Pria itu masih terduduk diam sambil menatap ke jendela. Lydia tanpa sadar menghela napas saat melihatnya diam duduk sambil merenung. ”Dia seperti model di majalah, tampan sekali, mengapa malah dia yang marah, bukankah seharusnya Lydia yang masih marah padanya,” pikir Lydia mengamati Jacob.
“Aku dari tadi berpikir, berbagai macam cara untuk menyampaikan hal ini padamu, Lyd. Tapi aku tidak tahu bagaimana caranya. Karena semuanya juga terlalu mendadak bagiku.” Jacob tiba-tiba menatapnya dengan serius.
Hati Lydia mencelos, jemarinya menjadi basah karena dia gugup, Jacob hampir tak pernah seserius itu kepadanya. “Apakah dia akan meninggalkanku? pikir Lydia seketika takut.
“Apa? apa yang mau kamu bicarakan,” tanya Lydia takut-takut.
“Ah… seharusnya papa tidak masuk, dia melarikan diri, cih!” Tawa sinis tersungging di bibir Jacob. Perasaan L
Saat selesai memesan cincin idamannya, dengan senyum yang lebar, wanita itu duduk di samping Jacob. Dia langsung bergelayut manja sambil mengaitkan tangannya. "Keputusanku sepertinya tepat, Lydia sudah lupa dengan kemarahannya," pikir Jacob dalam hati."Senang?" Senyum simpul muncul tanpa sengaja di wajah Jacob. Lydia menatapnya dengan bingung, kata-kata serius yang tadi dia ucapkan masuk ke dalam hatinya."Menikah bukan mainan, pernikahan hanya sekali," pikirnya lagi mengulang kata-kata Jacob."Seumur hidupku, aku tahu aku pasti akan dijodohkan, entah sama siapa, kami anak-anak yang lahir dengan sendok perak di mulut, tidak akan bisa memilih dengan siapa bisa menikah," ujarnya menatap Jacob, senyum tipis itu menghilang."Dia akan menolakku, sudah pasti dia akan menolakku, lagipula, siapakah aku sampai dia mau menikahi diriku?" ucap Jacob memarahi dirinya sendiri dalam hati karena dengan bodohn
"Ish, laki-laki itu selalu begitu, pergi saat aku belum selesai bicara, dasar brengs*k!" maki Lydia dalam hati, lalu segera berlari keluar menyusul calon suaminya yang sudah menunggu di mobil."Dengerin aku dulu kenapa? Aku kan lagi mau cerita!" seru Lydia dengan kesal, merajuk lalu memajukan bibirnya yang kemerahan. Jacob sambil menahan rasa gelinya mendekati Lydia, dan wanita itu segera terkesiap. Dia menutup matanya, berpikir akan dihadiahi ciuman lagi, namun ternyata Jacob hanya memasangkan sabuk pengaman.“Buka matamu, dasar mes*m, memang kamu pikir aku mau apa?” Lydia membuka matanya dengan perlahan, dan menatap Jacob dengan kesal. “Aish dasar menyebalkan!” sesalnya dalam hati, lagi-lagi dia tertipu. Dia mendengus dengan kasar lalu segera membuang pandangannya ke sisi lain. Dia kesal dan gengsi. Bagaimana seorang Lydia Kurnia, mengemis ciuman dari seorang Jacob? “Ish, memalukan,” batiny
"Coba sini aku lihat cincinmu." Dia mengambil cincin itu dan membaca namanya di dalam cincin itu. "Lydia K diurnia." Dia segera menatap puas kepada calon suaminya dan tersenyum."Namaku juga sudah sempurna," ucapnya lalu tersenyum konyol.“Simpan dulu buat hari Sabtu,” guman Lydia dengan senyum penuh arti ke Jacob. Pria itu membalas senyumannya dengan memegang jemarinya."Jadi cincin sudah fix ya, apalagi?" tanya Pak Kurnia cepat, membuat Jacob segera melepaskan tangan Lydia.Jacob memperhatikan wanita yang akan dinikahinya hari sabtu nanti. Dia merenggut, tersenyum dan mencibir, wajahnya terus berubah-ubah dan Jacob menyukai tiap
Tatapan Jacob begitu lembut, dan hangat, sangat berbeda dengan biasanya. Dia telah menyiapkan ini semua cincin, gaun, kue pengantin, "Yah ini hanya miniaturnya," pikirnya saat melihat miniatur kue pengantinnya yang cantik. Namun, ternyata Jacob sudah menyiapkan semuanya. Sepertinya dia benar-benar akan menikah sabtu ini.Lydia Kurnia akan segera menikah dengan Jacob Isaac. Oh, dia harus mempersiapkan banyak sekali, bunga, buket, oh… apa lagi ya? Seketika Lydia menjadi panik dan calon suaminya menyadari itu, karena tiba-tiba dia datang dan menggenggam tangannya.Saat merasakan kehangatan tangan Jacob, Lydia baru menyadari selama panik tangannya berubah menjadi dingin dan basah. Dia menatap bola mata berwarna coklat gelap Jacob yang sedang tersenyum kepadanya."Ev
Seketika juga Lydia berdiri dan membuka pintu dengan semangat, namun sepertinya hanya khayalannya saja, dengan kesal dia kembali menutup pintu sambil teringat kejadian tadi. Bagaimana bisa dia tadi naik ke punggung Jacob dan mengatakan semua hal itu kepadanya di depan semua orang itu."Aish malu sekali!" Pria itu memang membuatnya melakukan hal yang dia pernah pikirkan. Dia kembali menyibakkan selimutnya dan kembali bergelung, dingin setelah merasakan nyamannya tidur bersamanya, Lydia merindukan pelukan hangat Jacob, bahkan dia tidak akan keberatan dengan dengkuran pria itu."Menikah itu bukan hanya pestanya, tapi juga setelahnya," kata-kata Jacob tadi terngiang kembali di benaknya dan merasuk di hati Lydia."Aku memang tidak main-main, kali ini aku serius. Aku tak akan membiarkan pernikahanku hancur seperti papa-mama dulu. Jika sampai Jacob mulai memperlakukannya seperti mamanya dulu Lydia tidak akan menangis diam
Hari Sabtu yang dinanti akhirnya sampai juga, seharusnya Lydia mengadakan bridal shower, namun semua temannya di korea, dan … acara dadakan seperti ini untuk sosialita tidak bisa diterima, sebagian temannya marah atau malah mereka sudah ada agenda yang lain. Lydia akan sikat habis mereka semua, awas mereka nanti berani-beraninya berkata tidak pada Lydia! Kini dia benar-benar menyadari Lydia tidak memiliki teman yang menerimanya apa adanya.Jadi malam sebelum sabtu itu, Lydia masih tetap bergelung nikmat bersama Jacob. Mereka tetap tidur bersama, hanya tidur, berpelukan seperti hari-hari sebelumnya. Namun sepandai-pandainya tupai melompat pastinya akan jatuh juga.Sialnya pada pagi hari itu pada saat Jacob keluar dari kamar, Papa Kurnia hendak bersiap juga. Dengan wajah memerah pria itu langsung memanggil Lydia dan Jacob duduk untuk di lsidang."Papa …. Papa sama sekali tidak menyangka kalian ber
Seharusnya malam pertama itu penuh gairah dan bisikan-bisikan kata cinta, namun mengapa kini mereka berdua duduk saling bertolak belakang sambil menyilangkan tangan di dada? Emosi Lydia menguasai dirinya, dia marah sangat marah!Mereka masuk ke ruangan ballroom bagaikan raja dan ratu, tapi bukankah memang mereka menjadi raja dan ratu dalam sehari? Para undangan yang bisa datang mendadak ternyata lumayan banyak, Ruangan resepsi pernikahan mereka penuh dengan orang-orang yang Lydia tidak kenal. Jacob terus menyalami wajah-wajah asing itu dengan tersenyum palsu.Lydia yang awalnya semangat kini benar-benar ingin melepas tiaranya dan gaun pengantinnya segera. Kakinya pegal, dan gaun ini walau cantik ternyata sangat ketat sehingga dia tidak bisa bergerak dengan bebas. Wajahnya terasa pegal karena harus senyum terus menerus. Pada akh
Pria itu tak mengenakan apa-apa lagi di balik handuk itu, dan sepertinya dia sudah sangat siap tempur. Namun dia berpura-pura tak terjadi apa-apa di bawah sana. Dia malah sibuk menciumi bibir Lydia yang memerah karena gairah."Akhirnya sabtu ini datang," gumamnya dengan suara parau sambil terus mencumbu Lydia. Leher Lydia kini menjadi sasarannya, dia menyesap di sana sini, membuat Lydia mengerang nikmat dan kembali menari di bawah tubuh Jacob. Pria itu menahan dirinya dengan sebelah tangannya agar tidak terlalu menindih Lydia. Istrinya cantik sekali, dia tak percaya akhirnya dia bisa menikahi wanita secantik ini.Sambil masih merasakan cerukan leher Lydia, tangan Jacob mulai membelai dan meremas apa yang sudah mengeras di dada Lydia. Wanita itu mulai meracau saat jemari Jacob yang terampil membuka cangkang putih berenda i