Camp itu berbeda dengan perkemahan yang berada di pegunungan Mitah. Tempat itu jauh lebih luas dan dihuni banyak orang. Namun dari sekian banyak penghuni campe tersebut tak ada satupun yang mengenal Rachel atau menatap Rachel dengan tatapan aneh. Mereka semua fokus pada apa yang mereka kerjakan tanpa sibuk mengurusi orang lain. Selain itu, perkemahan itu sangat berbeda dengan Camp sebelumnya karena bukan didirikan dengan banyak tenda melainkan bangunan permanen yang layaknya istana luas. Mereka menyebut kastil itu dengan sebutan Kastil Irdawn.
Elise telah menceritakan sedikit sejarah tentang Crator yang tak pernah Rachel pedulikan sama sekali selama ini. Terutama tentang Redrock dan Vinetree. Dua Klan terbesar di kerajaan ini yang saling bersaing selama bertahun-tahun.
Vinetree adalah golongan orang yang terlahir dengan kemampuan istimewa dalam hal kekuatan fisik. Mereka memiliki kelebihan yaitu memiliki senjata mereka sendiri sejak lahir. Senjata itu akan diserahkan pada mereka sejak mereka berusia 10 tahun melalui sebuah ujian di tempat khusus yang mereka beri nama Moonbeam. Tapi ada satu pengecualian untuk seseorang. Dia adalah Kenneth Alaric.
Kenneth mengambil ujian senjata di usia tujuh tahun dan berhasil mendapatkan senjatanya, sebuah pedang yang diberi nama Shadowfall. Elise mengatakan bahwa itu adalah pedang yang dibawa Kenneth kemanapun dia pergi termasuk kemarin saat menyelamatkan Rachel. Rachel tentu mengetahui pedang itu. Karena sudah dua kali dia melihat pemuda itu mengacungkan pedangnya, pertama ke arahnya lalu kepada Ethan.
Sedangkan Redrock, adalah klan yang berisi orang-orang yang memiliki kemampuan untuk untuk mempelajari sihir. Meski semua orang bisa membaca mantra namun hanya sedikit yang berhasil menguasai dan mengendalikannya. Karena kemampuan mereka ini, mereka seringkali berbuat onar dan mempermainkan orang lain menggunakan mantra mereka. Bahkan kadang tindakan mereka membahayakan nyawa orang lain, itulah mengapa Redrock dan Vinetree berseteru.
“Kau bilang terlahir, jika terlahir bagaimana mereka tahu sebuah senjata terlahir untuk seorang anak?” tanya Rachel pada Elise.
“Akan ada sebuah tanda yang ditunjukkan oleh alam saat sebuah senjata tercipta di Moonbeam.”
“Lalu apa senjata milikmu Elise?”
Elise mengeluarkan sebuah belati kecil dari dalam sakunya. Rcahel mengamati belati itu dan segera menyadari sesuatu. Dia mengeluarkan belati yang selama ini dia bawa dan mensejajarkan kedua senjata itu. Bentuk, ukuran, warna, dan pola yang sama. Belati bersarung coklat dengan ukiran berbentuk sulur rumit berlapis perak diatasnya. Rachel menatap Elise tak percaya. Elise tersenyum melihat rasa terkejut Rachel.
“Aku mendapatkan sepasang belati saat aku masuk kesana.” Jelas gadis itu.
“Kenapa kau memberikannya padaku?” Tanya Rachel heran.
Elise tak langsung menjawab pertanyaan Rachel. Dia terdiam sejenak sebelum menatap Rachel dalam. “Entahlah, aku juga tidak yakin. Namun saat itu aku hanya berpikir bahwa kau mungkin membutuhkannya,” ungkap Elise.
Jawaban Elise mengingatkan Rachel pada situasi yang dia hadapi sebelumnya. Sebuah perasaan yang sulit untuk Rachel jelaskan namun Rachel yakin dia tidak akan pernah melupakan perasaan itu. Perasaan dimana dia akhirnya tahu bahwa dia telah kehilangan segalanya.
“Lupakan saja.” Tukas Elise menyadari atmosfer yang berbeda diantara mereka. “Bukankah kau berhasil melukai Tuan Muda Redrock dengan belati itu.”
Senyum mengembang di wajah kedua gadis itu. Rachel kembali mengamati belati yang selama ini menemaninya. Tidak menyadari ternyata selama ini dia adaah salah satu senjata khusus klan Vinetree.
“Apa nama belati ini?” pertanyaan itu terlintas saat dia ingat bahwa Elise mengatakan ada nama untuk setiap senjata.
“Milikku snowbell, sedangkan yang kau bawa adalah snowdrop.”
“Snowdrop.” Rachel menggumamkan nama senjata itu. MAsih mengagumi senjata yang selama ini ia gunakan. “Ketika senjata ini tercipta apakah kau memiliki semacam ikatan dengan belati ini? Kau bilang ada banyak senjata di sana, bagaimana kau bisa yakin bahwa belati ini tercipta untukmu?”
Rachel tidak bisa menghentikan dirinya untuk bertanya lebih jauh tentang Klan Vinetree. Sehingga setiap hal yang terlintas di pikirannya akan langsung ia ucapkan tanpa banyak pertimbangan. Namun hal itulah yang membuar Rachel cepat akrab dengan Elise. Karena gadis itu akan dengan sabara menjawab apapun pertanyaan yang Rachel lontarkan.
“Jadi maksudmu, tidak ada yang tahu senjata apa yang kau miliki hingga kau masuk ke Moonbeam. Hanya saat berada disana, kau akan tahu apa yang kau cari. Begitu maksudmu?”
Elise mengangguk membenarkan ucapan Rachel.
“Lalu, apakah setiap orang di kerajaan Crator bisa memiliki senjata yang terlahir khusus untuk mereka? Maksudnya senjata istimewa seperti ini?”
“Harusnya tidak.” ucap Elise tidak yakin. “Setahuku hanya Klan Vinetree yang mengalami hal tersebut, tapi dari yang aku tahu dulu Klan Jade juga memiliki hal serupa. Namun bukan senjata yang terlahir untuk mereka melainkan Magical Stone.”
“Magical Stone?”
“Orang-orang dari Klan Jade dianggap sebagai The Guardian, karena mereka melindungi Crator. Mereka menggunakan Magical Stone sebagai sumber kekuatan mereka. Kau tahu legenda tentang The Emerald?”
Kerutan di kening Rachel semakin dalam saat Elise berbicara. Gadis itu menepuk dahinya pelan lalu membawa Rachel ke sebuah ruangan tak jauh dari kamar Elise.
***
Ruangan itu memiliki pintu besar dari kayu Oak yang sangat tinggi. Ada dua penjaga yang berdiri di depan ruangan. Setelah meminta ijin pada penjaga itu Elise membawa Rachel kesana. Ternyata ruangan itu adalah sebuah perpustakaan yang teramat besar dengan puluhan atau bahkan ratusan rak buku yang berjajar rapi di sepanjang ruangan. Rachel belum pernah melihat buku sebanyak itu hanya bisa menganga takjub saat Elise membawanya meniti lorong dan mencari buku yang dimaksud Elise.
Elise pergi ke sudut paling ujung dan rak tertinggi di bagian terdalam perpustakaan itu. Dengan sedikit usaha ekstra Elise menarik buku tebal dan penuh debu keluar dari sana. Elise menghapus debu yang menutupi sampul buku itu dan memperlihatkan judul yang tertera di sana, ‘Jade : The Guardians and Their Secrets’.
“Buku ini harusnya tak boleh dibaca oleh orang luar, jadi jangan pernah mengatakan apapun tentang buku ini pada siapapun.” Bisik Elise. Rachel mengangguk paham.
Elise membuka buku itu dan menuntun Rachel menuju halaman terakhir buku itu yang bertuliskan ‘Crator’s Destiny’. Elise menyerahkan buku itu pada Rachel agar dia membacanya.
Di akhir perang Land Of Soul, Pemimpin Jade terakhir meramalkan masa depan Kerajaan Crator. Di sela-sela nafas dan darahnya dia berkata:
Akan ada badai ditengah Kita.
Badai yang tak akan bisa dicegah atau dihindari.
Jiwa-jiwa yang telah mati akan kembali.
Keruntuhan dan kehancuran akan terjadi.
Darah akan memenuhi Dewwy.
Jade tak akan mampu berdiri.
Vinetree akan hancur. Redrock akan jatuh.
Manusia akan sirna . Anima tak lagi ada.
Saat Amethyst bangkit semuanya akan sia-sia.
Saat Rachel membaca buku itu, tiba tiba kepalanya berdenyut sakit. Bayangan tentang mimpi aneh yang menghantuinya beberapa hari yang lalu tiba-tiba kembali. Gambaran seorang wanita yang mendekatinya dan kupu-kupu yang terbang mengelilingi nya. Rachel mengernyit sakit saat denyutan itu terasa semakin kuat namun gadis itu mengabaikannya dan terus membaca buku tersebut.
Di musim dingin tahun ke-425, menjadi tahun terakhir klan Jade. Karena setelah menyampaikan ramalannya, Sang Jade terakhir, Putri Emerald tiba-tiba sirna.
“Sirna? Dia hilang begitu saja?” tanya Rachel bingung.
Elise mengangguk sebagai jawaban pada Rachel. Gadis itu mengambil buku di depan Rachel. Tangannya meniti setiap baris kata yang tertulis di atasnya dengan raut wajah yang cukup sulit untuk Rachel pahami.
“Sepuluh tahun lalu, perang besar tejadi di Kerajaan Crator. Tanah Davian dan Teluk Feilas yang menjadi tempat perang telah hancur tanpa sisa. Perang itu tidak berlangsung lama, namun cukup untuk memusnahkan puluhan pulau dan seluruh anggota klan jade yang ada. Pemimpin mereka saat itu berhasil meninggalkan tanah Davian, tapi pada akhirnya dia juga ikut sirna tepat setelah Dia meramalkan masa depan Crator.”
“Pemimpin Jade? Putri Emerald?”
“Benar. The Emerald, Kailani Shore.”
Akh…
Denyutan itu kembali menyerang Rachel saat Elise menyebutkan nama pemimpin Klan Jade. Kali ini denyut itu terasa lebih kuar. Rachel bahkan berteriak kesakitan dan menekan kedua pelipisnya untuk mengurangi rasa sakit itu. Elise yang melihat Rachel kesakitan terlihat khawatir. Gadis itu meletakkan buku di pangkuannya dan membantu Rachel berdiri. Elise bisa melihat keringat dingin mulai mengalir di dahi Rachel.
“Rachel? Kau baik-baik saja? Rae...”
“Nerissa?”
Kekuatan. Kekuasaan. kebebasan.Hal yang tak pernah lelah untuk di cari dan dikejar oleh semua orang. Setiap mereka yang hiduo pasti mendambakan kekuatan. Setiap mereka yang Kuat, pasti menginginkan kekuasaan, dan siapa yang berkuasa dialah yang memegang kebebasan. Begitulah kiranya rantai kehidupan yang saat ini tercipta. Buah dari keinginan dan hasrat yang tak ada habisnya. Setiap orang berlomba mencapai kesempurnaan untuk mengejar kekebasan tertinggi. Namun, tahukah mereka arti sejati dari sebuah kebebasan?***"Bydd yr Enaid Sanctaidd bob amser yn effro yn y Corff Mawr." (Jiwa Suci akan selalu terjaga dalam Raga sang Agung)Rachel, sang Jiwa Suci yang terlahir dalam Raga Sang Agung. Inang yang paling tepat untuk kekuatan terakhir dari para Velaryon. Kekuatan kuno yang selama ini menjaga alam semesta.Namun, mereka kadang lupa, bahwa selain para kekuatan kuno nan agung, ada entitas lain yang lebih luar biasa di banding mereka. Sang Jiwa Suci. Cahaya terang itu berpendar keluar da
Di empat penjuru kerajaan Crator, ke-empat Guardians yang tersisa perlahan bangkit. Ada sebuah dorongan dalam diri mereka untuk mengeluarkan kekuatan mereka ketika cahaya ungu pekat itu memenuhi langit. Perlahan, Trisula Aquamarie, Tombak Mitah, Pedang Shadowfall dan Belati Snowbell menunjukkan kekuatannya. Keempat guardians itu memejamkan mata mereka di waktu yang hampir bersamaan dan perlahan cahaya masing-masing armor menyelimuti mereka. Dengan cahaya itu kekuatan masing-masing guardians meningkat secara bersamaan. Ketika kekuatan itu telah berkumpul cahaya itu melesat ke langit, memunculkan cahaya biru, hijau, coklat, dan putih menyatu dengan langit gelap di atasnya. Untuk sejenak gejolak petir itu berhenti. Sejenak, sebelum gelombang besar bencana datang. Angin berhembus kuat menyelimuti Crator. Menerbangkan appaun yang bisa di bawanya. Puing-puing reruntuhan, pohon dan tanaman, kereta, kuda, dan bahkan manusia. Segalanya ikut terbawa oleh amukan angin yang muncul tiba-tiba.Te
Rachel menatap tubuh Sigrid yang penuh luka. Entah berapa kali wanita itu terus mengulang kesalahan yang sama, membalas setiap kali Rachel mengobati lukanya. Niat awal Rachel untuk mengingatkan Sigrid atas rasa sakit berulang yang terus wanita itu torehkan pada penduduk Crator, tapi sayangnya wanita itu seperti tak menunjukkan sedikitpun rasa penyesalan. Rachel ingin mmebuat wanita itu mengingat rasa lelah dan ketakutan karena ancaman yang berulang, tapi Sigrid terlihat sangat berambisi untuk membalas Rachel di setiap kesempatan.‘Kenapa kemarahan wanita ini tak kunjung padam? Kehidupan seperti apa yang sudah dia lalui sebelumnya?’ batin Rachel bertanya-tanya.Rachel kembali menyentuh puncak kepala Sigrid, tapi kali ini sebelum wanita itu bangkit menyerang sebuah rantai hitam muncul dari tanah dan mengikat Sigrid.Arrghhh ... Sigrid menggeram marah dan meronta. “Menyerahlah maka hukumanmu akan lebih cepat selesai,” ucap Rachel.“Kau! Atas hak apa kau memiliki hak menghukumku? Kau sam
Seringai tipis muncul di wajah Sigrid. Hanya beberapa saat sebelum tawa melengking wanita itu terdengar menggema di kastil Enver. Ha... ha... ha... “Kalian semua sama saja,” tukasnya. Sigrid menatap Rachel dengan ekspresi mengejek. Terlihat tenang namun juga menghina di saat yang sama. Sedangkan dalam dada itu sedang ada gemuruh kemarahan yang sedang dia tahan. “Jadi, selain menghukumku kau tidak memiliki tujuan lain datang kemari?” tanya Sigrid. “Sepertinya Para Velaryon itu benar-benar memberikan perhatian istimewa padaku.” Sumpah serapah dan hinaan keluar dari mulut wanita itu. Segala bentuk cercaan dan berbagai macam umpatan dia layangkan pada Rachel dan sosk Velaryon. Rachel hanya diam. Satu tangannya bergerak di atas halaman kastil dan tanaman tumbuh di sekitarnya, membentuk sebuah tempat duduk dari sulur tananam dengan bunga-bungan berwarna ungu dan hitam. Dengan kedua tangan dia letakkan di dada, Rcahel mundur
Katakanlah Rachel kejam, tapi dia memang ‘harus’. Dikepala gadis itu ada banyak hal aneh yang terus bermunculan. Ingatan tentang kehidupan lain dari berbagai sosok yang tidak Rachel kenal. Kekejaman sosok Neith ketika memimpin perang Wylan. Kesedihan Amethys yang tersisih dari para bintang. Kesepian yang terasa dari benak Sassafres. Bahkan kemarahan Sigrid juga bisa Rachel rasakan sekarang. Emosi-emosi itu sedikit banyak mulai mempengaruhi pandangan dan perasaan Racgel terhadap setiap hal yang ada di hadapannya. Dikedalaman samudera, air bergejolak kuat. Mendoron dan menekan tubuh Sigrid yang tak bisa melawan tapi wanita itu masih hidup. Wanita tiu masih bertahan meski tidak bisa melawan. Semakin dalam mereka menyelami samudera semakin terang pula cahaya Aquamarine di sekitar mereka. Hingga Rachel tiba di sebuah altar bawah laut. Jangan tanya bagaimana Rachel bisa tahu, ada sesuatu di kepala Rachel yang memberinya petunjuk. Mungkin Caelum The God of Sky atau bisa jug
Cahaya fajar terlihat di ufuk timur. Cahaya kemarahan yang telah di tunggu-tunggu setelah malam panjang yang hadir tiba-tiba. Helaan nafas lega hampir terlihat pada seluruh penduduk Crator saat mereka berhasil melewati satu malam yang mencekam. Malam dimana kerajaan mereka mungkin akan musnah karena kebangkitan sosok dalam ramalan.Suatu penuh suka cita terlihat dirumah rumah yang penduduknya mulai saling memeluk dalam isak tangis penuh kelegaan. Tanpa mereka ketahui, bahwa nasib mereka baru saja mulai di tinjau pagi ini.*** Cahaya matahari pagi menyinari pegunungan Mithre dengan sinar hangat. Cahaya terang keemasan itu jatuh tepat di atas rumput hijau segar yang dipenuhi embun di setiap pucuknya. Indah, tapi ingat bahwa sebelum itu ada rumput hitam mematikan tumbuh sebelumnya.Rachel berdiri di sana, kali ini dia telah bertekad menyelesaikan segalanya. “Kau benar-benar terlalu membanggakan dirimu sendiri, Rae,” sentak Sigrid. Wanita itu bangkit dan