Home / Urban / Jaksa Penghukum Dari Dunia Bawah / Bab 4 : Menyelamatkan Bos Mafia

Share

Bab 4 : Menyelamatkan Bos Mafia

last update Last Updated: 2024-08-20 16:12:21

Mereka memuji kondisi penjara yang "baik" dan "manusiawi," meskipun di balik kata-kata mereka, ada ketakutan yang tidak bisa diungkapkan.

Walaupun kondisinya buruk tapi atas perintah seseorang, Dante tidak diizinkan mendapat perawatan yang seharusnya.

Setelah beberapa hari menjalani ‘perawatan,’ dokter akhirnya memutuskan bahwa Dante cukup stabil untuk dikembalikan ke penjara. Mereka menyatakan bahwa meskipun kondisinya masih perlu dipantau, dia sudah bisa kembali ke sel dengan pengawasan ketat.

Kembali ke penjara, Dante ditempatkan di sel yang lebih baik, jauh dari sel isolasi yang suram. Ruangan yang lebih besar, lebih terang, dan lebih nyaman dibandingkan sebelumnya.

Di dalamnya, ada seorang tahanan lain yang sudah menunggu, seorang pria berusia paruh baya dengan tatapan tajam dan tubuh penuh tato. Namanya Lorenzo Sabatini, seorang kriminal berpengalaman yang dikenal kejam dan tanpa ampun.

Lorenzo melihat Dante dengan tatapan penuh selidik ketika dia masuk. "Kau yang baru dipindahkan dari sel isolasi itu, ya?" tanya Lorenzo dengan suara rendah dan sedikit mencemooh.

Dante mengangguk, masih menjaga penampilannya yang lemah dan sakit. "Ya... aku baru saja keluar dari rumah sakit," jawabnya pelan, menatap Lorenzo dengan mata yang tampak lelah.

Lorenzo mengamati Dante beberapa detik sebelum akhirnya mengangguk pelan. "Baiklah, kita akan lihat bagaimana kamu bertahan di sini," katanya sambil tersenyum tipis, seolah-olah sedang menilai apakah Dante layak dihormati atau hanya akan menjadi mangsa di antara para tahanan.

Dante, sebagai seorang jaksa, sudah sangat familiar dengan reputasi Lorenzo. Sebelum ditangkap, Lorenzo adalah bos mafia yang dikenal sebagai pemimpin jaringan kriminal terbesar dan paling berpengaruh di dunia. Organisasi yang dia pimpin memiliki cabang di berbagai negara, terlibat dalam segala macam kegiatan ilegal mulai dari perdagangan obat terlarang, senjata, perdagangan manusia, hingga pencucian uang. Bahkan setelah ditangkap dan dipenjara, Lorenzo tetap menjalankan bisnisnya dengan lancar dari balik jeruji penjara. 

Dante tahu betapa berbahayanya Lorenzo. Ketika mendapati bahwa mereka ditempatkan dalam sel yang sama, Dante tidak bisa menahan rasa waspada. Namun, dia juga tahu bahwa ini bisa menjadi kesempatan besar baginya. Dengan kemampuan NEXUS, Dante bisa menggali lebih dalam tentang jaringan Lorenzo dan mungkin, memanfaatkan informasi itu untuk keuntungannya sendiri.

Suatu hari, ketika Dante sedang beristirahat di dalam sel, NEXUS tiba-tiba mengaktifkan fungsi pengintainya. Melalui gelombang radio dan sinyal yang bertebaran di udara, NEXUS menangkap percakapan rahasia antara beberapa tahanan di bagian lain penjara. Dante, yang terbiasa dengan kejutan-kejutan dari NEXUS, segera berfokus pada percakapan tersebut.

"Lorenzo harus dihabisi," suara seorang tahanan terdengar dingin melalui gelombang yang diterima oleh NEXUS.

"Ya, bos di luar tidak mau dia terus hidup. Terlalu berbahaya kalau dia tetap bisa menjalankan bisnisnya dari sini," balas suara lainnya.

Dante mengepalkan tangan. Informasi ini tidak bisa diabaikan. Ada sekelompok orang yang merencanakan untuk membunuh Lorenzo, kemungkinan besar, ini adalah perintah dari rival atau orang dalam organisasi yang ingin mengambil alih kekuasaan. Ancaman ini nyata, dan jika Lorenzo mati, akan ada kekacauan besar, tidak hanya di dalam penjara tapi juga di luar.

"NEXUS, bisakah kau mendapatkan detail lebih lanjut tentang siapa yang terlibat?" tanya Dante dengan pikiran tegang.

"Aku sedang mencoba melacak asal-usul sinyal dan mendapatkan lebih banyak informasi," jawab NEXUS. "Namun, percakapan ini sangat terenkripsi. Akan membutuhkan waktu untuk menguraikannya."

Dengan bantuan NEXUS, Dante berhasil melacak detail lebih lanjut tentang rencana pembunuhan Lorenzo. Melalui intersepsi komunikasi dan pengawasan digital yang dilakukan NEXUS, Dante mengetahui bahwa serangan itu akan terjadi di salah satu sudut terpencil penjara, tempat yang jarang diawasi oleh petugas. Waktunya sudah ditentukan dengan cermat, beberapa saat setelah penghuni penjara selesai makan malam, ketika para penjaga biasanya lengah.

Rencana Dante jelas. Dia akan menyelamatkan Lorenzo pada saat kritis, berharap tindakan ini akan membuat sang bos mafia memberinya kepercayaan. Dengan kepercayaan itu, Dante bisa mendapatkan akses ke dalam jaringan kriminal Lorenzo dan memanfaatkannya untuk rencananya sendiri.

Namun, ketika waktu yang dinantikan tiba, segalanya tidak berjalan sesuai rencana. Setelah makan malam, Dante dengan hati-hati mengikuti jejak Lorenzo yang diarahkan ke tempat yang sepi, seperti yang sudah dia duga. 

Namun, meski dia sudah mempersiapkan diri, ada sesuatu yang membuatnya terlambat, seorang petugas menyuruhnya untuk mengangkat dan memindahkan banyak barang seorang diri.

Ketika Dante sampai di tempat kejadian tersebut, dia melihat Lorenzo sudah dikeroyok oleh beberapa tahanan. Pria itu terpojok di sudut, babak belur dan berdarah, berusaha bertahan hidup melawan serangan yang bertubi-tubi.. 

Salah satu penyerang, seorang tahanan yang bertubuh besar dan berwajah beringas, mengeluarkan senjata buatan sendiri, sebuah sikat gigi yang dipatahkan menjadi tajam, siap untuk menusukkan alat tersebut ke tubuh Lorenzo.

"Lorenzo!" teriak Dante, saat dia berlari menghampiri, tetapi dia terlambat. Tahanan itu sudah bergerak, siap untuk menikam.

Dalam hitungan detik, Dante bertindak tanpa berpikir panjang. Dia melompat ke depan, tubuhnya menghantam tahanan yang hendak menyerang. Tangan Dante dengan reflek terangkat untuk menahan serangan itu, dan ujung tajam sikat gigi itu menembus telapak tangannya, membuat darah mengalir deras. Rasa sakitnya tajam, tapi Dante tidak goyah.

Lorenzo, yang sudah hampir pingsan, hanya bisa melihat dengan mata setengah tertutup ketika Dante, dengan tangan yang terluka, mendorong tahanan itu menjauh darinya. Meskipun Dante berhasil melindungi Lorenzo, dia tahu bahwa ini belum berakhir. 

"NEXUS, aktifkan alarm sekarang!" perintah Dante dalam pikirannya.

Tanpa ragu, NEXUS segera meretas sistem keamanan penjara, menyalakan alarm darurat yang nyaring di seluruh gedung. Alarm itu langsung menarik perhatian para petugas penjara yang bergegas ke tempat kejadian. Tahanan-tahanan yang sedang mengeroyok Dante segera melarikan diri saat itu juga, meninggalkan Lorenzo dan Dante yang terkapar di lantai.

Para penjaga tiba dalam waktu singkat, mengamankan situasi dan mengendalikan para tahanan yang terlibat. Mereka segera membawa Lorenzo dan Dante yang terluka ke klinik penjara. 

Di klinik, Lorenzo menatap Dante dengan tidak percaya, antara terkejut dan kebingungan. Dia tidak mengerti mengapa seseorang yang baru saja ditemui, mau mempertaruhkan nyawa untuk menyelamatkannya. 

Dante, tetap berpura-pura lemah, memberikan senyuman tipis kepada Lorenzo, dan berkata, “Aku hanya kebetulan lewat. Lagi pula kita adalah rekan satu sel, jika kau sampai mati, aku takut roh gentayanganmu akan terus menghantuiku.” Celetuk Dante dengan nada bercanda.

Mereka terkekeh bersama.

Dia tahu bahwa rasa terima kasih dan kepercayaan dari Lorenzo adalah langkah pertama menuju rencana besarnya. Dengan tangan yang berdarah dan rasa sakit yang terus berdenyut, Dante sudah memenangkan langkah pertama dalam permainan berbahaya ini.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Jaksa Penghukum Dari Dunia Bawah   Bab 97 : "Alex, kau sangat hebat!"

    Keadaan di alun-alun desa masih kacau. Polisi dan anak buah Matteo saling baku tembak, sementara warga desa berlarian mencari perlindungan. Di tengah kekacauan itu, Matteo menarik Lorenzo dengan paksa, menyeretnya keluar dari kerumunan. "Kau ikut denganku, Lorenzo," desis Matteo, mencengkeram lengan Lorenzo dengan kuat. "Kali ini kau tidak akan bisa lari dariku." Lorenzo, dengan wajah bingung dan polos, hanya mengeluh pelan. "Kepalaku sakit... Lepaskan aku, aku mau kembali ke Alex." "Diam!" Matteo membentak, menarik Lorenzo lebih kasar. Sementara itu, Dante yang masih berlutut dengan tangan terikat meronta dengan marah. "Alfonso! Tolong lepaskan aku, cepat!" Serunya dengan nada mendesak. Alfonso berlari mendekat, dengan tangan gemetar melepaskan ikatan di pergelangan Dante. "Mereka membawa Lorenzo pergi," katanya cemas. Begitu tangannya bebas, Dante bangkit dengan tergesa, tubuhnya masih terasa lemah akibat luka-lukanya. "Nexus," gumamnya, suaranya rendah dan dingin. "Pulih

  • Jaksa Penghukum Dari Dunia Bawah   Bab 96 : Melindungi Dante

    Matteo menghentikan gerakannya, menoleh dengan alis terangkat. Dari kerumunan, seorang pria berlari dengan langkah tidak stabil ke tengah alun-alun. Rambutnya panjang, kusut, menutupi sebagian wajahnya yang kotor. Tapi saat dia mendekat, Matteo terkejut."Lorenzo? Kau masih hidup?" Gumam Matteo dengan nada tidak percaya. Lorenzo berdiri di depan Dante, kedua lengannya terbuka lebar, seperti ingin melindungi sahabatnya. Wajahnya tampak polos, bahkan matanya menunjukkan kebingungan seperti anak kecil. "Tidak! Jangan pukul temanku!" Katanya dengan suara melengking. Dante yang sudah setengah sadar mengangkat kepalanya perlahan, melihat Lorenzo berdiri di depannya. "Enzo…?" Bisiknya pelan, matanya melebar. Matteo menatap Lorenzo dengan ekspresi bingung, lalu tiba-tiba tertawa keras, penuh kemenangan. "Jadi ini benar kau, Lorenzo? Pemimpin besar Serigala Malam? Lihat dirimu sekarang, tidak lebih dari seorang idiot yang bahkan tidak tahu bagaimana melindungi dirinya sendiri!" Lorenzo

  • Jaksa Penghukum Dari Dunia Bawah   Bab 95 : Menangkap Dante

    Warga desa menjerit dan menangis, beberapa mencoba berlutut dan memohon kepada Matteo. "Kami tidak tahu apa-apa! Tolong lepaskan kami" Seru seorang pria tua dengan suara bergetar. "Diam!" Bentak Matteo, menendang pria tua itu hingga jatuh ke tanah. Dante, yang bersembunyi di balik tumpukan karung jerami, menahan emosi. Dia mengatur napas, matanya menyipit memandang Matteo dari kejauhan. "Nexus, beri aku rute terbaik untuk mendekatinya, tanpa membahayakan warga desa," bisik Dante dalam hati. "Aku akan mengalihkan perhatian penjaga terdekat," jawab Nexus. "Bersiaplah." Sementara Matteo terus mengancam, Dante memanfaatkan keributan itu untuk melumpuhkan dua penjaga lainnya dengan cepat. Dia bergerak seperti bayangan, melumpuhkan setiap target tanpa suara. Ketika Matteo sadar bahwa hampir semua anak buahnya lenyap, dia menjadi semakin panik dan marah. "Keluar kau, pengecut!" Teriaknya lagi, kali ini sambil melepaskan tembakan ke udara. "Aku pasti akan menangkap dan mencincang

  • Jaksa Penghukum Dari Dunia Bawah   Bab 94 : Menyelamatkan Warga Desa

    Pagi itu, Lorenzo masih belum sadarkan diri. Alfonso seperti biasa mengganti perban dengan telaten."Dia sangat kuat," ujar Alfonso sambil mengikat perban dengan hati-hati. "Tapi kondisinya tetap harus diawasi. Luka barunya cukup dalam." Dante menghela nafas panjang, "Aku tahu Enzo kuat, tapi tetap saja... melihatnya seperti ini membuatku merasa bersalah."Alfonso menoleh, menepuk bahu Dante dengan lembut. "Kau sudah melakukan lebih dari cukup, anak muda. Kadang, kita hanya bisa menunggu dan berharap."Sambil membereskan kotak obat, Alfonso kembali bicara, “Ngomong-ngomong, tadi di pasar, Rose mendengar berita yang sedang hangat dibahas warga desa, yaitu tentang kediaman Ernesto yang terbakar habis bersama semua penghuninya,” Alfonso melirik Dante, “Alex apa kau yang…”“Kakek, apa menurutmu mereka tidak pantas menerima hukuman dari kejahatan mereka terhadap kalian selama ini?”“Tidak, aku tidak bilang begitu. Justru sebaliknya, apa kau tahu jika warga desa menganggap orang yang sudah

  • Jaksa Penghukum Dari Dunia Bawah   Bab 93 : "Hanya Mayat Yang Tidak Bisa Bicara"

    Dante mengangkat kedua tangannya perlahan, tapi matanya tetap menatap Ernesto tanpa rasa takut. "Kau lupa satu hal, Ernesto," kata Dante dengan suara rendah. "Untuk menghadapi orang sepertimu, aku tidak pernah bermain adil." Detik berikutnya, lampu di ruangan itu mendadak padam, suasana menjadi gelap gulita, dan suara perintah dari Nexus terdengar di kepala Dante. "Sekarang!" Kemampuan indra penglihatan Dante yang bisa melihat dalam gelap kembali aktif.Pertarungan sengit pun dimulai, Dante bergerak cepat seperti hantu di antara bayangan samar, anak buah Ernesto tumbang satu per satu, sementara Nexus terus memandu langkahnya. Meski kalah jumlah, Dante tidak akan menyerah sampai Lorenzo aman. “Kalian sudah melihat wajah Lorenzo, hanya mayat yang tidak akan banyak bicara. Jadi kalian semua harus mati,” gumam Dante.Dante memanfaatkan amunisi dan bahan peledak yang disimpan di kediaman Ernesto. Setelah memastikan Lorenzo berada di tempat aman, Dante menyalakan sumbu peledak dan me

  • Jaksa Penghukum Dari Dunia Bawah   Bab 92 : Menyelamatkan Lorenzo

    Langkah Dante dan Mariana terhenti ketika melihat sesuatu yang tidak biasa. Pintu rumah terbuka lebar, dan barang-barang terlihat berserakan di halaman depan. "Ya Tuhan, apa yang terjadi?" Tanya Mariana dengan suara gemetar. Dante mempercepat langkahnya, meletakkan belanjaan di teras, dan langsung menuju pintu masuk. "Tetap di belakangku," katanya tegas, melindungi Mariana dari kemungkinan bahaya. Saat mereka masuk, pemandangan di ruang tamu membuat Dante terkejut. Meja kayu kecil terbalik, kursi-kursi berserakan, dan beberapa pecahan gelas berserakan di lantai. Tidak jauh, Alfonso tergeletak di lantai dengan wajah penuh luka dan napas tersengal. "Kakek!" Dengan panik Mariana berlari mendekat, berlutut di samping Alfonso. Rose, yang duduk di lantai memegangi kepala Alfonso di pangkuannya, menangis tersedu-sedu. "Mereka datang secara tiba-tiba... mereka melukai Alfonso dan mengambil Enzo," katanya dengan suara gemetar. "Apa yang terjadi? Siapa mereka?" Tanya Dante sambil mem

  • Jaksa Penghukum Dari Dunia Bawah   Bab 91 : Mengurus Enzo

    "Aku tidak akan ke mana-mana," jawab Dante sambil duduk di kursi dekat kasur.Dalam pikirannya, Dante bertanya lagi pada Nexus. "Apa yang bisa aku lakukan agar dia cepat sembuh?""Beri dia waktu," jawab Nexus. "Semakin sering dia merasa aman, semakin cepat otaknya akan pulih. Tapi ini bukan proses yang instan." Dante menghela napas panjang, menatap Lorenzo yang perlahan tertidur dengan ekspresi damai dan polos. "Kau adalah Lorenzo yang legendaris, kenapa jadi begini?" gumamnya pelan. "Aku janji akan membantumu kembali menjadi dirimu kembali." ***Pagi itu, Dante berdiri di samping Lorenzo, menatap sahabat sekaligus bosnya yang kini tampak begitu berbeda. Lorenzo masih memeluk lututnya, wajahnya menatap ke jendela dengan ekspresi polos, seperti anak kecil yang tidak peduli pada dunia. "Ayo, Enzo," ujar Dante sambil menepuk pundaknya dengan lembut. "Kita perlu membersihkan badanmu hari ini." Lorenzo mengalihkan pandangan, wajahnya terlihat bingung. "Mandi?" Tanyanya dengan suara

  • Jaksa Penghukum Dari Dunia Bawah   Bab 90 : Perubahan Lorenzo

    Pria itu mendengus kesal, lalu memutar badan dan pergi, meninggalkan kedua anak buahnya yang masih tergeletak. "Bawa mereka!" Perintahnya kepada anak buah lain yang menunggu di pinggir desa. Setelah para preman pergi, Dante mengikuti keluarga Alfonso masuk ke dalam rumah. Kakek mengunci pintu dengan tergesa-gesa, wajahnya penuh kekhawatiran. Di ruang tengah, mereka duduk mengelilingi meja kayu kecil. "Bisakah kakek memberitahuku apa yang sebenarnya terjadi?" Tanya Dante. Alfonso menghela napas panjang, menatap Mariana yang masih menangis ketakutan di pelukan neneknya. "Mereka adalah anak buah Don Ernesto, seorang saudagar kaya yang memiliki banyak kekuasaan di desa ini." "Don Ernesto?" Dante mengernyit. "Kenapa dia ingin membawa Mariana?" Rose, mulai berbicara dengan suara sedih. "Semua ini dimulai dua tahun lalu," katanya sambil menggenggam tangan Mariana. "Ernesto datang ke Alfonso dengan tawaran uang untuk membantu perkebunan kami yang hampir bangkrut. Dia bilang itu hadiah

  • Jaksa Penghukum Dari Dunia Bawah   Bab 89 : Membantu Keluarga Alfonso

    Suasana makan malam di rumah Alfonso terasa hangat, meski hujan deras masih mengguyur di luar. Dante duduk di meja makan, menikmati sup ayam lezat yang membuat perutnya hangat."Dari mana asalmu, Alex?” Tanya Alfonso sambil menyeruput supnya. "Aku... dari kota," jawab Dante singkat. Identitas mereka harus di rahasiakan.Mariana tersenyum kecil, menatap Dante dengan rasa ingin tahu. "Kota itu seperti apa? Aku ingin sekali pergi ke kota, tapi kakek tidak pernah memberikan izin,” katanya pelan. Sebelum Dante menjawab, terdengar ketukan di pintu depan. "Siapa yang datang malam-malam begini?" Gerutu Alfonso sambil bangkit dari kursinya. Dengan kewaspadaan seperti biasa, Alfonso membuka pintu, dan seorang wanita tua berdiri di sana. Tubuhnya basah oleh hujan, rambutnya sedikit acak-acakan, tapi wajahnya terlihat ramah. Dia memegang sebuah keranjang kecil yang tertutup kain, dengan senyuman di wajahnya. "Bukankah aku sudah katakan padamu untuk pulang besok pagi?” Kata Alfonso dengan

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status