,” Afnan menutup ponsel, ia keluar dari dalam mobil dan meluapkan tangisannya diluar. Hingga panggilan membuatnya menghapus air matanya.“Abi...”“Iya Sean, Abi istirahat sebentar,” jawab Afnan, lalu melangkah masuk ke dalam mobil.“Rumah Nenek Azizah masih lama ‘kan Bi?”“Kita kembali ke Jakarta, kita kembali ke Bunda dan Zahra.”“Benarkah, Abi akan bawa Sean, kembali ke rumah, kita berkumpul lagi bersama Bunda dan Zahra.” Sean bahagia, saking senangnya ia memeluk Abinya dan mencium pipinya berkali-kali.“Terima kasih Abi, Sean janji mulai sekarang tidak bandel, ngalah sama Zahra, dan nurut sama Bunda dan Abi,” cerocos bocah berusia enam tahun itu.Afnan meraup wajah Sean. ”Kita semua sayang

  • JIKA CINTA JANGAN BERCERAI    BAB 103: Berita Buruk

    Keyra duduk di tepi ranjang, ia mulai terisak air mata yang ditahannya waktu dibawah, kini lolos membasahi pipinya. Kenapa semua orang menyudutkannya, dan tidak disangka suaminya setuju untuk menyerahkan hak asuh Sean, pada Bu Azizah.Afnan mendekati Keyra, kemudian duduk di sebelahnya, sesaat hening, hanya tangisan Keyra yang masih terdengar, lalu perlahan Afnan membuka suara.“Keyra, aku tahu ini berat bagimu, bagiku juga.”“Berat? Lalu kenapa jika Kak Afnan berat, kenapa setuju memenuhi permintaan Bu Azizah ada apa kak?” Keyra menguncang lengan Afnan meminta penjelasan.“Ini juga kemauan Kakek Damar, kamu tahu sendiri jika sudah menyangkut permintaan Kakek, aku sulit untuk membantahnya, apalagi kesehatan Kakek menurun, aku juga mengkhawatirkan kesehatannya, Key.”“Apa ini semua karena kecelakaan Sean, kenapa satu kesalahanku dijadikan alasan untuk menjauhkanku dari Sean, apa kalian tidak melihat enam tahun ini bagaimana aku menyanyangi Sean.” Keyra mencoba membuka hati Afnan, sup

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status