Share

Bab 4 Jalan

Author: Shakeel
last update Last Updated: 2025-01-18 13:37:35

Pagi itu, Amel sudah mandi dan sedang merias diri di depan kaca. Amel sedang memikirkan ajakan Ipul. Entah, Amel harus menghubungi Ipul dan bilang setuju atau tidak. Yang membuat Amel bingung, karena Amel melihat kedekatan Ipul dengan Santi. Tapi banyak yang mengatakan Santi bukan pacar Ipul.

Saat Amel bengong tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu dari luar.

“Mel, ada teman yang cariin kamu?” Suara dari balik pintu.

“Siapa, Ma?” tanya Amel saat pintu sudah terbuka. Ternyata suara tadi suara Mama Dina, Mamanya Amel.

“Pacar kamu kali, Mel. Mama baru lihat sekarang. Ya, udah temuin dulu biar kamu tahu,” jawab Mama Dina lalu meninggalkan Amel.

"Masa Ipul, tapi tahu rumahku dari mana? Yang tahu rumah ku, kalau enggak Yana ya Gilang. Mereka juga cuma tahu gang aja karena searah sama rumah mereka,” gumam Amel sendirian di dalam kamar.

Amel masih memikirkan siapa yang datang. Amel mengecek handphone-nya, tapi tidak ada pesan atau panggilan telepon. Akhirnya, amel keluar kamar dan bertemu orang itu.

“Ehem, Ipul? Kok, bisa tahu rumah ku?” tanya Amel saat tahu orang itu Ipul.

“Rumah kamu ada di maps, Mel. Aku cari saja,” jelas Ipul.

Jawaban Ipul membuat Amel masih bingung dari mana Ipul tahu, Amel merasa Ipul sedang berbohong. Ya, Ipul memang menjawab asal, karena sebenarnya kemarin sore Ipul sengaja mengikuti Amel saat Amel pulang. Makanya, sekarang Ipul bisa sampai rumah Amel.

Ipul memang sengaja melakukan itu, karena mungkin saja Amel menolak untuk pergi bersamanya. Jika sudah begini Amel pasti mau diajak ke luar.

“Enggak usah bingung, sana siap-siap,” ucap Ipul yang melihat Amel masih bengong.

“Iya, aku ambil tas dulu bentar, kamu mau minum dulu enggak?” tawar Amel.

“Enggak usah keburu siang.”

Amel mengangguk dan melangkah pergi mengambil tas. “Ayo, aku sudah siap,” ajak Amel sambil melangkah ke luar rumah.

“Kalian mau ke luar?” tanya Mama Dina yang saat itu sedang berada di teras.

“Iya, Tante, izin bawa Amel jalan-jalan. Boleh kan, Tan?” tanya Ipul.

“Boleh, kalian hati-hati, jangan pulang terlalu sore, ya,” jawab Mama Dina dengan senyum ramah.

“Iya, Ma. Assaalamuallaikum,” ucap Amel seraya bersalaman dengan Mama Dina dan diikuti Ipul.

“Waalaikumsalam.”

Ipul memasangkan helm untuk Amel lalu mereka menaiki motor dan pergi. Di sepanjang jalan, Amel hanya diam saja, berharap Santi tidak tahu jika Amel jalan dengan Ipul. Amel memang tahu mereka tidak pacaran, tapi sepertinya Santi memiliki perasaan lebih terhadap Ipul.

Ipul mengajak Amel jalan-jalan di sebuah mall. Ipul mengajak Amel bermain di time zone, Amel terlihat sangat ceria, dia melupakan hal yang dari tadi dia pikirkan.

Sampai akhirnya, mereka memutuskan untuk mencari makan. “Kita makan dulu sebelum pulang, kamu mau?” Tanya Ipul kepada Amel.

“Boleh, ayo, di mana?” tanya Amel kembali.

“Ke cafe langganan aku saja, tempatnya enak, makanannya juga enak,” ajak Ipul meraih tangan Amel.

Mereka berjalan menuju parkiran dan langsung ke tempat yang Ipul maksud.

“Pemandangannya bagus, adem tempatnya,” gumam Amel yang terdengar Ipul.

“Iya, kan? Belum masuk saja kamu sudah suka. Yuk masuk,” ajak Ipul yang selalu menggandeng tangan Amel.

Amel yang baru sadar dari tadi tangannya selalu digandeng Ipul saat jalan, merasa nyaman.

“Ternyata jalan sama Ipul enak, orangnya juga asyik,” ucap Amel di dalam hati.

Ipul memilih meja di ruang terbuka, meja yang Ipul pilih juga berhadapan langsung dengan pemandangan yang indah.

“Mau pesen apa, Mel? Di sini banyak makanan enak,” ucap Ipul sambil memberikan Amel buku menu.

“Ehem, apa ya, bingung jadinya,” jawab Amel dengan senyuman.

“Nasi goreng enak, Mel, tinggal pilih yang mana, atau enggak mie juga rekomen disini,” jelas Ipul sambil menunjuk gambar pada menu.

“Mie saja deh aku, Mie bakar pedas keju level tiga, minumnya jus alpukat,” jawab Amel memberikan buku menu kepada Ipul.

“Mbak!” Ipul melambaikan tangan memanggil pelayan.

Pelayan datang, Ipul menjelaskan apa saja menu yang mereka pesan. Pelayan dengan senyum ramah meminta mereka menunggu.

“Mel.”

“Pul.”

Mereka memanggil berbarengan.

“Kamu dulu, Mel, kenapa?” tanya Ipul mengalah.

“Aku mau ke toilet dulu, ya,” ucap Amel.

"Owh, ya, toiletnya di sana,” jawab Ipul menunjuk ke arah toilet.

“Sabar, tunggu waktu tepat,” gumam Ipul sendirian setelah Amel pergi.

Di toilet setelah Amel selesai dengan urusannya, Amel menyempatkan mengirim pesan kepada Eni. Amel menceritakan jika Amel jalan bersama Ipul, Amel juga menanyakan apakah Eni yang memberitahu alamat rumah Amel kepada Ipul.

Lima menit Amel menunggu, tapi Eni belum juga membalas pesannya. “Mungkin Eni kerja, sudah biarin,” gumam Amel lalu melangkah keluar dari toilet. “Maaf, lama ya,” ucap Amel setelah sampai di meja kembali.

“Enggak apa-apa, cewek biasa gitu,” jawab Ipul tersenyum.

“Tadi mau ngomong apa, Pul?” tanya Amel. “Ehem, sebenarnya ada yang mau aku omongin sama kamu,” jawab Ipul dengan sedikit gugup.

“Ngomong aja, kok kayak gugup gitu sih.” Amel tampak tersenyum tipis seraya mengerutkan kening.

Ipul baru saja mau mengucapkan sesuatu, tapi tiba-tiba pelayan datang mengantar pesanan mereka. “Silakan di nikmati, Kak. Jika ada yang mau dipesan kembali panggil kami saja, mari,” ucap pelayan dengan senyum ramah.

“Iya, Kak, terima kasih. Ayo, Mel, makan dulu,” ajak Ipul kepada Amel.

“Ngomong dulu aja enggak apa-apa,” pinta Amel dengan nada penasaran.

“Sudah makan dulu ayo, keburu dingin nanti enggak enak,” timpal Ipul akhirnya Amel menikmati pesanannya.

Mereka menikmati pesanan sambil sesekali ngobrol santai. Ipul juga menanyakan apa Amel senang diajak jalan. Amel bercerita jika Amel senang di ajak Ipul jalan, Amel juga merasa ngobrol dengan Ipul seru. Amel juga memuji Ipul, Amel mengatakan jika Ipul itu orang yang asyik dan bisa menghibur. Ipul merasa senang dengan apa yang Amel rasakan.

“Semoga saja Amel juga suka aku,” gumam Ipul dalam hati sambil tersenyum.

“Kok, senyum-senyum sendiri, ada apa?” tanya Amel merasa heran.

“Oh, enggak apa-apa, aku cuma seneng denger kamu seneng aku ajak jalan, ya sudah habisin makanannya,” sahut Ipul sedikit salah tingkah.

Mereka menghabiskan makanan mereka tanpa ada obrolan lagi. Tiba-tiba ponsel Amel berdering, Amel meminta izin mengangkat telepon.

“Mama yang telepon, suruh aku pulang, soalnya mau ada perlu,” kata Amel setelah telepon mati.

“Ya, sudah ayo aku antar pulang.”

“Tapi tadi kamu mau ngomong belum jadi, Pul,” tanya Amel ingat jika Ipul mau ngomong sesuatu.

“Gampang, kapan-kapan lagi saja, ayo nanti keburu Mama ngambek,” ajak Ipul lalu berdiri menuju parkiran. Akhirnya, mereka memutuskan untuk pulang.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Jalan Menuju Jodohku   Bab 36 Mengejutkan

    Semalam Sandi sudah memberikan undangan untuk pihak keluarga Amel. Rencananya hari ini akan membagikan undangan itu ke teman-temannya, tak terlupakan juga ke tempat kerja lamanya. Orang tua Amel juga sudah menyiapkan nama-nama yang akan mereka undang. "Mah, aku hari ini mau keluar, mau sebar undangan ke teman-teman," ucap Amel kepada Mama Dina di meja makan. "Iya, hati-hati ya, ayah tadi sudah mulai bawa undangannya," jawab Bu Dina. Mereka lalu menikmati sarapan dalam diam. Setelah semua selesai, Amel berpamitan, dia mengendarai motornya sendiri. Amel menemui Indra, teman sekolahnya di SMP dan SMA dulu. Dia minta tolong kenapa indra untuk menyebarkan undangan pernikahannya. Sebenarnya bisa saja Amel menyebarkannya sendiri tapi Mama Dina meminta Amel untuk minta tolong ke orang saja. Sementara untuk ke tempat kerja lama Amel yang akan datang sendiri. Sebelumnya, Amel sudah janjian dengan Indra di coffe shop dekat taman kota. Amel datang mencari Indra sepertinya belum keliatan,

  • Jalan Menuju Jodohku   Bab 35 Bahagia

    Semua persiapan pernikahan Amel dan Sandi sudah hampir siap, undangan juga siap dibagikan. Acara akad nikah akan diadakan di masjid dekat rumah Amel dan hanya dihadiri dari keluarga. Untuk resepsi kedua mempelai dan keluarga sudah setuju jika resepsi akan diadakan di gedung kota. Baju pengantinnya sendiri sudah diberikan Om Aryo sebagai kado pernikahan mereka. Om Aryo memberikan yang terbaik untuk mereka. "Terima kasih, Om, aku suka banget sama gaunnya," ucap Amel di saat Om Aryo menyuruh Amel mencobanya. "Iya, Yo, cantik," lirik Sandi yang masih di dengar mereka. "Untuk ponakan om pasti harus yang bagus," jelas Om Aryo."Aku juga kalau nikah mau dong om dibuatkan gaun," sela Mila, karyawan butik. "Emang kamu mau nikah sama siapa, Mil. Jomblo aja mikir nikah," ledek Om Aryo terseyum.Mereka semua tertawa tapi Mila malah cemberut. Melihat itu, Sandi ikut bicara."Nanti aku pinjemin gaun terbaik toko ini buat kamu, tapi kalau kamu mau miliki ada syaratnya," ucap Sandi melirik Amel.

  • Jalan Menuju Jodohku   Bab 34 Kabar bahagia

    Tiga bulan kemudian. Amel terbangun dengan senyum bahagia, melihat cincin yang melingkar dijarinya. Semalam Sandi telah melamarnya dan mereka akan melangsungkan pernikahan bulan depan. Kedekatannya dengan Sandi selama ini bisa membuat Amel membuka hati. Walaupun Sandi ke butik hanya seminggu dua atau tiga kali, tapi itu membuat mereka sering ketemu dan saling nyaman. Dua bulan yang lalu, Sandi menyatakan perasaannya kepada Amel, tanpa di sangka Amel menerimanya. Kala itu, Amel bilang kepada Sandi jika dia serius Amel ingin segera menikah, daripada harus pacaran berlama-lama. Sandi setuju dengan Amel, karena usia Sandi yang juga sudah matang dan Sandi sudah yakin kepada Amel. Dia berjanji akan segera melamarnya, dan tadi malam Sandi menepati janjinya. Dia membawa hampir semua keluarganya datang ke rumah Amel dan melamarnya. Acara berlangsung lancar dan sudah ditetapkan satu bulan lagi mereka akan menikah. Hubungan Amel sendiri dengan orang tua dan adik Sandi baik, mereka sudah saling

  • Jalan Menuju Jodohku   Bab 33 Temu kangen

    Sandi melajukan mobilnya menuju butik. Setelah kejadian saat berpamitan tadi, Sandi dan Amel tidak terlihat bicara, mereka diam saja. "Mel," "Mas," Ucap mereka bersamaan. "Kenapa, Mel, kamu dulu aja," ucap Sandi. "Apa masih jauh, kok nggak sampai-sampai?" Tanya Amel padahal hatinya ingin menanyakan hal lain. "Sebentar lagi, di ruko jalan merpati itu lho ruko kita. Kamu tau kan?" jelas Sandi dan bertanya kepada Amel letak ruko. "Oh, iya, Mas. Mas mau ngomong apa tadi?" "Nggak jadi, Mel," Sandi tersenyum melihat Amel. Keadaan di dalam mobil kembali sunyi, Sandi mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang. *** Di tempat lain, persahabat Ipul, Yana, Gilang, dan Supri tidak membaik. Mereka kini terlihat asing satu sama lain. Tapi untuk menyapa Supri mereka masih mau, tidak dengan yang lain. Mereka masih mau berteman dengan Supri karena mereka tidak ada yang tahu perasaan Supri terhadap Amel. Yang mereka tahu Supri berpacaran dengan Eni. Entah apa jadinya jika mereka tahu peras

  • Jalan Menuju Jodohku   Bab 32 Pengakuan

    Aryo berpamitan dulu karena masih ada kepentingan. Amel dan Sandi juga sudah berada di dalam mobil Sandi, mereka akan menuju rumah Aryo. Sebenarnya Sandi juga sudah tahu rumah Aryo hanya saja untuk mengambil barang-barang memang perlu Amel yang masih saudara Aryo. Di dalam mobil mereka hanya diam saja, tidak ada yang mau membuka obrolan lebih dulu. Amel duduk di samping Sandi, Sandi yang meminta itu. Tadinya, Amel mau duduk di belakang tapi Sandi bilang dia seperti supir. Akhirnya Amel mengalah dan pindah ke depan. "Pak, bisa mampir pom bensin dulu. Saya ingin ke toilet," pinta Amel tanpa menoleh ke Sandi. "Boleh, kebetulan di depan ada pom bensin," ucap Sandi lalu menuju pom bensin. Mobil yang Sandi kendari belok ke pom bensin, berhenti di dekat toilet. "Saya ke toilet dulu, Pak," ucap Amel lalu keluar dari mobil. Sandi mengangguk dia juga keluar dari mobil dan menuju mini market. Dia membeli beberapa minuman dingin dan cemilan. Sandi menenteng kantung kresek dan menyimpanny

  • Jalan Menuju Jodohku   Bab 31 Teman Om Arya

    Pagi itu, Amel sedang bersiap-siap, dia merias wajahnya dengan sentuhan bedak tipis. Amel terlihat cantik, dia menggunakan kemeja berwana pink dipadukan dengan hijab berwarna hitam dan menggunakan rok panjang hitam. Amel terlihat begitu anggun, dia tidak seperti biasanya yang menggunakan celana panjang."Cantik sekali putri ayah ini," puji Pak Edi memuji Amel karena dimatanya hari ini terlihat segitu anggun."Emang biasanya Amel nggak cantik, Yah?" kesal Amel. "Hari ini kamu beda, Sayang. Oya, Om Aryo jemput kamu?" "Nggak, Yah, Om Aryo sedikit telat. Amel di suruh datang duluan ke cafe biru,""Kamu janjian di cafe biru? Bareng ayah saja kita searah," pinta Pak Edi tersenyum."Sarapan sudah siap, lagi ngobrolin apa sih tumben aku," ucap Bu Dina yang baru datang dari dapur membawa beberapa hidangan. "Aku bantu siapin, Mah, Mama duduk aja," Amel melangkah ke dapur mengambil beberapa makanan yang sudah siap. Setelah semua siap, mereka menikmati sarapan pagi itu dengan tenang. Hanya su

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status