Beranda / Urban / Jaksa Penghukum Dari Dunia Bawah / Bab 5 : Hadiah Gadis Cantik Untuk Dante

Share

Bab 5 : Hadiah Gadis Cantik Untuk Dante

Penulis: Tenderwhitesan
last update Terakhir Diperbarui: 2024-08-20 20:26:39

Setelah kejadian penyelamatan itu, Dante mengetahui bahwa NEXUS telah berhasil mempertahankan rekaman dari semua CCTV di area kejadian, meskipun rekaman itu sengaja di hilangkan atas perintah seseorang. NEXUS, dengan kemampuan canggihnya, merekam setiap detail dari kejadian, termasuk wajah-wajah para penyerang dan aksi heroik Dante.

Ketika rekaman itu akhirnya diputar oleh otoritas penjara, tidak ada keraguan mengenai identitas para pelaku. Setiap tahanan yang terlibat dalam serangan terhadap Lorenzo dikenali dengan jelas. Mereka tidak bisa mengelak, dan sanksi hukuman segera menimpa mereka.

Namun, malam itu juga, keadilan yang lebih kelam datang menjemput mereka. Di tengah kegelapan malam, masing-masing tahanan yang terlibat dalam serangan terhadap Lorenzo ditemukan tewas di dalam sel mereka.

Mereka tidak dibiarkan mati dengan cara yang mudah, beberapa di antaranya dicekik, sementara yang lain menunjukkan tanda-tanda kekerasan yang brutal. Investigasi awal tidak menemukan tanda-tanda perlawanan atau keterlibatan penjaga, yang berarti pembunuhan ini dilakukan oleh orang-orang yang sangat terampil, orang-orang yang setia pada Lorenzo.

Kabar tentang kematian para penyerang menyebar dengan cepat di dalam penjara. Semua orang tahu siapa yang bertanggung jawab, meskipun tidak ada yang berani mengatakannya secara terbuka.

Itu adalah peringatan keras bagi siapa saja yang berniat melawan Lorenzo, bahkan di balik jeruji besi, kekuasaan dan pengaruhnya tidak bisa diabaikan.

Setelah kejadian itu, Lorenzo mulai memandang Dante dengan cara yang berbeda. Apalagi setelah dia secara diam-diam menyelidiki asal usul dan riwayat hidup Dante sebagai seorang jaksa yang berakhir di penjara. Karena sebuah skema.

Bukan hanya sekadar seorang tahanan atau teman satu sel, Lorenzo kini menganggap Dante sebagai adiknya. Keberanian dan kemampuan yang ditunjukkan Dante dalam situasi berbahaya tersebut membuat Lorenzo yakin bahwa Dante adalah seseorang yang bisa dipercaya dan diandalkan.

Pengaruh Dante tidak hanya dirasakan oleh Lorenzo, tetapi juga oleh semua tahanan yang setia kepadanya. Secara bertahap, mereka mulai menunjukkan sikap hormat kepada Dante, mengakui bahwa dia bukanlah seseorang yang bisa diremehkan.

Dalam waktu singkat, Dante yang sebelumnya dianggap lemah dan tidak berdaya, kini dipandang sebagai bagian dari lingkaran dalam Lorenzo.

Dengan NEXUS di sisinya semua akan lebih mudah. Kekuatannya terus tumbuh, begitu pula pengaruhnya di dalam penjara.

***

Malam itu, suasana di dalam penjara berbeda dari biasanya. Penjaga-penjaga yang biasanya ketat dan dingin, terlihat lebih longgar, seolah ada sesuatu yang membuat mereka lebih santai.

Di sudut penjara, di sebuah ruangan yang lebih bersih dan luas daripada sel-sel biasa, Lorenzo duduk di atas sofa kulit yang terlihat mewah untuk ukuran penjara. Dua gadis cantik dengan gaun yang memukau dan sexy tampak sedikit canggung di tengah lingkungan yang asing.

Di ruangan itu hanya ada mereka berempat.

Seorang gadis berada di pelukan Lorenzo, dan satu orang lagi berdiri di samping mereka.

Lorenzo menatap Dante yang baru saja masuk ke dalam ruangan itu dengan tatapan penuh penghargaan. "Dante saudaraku, aku belum sempat mengucapkan terima kasih yang pantas untukmu," ujar Lorenzo dengan suara berat namun hangat. "Kau telah menyelamatkan hidupku, dan untuk itu, aku ingin memberikan sesuatu yang spesial."

Dante memandang gadis yang sedang berdiri dengan sedikit bingung. "Tuan Lorenzo apa maksud anda?" Tanya Dante sambil sedikit terbatuk dan memegang dadanya. Wajahnya terlihat menahan sakit.

Dia harus berakting menjadi seorang penyakitan, karena rusuknya yang retak dan belum diobati. Semua orang menganggap itu suatu keajaiban.

Tapi terkadang Dante lupa jika dia harus terlihat sakit. Selalu Nexus yang mengingatkannya.

Lorenzo menghisap cerutunya dalam-dalam lalu menghembuskannya. “Dante, kita sudah bersumpah sebagai saudara. Kenapa kau masih memanggilku Tuan?”

“Maaf kak, aku hanya belum terbiasa,” jawab Dante sedikit terbatuk.

Lorenzo tersenyum lebar, matanya berbinar dengan kesenangan. "Baiklah aku mengerti. Aku sudah memesan obat untukmu, aku yakin kau bisa sembuh,” Lorenzo mengetuk abu pada asbak.

“Tapi bagaimanapun juga kau harus menerima hadiahku, Dante. Gadis cantik ini aku memesannya sendiri dari ibukota. Jangan kuatir, dia masih bersegel. Aku tidak mungkin memberikan barang bekas kepada adik sekaligus penyelamatku. Dia di sini untuk menghiburmu, menghilangkan sedikit beban di bahumu. Malam ini, dia milikmu. Nikmatilah.” Lanjut Lorenzo.

Gadis itu mendekat, dia memeluk lengan Dante dengan lembut. Meski sedikit ragu, Dante bermaksud untuk menolak secara halus. Namun, aura ketulusan dari gadis itu, Dante bisa merasakannya. Dia di sini bukan atas kemauan sendiri, tapi karena dia mengerti siapa yang sedang dilayani.

“Tapi kak, aku…” Dante terbatuk. “Kakak tahu bagaimana keadaan fisikku, bukan aku tidak mau…”

“Sst…” Lorenzo meletakkan telunjuk di bibirnya sendiri. “Gadis cantik, malam ini layani adikku dengan baik. Kau yang harus bekerja keras, jangan sampai adikku kelelahan, kau mengerti?”

Gadis itu mengangguk dengan patuh.

Lorenzo melambaikan tangannya, dan penjaga yang baru saja masuk mengantar Dante dan gadis itu ke sebuah pintu di belakang mereka.

"Ruangan ini telah aku siapkan khusus untukmu. Aman, nyaman, dan jauh dari gangguan. Nikmatilah, Saudaraku. Ini hanya bagian kecil dari rasa terima kasihku." Kata Lorenzo

Dante terdiam sejenak, memikirkan tawaran yang ada di depannya. Dia tahu apa yang dilakukan Lorenzo, mencoba membangun ikatan dan kepercayaan yang lebih dalam antara mereka. Dan meskipun hatinya masih penuh dengan amarah dan keinginan untuk balas dendam, Dante mengerti permainan ini. Dia tersenyum tipis, lalu mengangguk.

"Kau benar-benar tahu cara memberi hadiah, kak Lorenzo," jawab Dante dengan suara rendah, akhirnya memutuskan untuk menerima tawarannya. Gadis itu tersenyum, sementara Lorenzo tertawa kecil, merasa puas karena telah memperlakukan Dante dengan cara yang sesuai dengan caranya.

Ruangan itu memiliki satu tempat tidur queen size, dengan fasilitas lengkap, dengan kamar mandi.

Hanya ada mereka berdua. Dante merasa gugup. Selama 26 tahun hidupnya hanya fokus diisi dengan belajar dan mengejar karir. Tidak ada waktu untuk pacaran dan mengejar para gadis.

Singkatnya, dia belum pernah melakukannya.

“Ruangan ini bersih Dante, tidak ada kamera tersembunyi.” Jelas Nexus. “Apa kau ingin privasi? Aku bisa mematikan sistem dan membiarkan kalian berdua.”

“Apa maksudmu?”

Saat Dante berbalik, dia terkejut, “Tunggu sebentar, eh, bagaimana kalau kita ngobrol dulu?” Kata Dante gugup sambil memalingkan wajah, ini pertama kalinya dia melihat seorang gadis hanya memakai handuk.

Gadis itu teringat pesan bos besar, jadi dia mulai bertindak agresif. Tubuh Dante di dorong ke belakang, membuat kasur bergoyang. Lalu dia merangkak di atasnya.

“Dengar Tuan, jika kau menolak, maka mereka tidak akan membayarku. Saat ini aku sedang butuh uang,” kata gadis itu sambil meletakkan jarinya di bibir Dante mencegahnya untuk bicara.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Jaksa Penghukum Dari Dunia Bawah   Bab 97 : "Alex, kau sangat hebat!"

    Keadaan di alun-alun desa masih kacau. Polisi dan anak buah Matteo saling baku tembak, sementara warga desa berlarian mencari perlindungan. Di tengah kekacauan itu, Matteo menarik Lorenzo dengan paksa, menyeretnya keluar dari kerumunan. "Kau ikut denganku, Lorenzo," desis Matteo, mencengkeram lengan Lorenzo dengan kuat. "Kali ini kau tidak akan bisa lari dariku." Lorenzo, dengan wajah bingung dan polos, hanya mengeluh pelan. "Kepalaku sakit... Lepaskan aku, aku mau kembali ke Alex." "Diam!" Matteo membentak, menarik Lorenzo lebih kasar. Sementara itu, Dante yang masih berlutut dengan tangan terikat meronta dengan marah. "Alfonso! Tolong lepaskan aku, cepat!" Serunya dengan nada mendesak. Alfonso berlari mendekat, dengan tangan gemetar melepaskan ikatan di pergelangan Dante. "Mereka membawa Lorenzo pergi," katanya cemas. Begitu tangannya bebas, Dante bangkit dengan tergesa, tubuhnya masih terasa lemah akibat luka-lukanya. "Nexus," gumamnya, suaranya rendah dan dingin. "Pulih

  • Jaksa Penghukum Dari Dunia Bawah   Bab 96 : Melindungi Dante

    Matteo menghentikan gerakannya, menoleh dengan alis terangkat. Dari kerumunan, seorang pria berlari dengan langkah tidak stabil ke tengah alun-alun. Rambutnya panjang, kusut, menutupi sebagian wajahnya yang kotor. Tapi saat dia mendekat, Matteo terkejut."Lorenzo? Kau masih hidup?" Gumam Matteo dengan nada tidak percaya. Lorenzo berdiri di depan Dante, kedua lengannya terbuka lebar, seperti ingin melindungi sahabatnya. Wajahnya tampak polos, bahkan matanya menunjukkan kebingungan seperti anak kecil. "Tidak! Jangan pukul temanku!" Katanya dengan suara melengking. Dante yang sudah setengah sadar mengangkat kepalanya perlahan, melihat Lorenzo berdiri di depannya. "Enzo…?" Bisiknya pelan, matanya melebar. Matteo menatap Lorenzo dengan ekspresi bingung, lalu tiba-tiba tertawa keras, penuh kemenangan. "Jadi ini benar kau, Lorenzo? Pemimpin besar Serigala Malam? Lihat dirimu sekarang, tidak lebih dari seorang idiot yang bahkan tidak tahu bagaimana melindungi dirinya sendiri!" Lorenzo

  • Jaksa Penghukum Dari Dunia Bawah   Bab 95 : Menangkap Dante

    Warga desa menjerit dan menangis, beberapa mencoba berlutut dan memohon kepada Matteo. "Kami tidak tahu apa-apa! Tolong lepaskan kami" Seru seorang pria tua dengan suara bergetar. "Diam!" Bentak Matteo, menendang pria tua itu hingga jatuh ke tanah. Dante, yang bersembunyi di balik tumpukan karung jerami, menahan emosi. Dia mengatur napas, matanya menyipit memandang Matteo dari kejauhan. "Nexus, beri aku rute terbaik untuk mendekatinya, tanpa membahayakan warga desa," bisik Dante dalam hati. "Aku akan mengalihkan perhatian penjaga terdekat," jawab Nexus. "Bersiaplah." Sementara Matteo terus mengancam, Dante memanfaatkan keributan itu untuk melumpuhkan dua penjaga lainnya dengan cepat. Dia bergerak seperti bayangan, melumpuhkan setiap target tanpa suara. Ketika Matteo sadar bahwa hampir semua anak buahnya lenyap, dia menjadi semakin panik dan marah. "Keluar kau, pengecut!" Teriaknya lagi, kali ini sambil melepaskan tembakan ke udara. "Aku pasti akan menangkap dan mencincang

  • Jaksa Penghukum Dari Dunia Bawah   Bab 94 : Menyelamatkan Warga Desa

    Pagi itu, Lorenzo masih belum sadarkan diri. Alfonso seperti biasa mengganti perban dengan telaten."Dia sangat kuat," ujar Alfonso sambil mengikat perban dengan hati-hati. "Tapi kondisinya tetap harus diawasi. Luka barunya cukup dalam." Dante menghela nafas panjang, "Aku tahu Enzo kuat, tapi tetap saja... melihatnya seperti ini membuatku merasa bersalah."Alfonso menoleh, menepuk bahu Dante dengan lembut. "Kau sudah melakukan lebih dari cukup, anak muda. Kadang, kita hanya bisa menunggu dan berharap."Sambil membereskan kotak obat, Alfonso kembali bicara, “Ngomong-ngomong, tadi di pasar, Rose mendengar berita yang sedang hangat dibahas warga desa, yaitu tentang kediaman Ernesto yang terbakar habis bersama semua penghuninya,” Alfonso melirik Dante, “Alex apa kau yang…”“Kakek, apa menurutmu mereka tidak pantas menerima hukuman dari kejahatan mereka terhadap kalian selama ini?”“Tidak, aku tidak bilang begitu. Justru sebaliknya, apa kau tahu jika warga desa menganggap orang yang sudah

  • Jaksa Penghukum Dari Dunia Bawah   Bab 93 : "Hanya Mayat Yang Tidak Bisa Bicara"

    Dante mengangkat kedua tangannya perlahan, tapi matanya tetap menatap Ernesto tanpa rasa takut. "Kau lupa satu hal, Ernesto," kata Dante dengan suara rendah. "Untuk menghadapi orang sepertimu, aku tidak pernah bermain adil." Detik berikutnya, lampu di ruangan itu mendadak padam, suasana menjadi gelap gulita, dan suara perintah dari Nexus terdengar di kepala Dante. "Sekarang!" Kemampuan indra penglihatan Dante yang bisa melihat dalam gelap kembali aktif.Pertarungan sengit pun dimulai, Dante bergerak cepat seperti hantu di antara bayangan samar, anak buah Ernesto tumbang satu per satu, sementara Nexus terus memandu langkahnya. Meski kalah jumlah, Dante tidak akan menyerah sampai Lorenzo aman. “Kalian sudah melihat wajah Lorenzo, hanya mayat yang tidak akan banyak bicara. Jadi kalian semua harus mati,” gumam Dante.Dante memanfaatkan amunisi dan bahan peledak yang disimpan di kediaman Ernesto. Setelah memastikan Lorenzo berada di tempat aman, Dante menyalakan sumbu peledak dan me

  • Jaksa Penghukum Dari Dunia Bawah   Bab 92 : Menyelamatkan Lorenzo

    Langkah Dante dan Mariana terhenti ketika melihat sesuatu yang tidak biasa. Pintu rumah terbuka lebar, dan barang-barang terlihat berserakan di halaman depan. "Ya Tuhan, apa yang terjadi?" Tanya Mariana dengan suara gemetar. Dante mempercepat langkahnya, meletakkan belanjaan di teras, dan langsung menuju pintu masuk. "Tetap di belakangku," katanya tegas, melindungi Mariana dari kemungkinan bahaya. Saat mereka masuk, pemandangan di ruang tamu membuat Dante terkejut. Meja kayu kecil terbalik, kursi-kursi berserakan, dan beberapa pecahan gelas berserakan di lantai. Tidak jauh, Alfonso tergeletak di lantai dengan wajah penuh luka dan napas tersengal. "Kakek!" Dengan panik Mariana berlari mendekat, berlutut di samping Alfonso. Rose, yang duduk di lantai memegangi kepala Alfonso di pangkuannya, menangis tersedu-sedu. "Mereka datang secara tiba-tiba... mereka melukai Alfonso dan mengambil Enzo," katanya dengan suara gemetar. "Apa yang terjadi? Siapa mereka?" Tanya Dante sambil mem

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status