Pagi sudah datang, namun mata mereka masih melekat, merasa enggan untuk meninggalkan kebersamaan mereka. Jacob yang pertama terbangun, dan terkejut saat tersadar ada makhluk hangat yang menyusup masuk ke dalam pelukannya. Rasanya luar biasa saat terbangun dapat menikmati keharuman tubuh Lydia dalam pelukannya. Dia mengecup kening wanita itu dengan penuh rasa kepemilikan.
Walau mata terpejam, Lydia tahu kalau Jacob sudah bangun, ada sedikit kesal di hatinya karena hari sudah pagi. Andai waktu bisa berhenti sehingga dia masih bisa menikmati kebersamaannya dengan Jacob.
"Pagi sayang." Suara serak Jacob yang seksi terdengar di telinga Lydia, mendesah hangat sehingga bulu halus Lydia meremang bahagia. Dia tersenyum tipis saat Jacob mengecup leher jenjangnya, lalu pipinya, tiba-tiba bibir mereka sudah kembali bertaut, dan merek
Lydia terkejut saat mendengar pintu yang dibanting. Dia masih mau bergelung bermain cinta dengan pria itu, namun Jacob malah menolaknya, kecewa dan marah masuk ke dalam hatinya. Disaat dia mau menyerahkan dirinya, dia malah ingat pekerjaannya? Dasar brengs*k!"Bisa-bisanya dia malah mengusirku, seakan aku hanya wanita panggilan, awas kau Jacob!" Dengan kesal dia turun dari tempat tidur segera berpakaian dan keluar dari kamar Jacob sambil membanting pintu. Saat di lorong dia bertemu dengan Cleon yang sudah tampil cantik dengan seragamnya."Mau apa kamu?" Lydia kesal dan harus mengalihkan kekesalannya kepada orang lain."Maaf Nona, saya…, apakah Pak Jacob sudah siap?" Cleon bingung dengan reaksi Lydia yang penuh amarah di pagi hari. "Apakah kucing dan tikus ini ke
Lydia mengikuti Jacob menuju kantor mereka dan mengirim video live IG nya ke email kantor. Mereka segera menontonnya bersama-sama. Dengan perasaan cemburu, Jacob memperhatikan betapa penuh cintanya Levi terhadap Lydia. Dia bahkan membuang muka saat mereka saling tertawa dan bergandengan tangan bercanda di pinggir kolam sebelum mereka sarapan."Bisa nggak bagian ini dipercepat, sepertinya terlalu buang-buang waktu." Jacob memerintah kepada Cleon yang ikut senyum melihat betapa manisnya perlakuan Levi terhadap Lydia. Dasar wanita yang beruntung, bisa semudah itu mendapatkan cinta dari pria."Oh, bisa pak, sebentar saya edit," guman Cleon terkejut, tapi tangan Lydia menahannya, wanita itu tersenyum licik kepadanya."Jangan dipercepat, aku lupa di bagian mana ada orang-orang itu
Saat mereka masuk ke dalam kamar rawat pasangan penipu itu. Ibu yang cerewet sedang tidak ada, hanya ada sang suami yang sibuk menonton TV. Tidak ada kegiatan sebagai pialang yang dia sebutkan kemarin. Jacob mendengus kesal melihatnya. Pria itu sudah terlihat sehat dan bugar, namun langsung berubah saat menyadari kedatangan mereka.“Wah… rombongan hotel sudah datang, maaf saya tidak bisa turun menyambut kalian, tangan saya masih diinfus.” Pria itu langsung bergaya lemah dan mengangkat tangannya untuk memperlihatkan infusan di tangannya dengan bangga.“Semoga cepat sembuh,” gumam Jacob sekilas dengan nada berbahaya karena senyuman pria itu langsung menghilang.“Jadi begini pak, saya akan membawa pengacara hotel untuk melakukan tuntutan kepada Bapak. Karena Bapak dengan sengaja melakukan penipuan untuk menjatuhkan kredibilitas hotel kami. Jadi saya harap Bapak juga menyiapkan peng
“Seharusnya aku bersama pemimpin Grup Schuberg, atau grup lain, tapi malah dijodohkan denganmu. Jangan salah, bagaimana pun kamu tetap karyawanku.” Lydia mendengus sambil mengibaskan rambutnya. Jacob memutar bola matanya, lagi-lagi mengenai ini.“Jadi haruskah aku keluar dari perusahaanmu, dan menjadi CEO perusahaan lain, agar pantas bersanding denganmu, Nona kecil,” ujar Jacob kesal.“Asal kamu tahu, sudah banyak tawaran agar aku pindah dan memimpin perusahaan lain, tapi aku bertahan, bukan karena aku mau menjadi CEO grupmu, namun karena aku menyukai pekerjaanku disini.“ Jacob tak sepenuhnya jujur. Dia tetap akan mengincar pimpinan grup. Namun alasan dia tetap bertahan juga karena dia menyukai etos perusahaan ini.“Kamu mau pindah kerja demi aku?” Lydia malah fokus pada hal lain.“Kenapa? kamu malu berpacaran dengan bos mu sendi
Lydia segera berlari ke kamarnya, dan membanting pintu. Amarahnya sudah melewati ambang batasnya. “Dasar pria brengs*k, dasar pria kurang ajar!” Lydia membanting tubuhnya ke kasur karena kesal. Bisa-bisanya dia berpikir serendah itu kepadanya. Padahal hanya dia, hanya kepada dia Lydia menyerahkan hatinya, namun apa yang dia dapat? “Dasar Lydia bodoh!” pekiknya marah. Dia menangis meraung dia tempat tidurnya. “Setelah apa yang mereka sudah lewati, bisa-bisanya dia berpikir dia semurahan itu? Astaga Jacob!” makinya lagi.Dia sudah bersiap, jika pria itu menghampirinya, bahkan jika dia bersujud di kakinya, dia tak akan memaafkannya semudah itu. “Oh tidak, kali ini dia melakukan kesalahan fatal, dia harus melakukan sesuatu yang hebat, sesuatu yang dapat melelehkan hatinya!” pikir Lydia menyusun kira-kira apa yang akan dibuat Jacob untuk mendapatkan maafnya.Namun setelah setengah jam di
Pria itu masih terduduk diam sambil menatap ke jendela. Lydia tanpa sadar menghela napas saat melihatnya diam duduk sambil merenung. ”Dia seperti model di majalah, tampan sekali, mengapa malah dia yang marah, bukankah seharusnya Lydia yang masih marah padanya,” pikir Lydia mengamati Jacob.“Aku dari tadi berpikir, berbagai macam cara untuk menyampaikan hal ini padamu, Lyd. Tapi aku tidak tahu bagaimana caranya. Karena semuanya juga terlalu mendadak bagiku.” Jacob tiba-tiba menatapnya dengan serius.Hati Lydia mencelos, jemarinya menjadi basah karena dia gugup, Jacob hampir tak pernah seserius itu kepadanya. “Apakah dia akan meninggalkanku? pikir Lydia seketika takut.“Apa? apa yang mau kamu bicarakan,” tanya Lydia takut-takut.“Ah… seharusnya papa tidak masuk, dia melarikan diri, cih!” Tawa sinis tersungging di bibir Jacob. Perasaan L
Saat selesai memesan cincin idamannya, dengan senyum yang lebar, wanita itu duduk di samping Jacob. Dia langsung bergelayut manja sambil mengaitkan tangannya. "Keputusanku sepertinya tepat, Lydia sudah lupa dengan kemarahannya," pikir Jacob dalam hati."Senang?" Senyum simpul muncul tanpa sengaja di wajah Jacob. Lydia menatapnya dengan bingung, kata-kata serius yang tadi dia ucapkan masuk ke dalam hatinya."Menikah bukan mainan, pernikahan hanya sekali," pikirnya lagi mengulang kata-kata Jacob."Seumur hidupku, aku tahu aku pasti akan dijodohkan, entah sama siapa, kami anak-anak yang lahir dengan sendok perak di mulut, tidak akan bisa memilih dengan siapa bisa menikah," ujarnya menatap Jacob, senyum tipis itu menghilang."Dia akan menolakku, sudah pasti dia akan menolakku, lagipula, siapakah aku sampai dia mau menikahi diriku?" ucap Jacob memarahi dirinya sendiri dalam hati karena dengan bodohn
"Ish, laki-laki itu selalu begitu, pergi saat aku belum selesai bicara, dasar brengs*k!" maki Lydia dalam hati, lalu segera berlari keluar menyusul calon suaminya yang sudah menunggu di mobil."Dengerin aku dulu kenapa? Aku kan lagi mau cerita!" seru Lydia dengan kesal, merajuk lalu memajukan bibirnya yang kemerahan. Jacob sambil menahan rasa gelinya mendekati Lydia, dan wanita itu segera terkesiap. Dia menutup matanya, berpikir akan dihadiahi ciuman lagi, namun ternyata Jacob hanya memasangkan sabuk pengaman.“Buka matamu, dasar mes*m, memang kamu pikir aku mau apa?” Lydia membuka matanya dengan perlahan, dan menatap Jacob dengan kesal. “Aish dasar menyebalkan!” sesalnya dalam hati, lagi-lagi dia tertipu. Dia mendengus dengan kasar lalu segera membuang pandangannya ke sisi lain. Dia kesal dan gengsi. Bagaimana seorang Lydia Kurnia, mengemis ciuman dari seorang Jacob? “Ish, memalukan,” batiny