Jika kita melihat mobil Dariel didalamnya dipenuhi obrolan santai dengan hati yang berbunga-bunga yang mereka rasakan satu sama lain, beda halnya dengan isi mobil Brian.
Di dalam mobil Brian hanya ada Kalya yang memasang wajah cemberut dan Brian yang fokus menyetir.
Brian disini seperti orang bodoh, mengantar Kalya pulang tapi ia tidak tau dimana alamat rumah Kalya. Sudah berkali-kali Brian tanya Kalya tapi dia hanya diam saja.
Brian menghentikan mobilnya di samping jalan yang kanan-kirinya dipenuhi oleh pepohonan. Cukup menyeramkan sebenarnya. Sudah tidak ada mobil dan motor yang lewat jalan ini.
“Saya tanya sekali lagi. Alamat rumah kamu dimana?” tanya Brian lagi.
Kalya tetap tidak menjawab pertanyaan Brian. Dia hanya diam saja sambil menyilangkan tangannya di depan dada dan menatap keluar jendela.
“Baiklah!!” Brain menghela napasnya
Suasana kantor SFC sangat sibuk akhir-akhir ini, terutama bagian otomotif. Mereka sedang mempersiapkan launching Motor A yang akan diadakan besok.Launching Motor A diadakan di sebuah hotel yang aulanya cukup besar. Di panggung utama begitu kosong, hanya ada 1 display motor A di samping kanan panggung. Tidak ada sofa, meja dan lainnya. Itu permintaan dari Adi. Nanti Adi yang akan menjelaskan pada audience dan tamu undangan terkait motor A ini.Di samping kanan dan kiri aula berjejer display motor A dengan berbagai warna dan stripping. Ditengah-tengah aula ada beberapa kursi bagi tamu undangan. Hanya tamu undangan yang di sediakan kursi.Sebenarnya acara launching ini bersifat umum, bagi warga biasa juga jika ingin mendatangi launching dipersilakan. Sedangkan untuk acara private diadakan saat malam harinya.Itulah alasan Brian dan Dariel memilih Hotel Adya untuk acara launching ini. Selain karena aulanya luas dan lokasi strategis di tengah kota, Hotel Adya juga menyanggupi untuk mengad
Mobil yang ditunggu Arin akhirnya datang.Arin membuka pintu mobil Dariel, lalu duduk disamping kemudi. Arin tersenyum pada Dariel. Dariel seperti biasa mengenakan baju kebesarannya, jas. Dariel meyimpan satu lengannya pada kemudi lalu satu tangannya pada tuas mobil, Dariel tidak melepas pandangannya dari Arin."Hai." sapa Arin.Arin menarik seat belt. Untung saja seat beltnya tidak rusak. Jika seat beltnya macet seperti waktu itu Arin akan sangat malu."Siap?" tanya Dariel.Arin tersenyum dan mengangguk menanggapi pertanyaan Dariel. Dariel menarik tuas mobilnya. Mobil itu melaju menuju Hotel Adya."Pak Aldo mana, Riel?" tanya Arin.Arin heran, jika ada meeting atau apapun itu Aldo pasti akan mengekor kemanapun Dariel pergi. Apalagi sekarang mereka akan meeting, jadi tanda tanya bagi Arin mengenai keabsenan Aldo saat ini."Aku lagi tugasin dia handle kerjaan yang lain, bareng Sean."Arin hanya ber-oh ria. Tidak mungkin Arin menanyakan pekerjaan apa, karena itu sifatnya rahasia. Arin c
Jam 07.30 Seluruh panitia yang terlibat launching hari ini sedang briefing, Mereka membentuk sebuah lingkaran. Adi sedang mengarahkan seluruh panitia, memastikan tidak ada yang kurang dan acara ini berjalan dengan lancar. Diakhiri dengan berdoa bersama sesuai kepercayaan masing-masing. “Aamiin..” “Berdoa Selesai.” Adi langsung mengulurkan tangan ke tengah lingkaran, diikuti oleh yang lain. “Motor A!!” “Sukses….” Ya mereka sedang melakukan tos bersama. Ditujukan agar seluruh panitia semangat dalam menjalankan launching motor A ini. Terdengar teriakan dari salah satu anak konsumsi. “Semuanya sarapan dulu. Ambil box snack di pojok sana. Sampahnya jangan lupa dibuang di trash bag yang sudah disediakan.” ‘Siap!!’ ‘Yeaayy makan’ ‘Awass gue duluu’ ‘Huuuu’ ‘Boleh 2 box?’ ‘Lo pikir?’ Ya, begitulah. Setelah tadi seluruh panitia memasang wajah serius saat briefing, tapi saat dengar kata makanan langsung pada ricuh. Ricuh? Ya siapa lagi kalo bukan Putra. Dimana ada kericuhan disit
Aula Hotel Adya yang saat siang hari hanya di desain dengan sederhana, sekarang terlihat sangat berbeda dengan suasana malam ini. Saat ini aula Hotel Adya terkesan elegan dan mewah. SFC mengusung standing party untuk malam ini. Ya. Aula ini di desain dengan elegan dan mewah karena launching malam ini dikuhusukan untuk para petinggi perusahaan, investor dan tamu undangan khusus. Sudah ada beberapa tamu undangan yang sudah hadir. Seluruh Karyawan yang terlibat dengan proyek motor A sudah dipastikan hadir malam ini. Di pojok ruangan dekat bagian makanan ada banyak pria bergerombol. Ternyata mereka anak otomotif. Mereka sedang menertawakan tingkah konyol Putra dan Rizal. “Udah gue bilang jauh-jauh hari. Kalo gue pake setelan jas lo pada bakalan pangling sama gue.” - Putra “Percuma lu tebar pesona ke kita-kita, kita semua pada lurus. Malah ada yang udah pada punya buntut (an
“Kalya!” “Mas…” bingung Kalya. Kalya ingin ke toilet, namun saat di koridor ada yang memanggilnya. Ia menoleh ke belakang. Ada Brian di sana. Dilihat dari wajahnya yang tidak bersahabat sepertinya Kalya harus hati-hati dengan Brian kali ini. Brian mendekat padanya. “Apa-apaan kau ini?” “Kau tidak mampu membeli baju yang utuh?” “Kalau kau tidak punya uang katakan padaku. Aku kan membelikan baju untukmu.” Kalya yang melihat Brian nyerocos hanya memandang Brian aneh. Brian marah? Karena baju? “Aduh mas, Bentar ya aku mau pipis. Jangan dulu ngomel. Tunggu disini. Nitip tas deh.” Kalya menyerahkan clutch nya pada Brian. Ia langsung melengos pergi ke toilet. Ada yang lebih penting dari meladeni omelan Brian untuk sekarang ini. Melihat punggung Kalya yang polos dan mulus saat memunggung
Senangnya jika bisa berdekatan dengan pujaan hati, berbeda dengan Citra yang hanya bisa menatap iri mereka. Ia tidak sanggup lagi jika harus berlama-lama di aula ini. Jadi Citra menghindar dan pergi ke tangga darurat. Ia hanya duduk-duduk saja di tangga sambil menatap ponselnya.Citra merasa miris. Ia sudah beberapa kali menahan egonya dengan memberanikan diri mengirim pesan terlebih dahulu pada Dewa. Jangankan dibaca dan dibalas, terkirim saja tidak. Beberapa kali Citra juga mencoba untuk menelepon, tapi hanya ada suara operator.*Acara launching malam ini juga sukses. Tidak ada kendala selama acara berlangsung. Itu membuat yang terlibat dalam launching ini merasa senang.Sejak dimulainya Proyek Motor A ini membuat mereka yang terlibat menjadi kesulitan tidur, apalagi ditambah jam tidur mereka yang terganggu karena terlalu sering lembur. Akhirnya setelah rangkaian acara dari awal hingga akhir berja
Citra baru saja selesai mandi sepulang dari acara launching di aula Hotel Adya.Biasanya sebelum tidur Citra pasti akan membuka I-padnya untuk mengecek jadwal Brian besok. Namun tubuhnya sangat lelah sekali. Kakinya juga sangat pegal. Saking lelahnya sehingga saat ia merebahkan diri di tempat tidurnya ia langsung tidur dengan nyenyak.Bayangkan saja, sehari-hari Citra hanya menggunakan sepatu heels yang tingginya hanya 4cm, tapi untuk malam ini ia sengaja menggunakan sepatu heels yang tingginya 9cm. Semua itu ia lakukan untuk menunjang penampilannya, supaya ia terlihat cantik di mata Dewa, karena ia pikir Dewa akan hadir. Nyatanya Dewa tidak datang sama sekali, padahal Dewa selalu hadir jika ada acara malam.Ddrrrtt ddrrrtt ddrrrttMas Dewa is calling…*Akhirnya seumur hidupnya selama 27 tahun ini Arin bisa merasakan pacaran. Sekalinya pacaran langsung dapat lelaki kaya nan tampan. Beruntungnya Arin.Flashback“Mau ngga kamu jadiin aku pacar kamu?” tanya Dariel.Dariel cukup cemas me
Lina sedang makan siang sendiri di kantin. Selama Arin disibukkan dengan proyek Motor A ini Lina jadi sering sendiri. Lina termasuk orang yang cuek sangat tidak cocok dengan rekan kerjanya yang lain yang biasa mengurusi kehidupan orang lain, alias selalu ikut campur dengan kehidupan orang lain.Hanya Arin yang cocok dengannya dan mau berteman dengannya, sekarang ditambah Citra.Tiba-tiba saja ada yang duduk di samping Lina. Lina tidak menghiraukan orang tersebut dan melanjutkan makannya, kali aja dia hanya mau numpang duduk. Jika dilihat dari ekor mata Lina, sepertinya orang tersebut laki-laki.Lelaki tersebut tidak makan, hanya menopang kepalanya di atas meja sambil memandangi Lina yang sedang makan. Lina risih dengan sikap lelaki tersebut. Ia tidak ingin melihat siapa lelaki itu yang berani memandangnya.Lina selesai dengan makanannya lalu minum. Baru saja Lina beranjak dari duduknya, lelaki itu ma