Kenneth memacu kudanya dengan cepat ke arah selatan. Melalui hutan-hutan luas dengan pohon besar yang mungkin berusia lebih tua dari hutan manapun di kerajaan Crator. Tidak tahu berapa lama dia harus berkuda untuk tiba di tujuannya, tapi Lord Zathriel berkata bahwa Kenneth harus berjalan lurus ke selatan hingga tiba di sebuah tebing merah.
Hari mulai gelap dan fajar mulai menyingsing meninggalkan Kenneth ketika pemuda itu tiba di sebuah sungai. Aliran sungai besar itu terlihat tenang namun Kenneth yakin bahwa sungai itu sangat dalam. Terlebih kuda yang di tunggangi Kenneth menolak untuk masuk ke dalam sungai tersebut. Setelah mencoba berkali-kali dan hasilnya sama Kenneth memutuskan untuk turun dari kuda dan melanjutkan perjalanannya sendirian.
Kenneth mengelus surai kuda yang mengantarnya tadi sebelum akhirnya melepaskan kuda itu dan membiarkannya pergi. Kini, hanya tersisa Kenneth seorang yang berdiri memandang aliran sungai di depannya. Dia harus menyeberangi sungai
Hutan itu terasa lebih gelap dan sunyi dari hutan sebelumnya. Tidak ada suara binatang malam atau serangga yang terdengar di sekitarnya. Kenneth melangkahkan kakinya dengan hati-hati di setiap pijakan yang dia lalui. Sesekali Kenneth harus melompati akar pohon yang tingginya hampir separuh badannya. Entah berapa lama Kenneth berjalan, namun dia tidak kunjung menemukan tempat yang dimaksud oleh Lord Zathriel. Hingga sebuah suara yang tidak asing terdengar di telinga Kenneth. Kenneth melihat sekeliling untuk memastikan bahwa dia tidak salah mendengar. Pemuda itu bersembunyi di balik semak belukar yang ada di sekitarnya. Matanya dengan waspada menatap apapun yang bergerak di depannya dan sosok itu benar terlihat oleh mata Kenneth. Unicorn itu berlari tak jauh di depan Kenneth. Melihat tuan rumahnya telah muncul Kenneth bergegas keluar dari dari persembunyian. Pe
Elise dan Samantha hanya bisa diam di tempat mereka saat melihat puluhan pemimpin klan berkumpul di istana Crator. Entah apa yang membuat mereka bersedia datang, tapi tentunya hal ini berkaitan dengan keberadaan Clan Redrock di sekitar mereka. Sudah tidak terhitung lagi nyawa yang melayang karena ulah mereka. Sudah tidak terhitung lagi darah yang tumpah karena mereka. Sudah tidak terhitung lagi, duka yang tercipta karena mereka.Elise hanya diam menatap Samantha. Tak mampu berkata ataupun sekedar bersuara. Ketika satu per satu perwakilan setiap klan menyampaikan keluhan mereka. Kini, kedua gadis itu hanya bisa menatap tercengang. Menyadari ketakutan sebenarnya yang tengah rakyat rasakan. Kini yang mereka takuti bukan lagi Redrock. Namun, sosok yang belum pernah mereka lihat namun selalu mereka dengar. Sosok yang puluhan tahun lalu telah diucapkan oleh sang Putri Emerald, pewaris terakhir klan Jade, the Mighty Amethyst.Elise kini melangkah meninggalkan Samatha yang mas
“Diantara jutaan bintang mereka adalah yang paling terang. Diantara ribuan permata merekalah yang paling berharga. Para terpilih yang terlahir sebagai penguasa. Kaum Jade menyebut mereka sebagai Tujuh Pewaris. Pemilik Tujuh Permata dan Tujuh Bintang. The Old, The True, The Brave, Velaryon.”“Setiap seratus tahun sekali, seorang Velaryon akan terlahir kembali. Namun, sejak empat ratus tahun yang lalu Sang Velaryon tidak pernah hadir di tanah Jade. Bahkan ketika sebuah bencana besar melanda klan Jade sepuluh tahun lalu, Velaryon tidak bangkit. Ada yang berkata bahwa klan jade tengah di hukum, ada juga yang berkata bahwa Velaryon telah meninggalkan mereka.”“Ketika, Jade terakhir menyampaikan ramalannya, satu-satunya yang terlintas di pikiran para Elf adalah sang Velaryon. Dia akan kembali. Entah untuk membangkitkan klan Jade, a
Lembah itu bukanlah sebuah padang rumput hijau yang ditumbuhi rumput segar, melainkan daratan luas dengan ilalang coklat kekuningan yang melambai di terba hembusan angin musim gugur. Rachel bangkit dari tidurnya dan menatap sekeliling, kosong. Tidak ada siapapun disana selain dirinya. Gadis itu bangkit dari tempatnya dan berjalan secara acak.Rachel mendengar suara aliran sungai tak jauh dari tempatnya jadi gadis itu menuruni lembah untuk mencari asal suara. Tak jauh dari tempatnya, terlihat seorang gadis tengah duduk seorang diri di atas sebuah batu di tepi sungai. Gadis itu menatap aliran sungai deras di depannya sambil sesekali melempar kerikil kecil ke tengah sungai. Wajah gadis itu terlihat sendu namun bukan memancarkan sorot kesedihan. Rachel tidak dapat mendeskripsikan ekspresi gadis itu, tapi Rachel merasakan sebuah emosi yang tidak dapat dipahami ketika menatap wajah gadis itu.Rachel masih diam di tempatnya ketika gadis itu mengangkat wajahnya dan menatap ke
Kenneth tengah duduk sambil menatap wanita di depannya. Di samping kiri Kenneth, Elise tengah duduk dengan wajah bingung setelah mendengar percakapan kedua sosok itu. Begitu juga dengan George, Robin, dan juga Samantha.“Apakah dia Velaryon?” tanya Kenneth pada Lady Reagen.Wanita itu tersenyum pada Kenneth dan menggeleng pelan. Hal itu membuat Kenneth bertambah gusar. Pemuda itu mengecup pelan kepalanya dan mengalihkan padangan untuk membuang nafas.“Jadi, petunjuk apa yang Anda maksud hari itu?”“Sepertinya kau melupakan tujuan awalmu sendiri, Tuan Alaric.”Kenneth menggeleng. Dia tidak menyukai percakapan yang terlalu berbelit seperti ini. Ketidaksabaran jelas terlihat pada ekspresi pemuda itu sehingga tanpa sadar Elise menggenggam tangannya. Kenneth melihat tangan Elise yang meraihnya dan menyadari tatapan cemas para sahabatnya.“Dulu, kau bertanya padaku bagaimana cara mendapatkan kedamaian di t
Ketika seluruh kerajaan Crator tengah gusar dengan ketakutan mereka atas ramalan Putri Emerald, kaln Redcok justru tengah tenang dan damai dengan kabar tersebut. Tidak terlihat raut khawatir atau terkejut mendengar berita tersebut. Justru mereka terlihat sekana tengah mempersiapkan diri untuk menunggu kedatangan sosok tersebut.Setelah pertarungan di kota Abendbrise, clan Redrock mengalami kekalahan besar. Bahkan Tuan Muda yang merupakan calon penerus pemimpin mereka hampir kehilangan nyawa dalam pertarungan itu. Untung saja hari itu, pemimpin Redrock juga hadir di sana sehingga mereka bisa menyelamatkan sang Tuan Muda dari tangan kematian. Namun tetap saja, pemuda itu terluka parah dan hampir tewas. Dia bahkan harus dirawat oleh sepuluh orang tabib khusus untuk menjaga nyawanya tetap berada di tubuhnya.Kini, Lucian Dorgon hanya bisa menatap dengan was was ketika satu-satunya pewaris yang dimilikinya hampir kehilangan nyawa karena gadis itu. Gadis yang telah diremehka
Ethan tengah berada di ruang belajarnya seorang diri untuk memilah beberapa buku dan dokumen lamanya untuk dia simpan atau dia singkirkan. Di Atas meja kayu jati yang kokoh itu Ethan membolak-balik kertas dan memeriksa satu per satu respondennya. Hingga dia menemukan sesuatu yang tidak seharusnya berada di sana.“Tuan Muda,” seru seorang pelayan mengejutkan Ethan.Ethan dengan sigap mengambil kertas di depannya dan segera menutupinya dengan buku lain yang juga kebetulan berada di meja itu.“Ada apa?”Pelayan itu melihat gerakan tergesa Ethan tapi memilih diam tak berani bertanya.“Tuan Dorgon menunggu Anda di ruangannya,” jawab pelayan itu menyampaikan pesan dari sang Paman.
Sebenarnya bukan satu dua kali Ethan menyadari gelagat aneh pamannya. Bahkan sudah terlalu sering Ethan melihat pria paruh baya itu bertindak berlawanan dengan apa yang seharusnya dia lakukan. Ethan masih mengingat jelas ketika kedua orang tuanya dulu masih hidup, Pamannya adalah sosok yang sangat tegas dan adil. Dia mampu membantu ayahnya memimpin Redrock dan menjaga perdamaian di dalamnya. Namun, sejak ayahnya meninggal Ethan sikap Pamannya berubah 180 derajat. Ethan kadang merasa sangat asing dengan pamannya itu.“Ethan!”Sebuah suara yang akrab di pendengaran Ethan terdengar memanggil namanya. Ethan berbalik dan melihat Lucian Dorgon berjalan mendekatinya bersama Lucinda.“Bagaimana lukamu?” tanya Lucian.“Sudah l