Home / Romansa / Jalan Menuju Jodohku / Bab 31 Teman Om Arya

Share

Bab 31 Teman Om Arya

Author: Shakeel
last update Last Updated: 2025-05-17 18:01:40

Pagi itu, Amel sedang bersiap-siap, dia merias wajahnya dengan sentuhan bedak tipis. Amel terlihat cantik, dia menggunakan kemeja berwana pink dipadukan dengan hijab berwarna hitam dan menggunakan rok panjang hitam. Amel terlihat begitu anggun, dia tidak seperti biasanya yang menggunakan celana panjang.

"Cantik sekali putri ayah ini," puji Pak Edi memuji Amel karena dimatanya hari ini terlihat segitu anggun.

"Emang biasanya Amel nggak cantik, Yah?" kesal Amel.

"Hari ini kamu beda, Sayang. Oya, Om Aryo jemput kamu?"

"Nggak, Yah, Om Aryo sedikit telat. Amel di suruh datang duluan ke cafe biru,"

"Kamu janjian di cafe biru? Bareng ayah saja kita searah," pinta Pak Edi tersenyum.

"Sarapan sudah siap, lagi ngobrolin apa sih tumben aku," ucap Bu Dina yang baru datang dari dapur membawa beberapa hidangan.

"Aku bantu siapin, Mah, Mama duduk aja," Amel melangkah ke dapur mengambil beberapa makanan yang sudah siap.

Setelah semua siap, mereka menikmati sarapan pagi itu dengan tenang. Hanya su
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Jalan Menuju Jodohku   Bab 31 Teman Om Arya

    Pagi itu, Amel sedang bersiap-siap, dia merias wajahnya dengan sentuhan bedak tipis. Amel terlihat cantik, dia menggunakan kemeja berwana pink dipadukan dengan hijab berwarna hitam dan menggunakan rok panjang hitam. Amel terlihat begitu anggun, dia tidak seperti biasanya yang menggunakan celana panjang."Cantik sekali putri ayah ini," puji Pak Edi memuji Amel karena dimatanya hari ini terlihat segitu anggun."Emang biasanya Amel nggak cantik, Yah?" kesal Amel. "Hari ini kamu beda, Sayang. Oya, Om Aryo jemput kamu?" "Nggak, Yah, Om Aryo sedikit telat. Amel di suruh datang duluan ke cafe biru,""Kamu janjian di cafe biru? Bareng ayah saja kita searah," pinta Pak Edi tersenyum."Sarapan sudah siap, lagi ngobrolin apa sih tumben aku," ucap Bu Dina yang baru datang dari dapur membawa beberapa hidangan. "Aku bantu siapin, Mah, Mama duduk aja," Amel melangkah ke dapur mengambil beberapa makanan yang sudah siap. Setelah semua siap, mereka menikmati sarapan pagi itu dengan tenang. Hanya su

  • Jalan Menuju Jodohku   Bab 30 Pamit

    "Ada masalah mukamu kusut, ledek seseorang itu."Maaf, Pak, anda hanya duduk, kenapa anda mau tahu urusan saya," kesal Amel."Kita nggak lagi dalam bekerja, panggil saja Sandi, nggak usah Pak, umur saja juga belum tua-tua banget," jelas Sandi.Ya, seseorang itu Sandi, cowok yang selalu bikin Amel kesal saat ketemu."Aku bisa dengerin curhat kamu," lanjut Sandi."Dih, anda nggak akan paham, bikin kesal saja," ucap Amel lalu pergi begitu saja. Sandi hanya menatap tersenyum melihat kepergian Amel.Akhirnya, Amel memutuskan pergi ke rumah Eni. Dia memang butuh teman curhat.Beruntung Eni ada di rumah dan belum berangkat karena rencananya dia akan keluar. ***Setelah dari rumah Amel, Ipul duduk di balkon kamarnya. Dia sadar, kebersamaannya selama ini dengan Amel membuat Amel kecewa. Sekarang dia akan belajar ikhlas untuk melepas Amel. Dia yakin suatu saat dia akan disatukan lagi dengan Amel. Di tangannya, dia memegang album foto yang berisikan fotonya dengan Amel. Ipul senang memotret m

  • Jalan Menuju Jodohku   Bab 29 Bertemu lagi

    Waktu cepat berlalu, sudah satu bulan ini semua sudah berjalan normal, Gilang sudah masuk kerja kembali, tapi tidak dengan hubungan persahabatan mereka. Hubungan mereka menjadi kacau. Santi juga tidak mendapatkan Ipul, sikap Ipul menjadi cuek kepada siapapun. Sementara Yana hanya dekat saja tapi tak juga bisa memiliki Amel. Amel menutup hatinya, Amel selalu bilang dia belum siap untuk pacaran lagi. Yana dan Gilang sudah pernah mengungkapkan isi hatinya tapi tak ada yang Amel terima. Amel masih mau berteman dengan mereka tapi tidak untuk pacaran. Terlihat beberapa kali Amel jalan dengan Yana, bahkan pernah juga dengan Gilang. Rasa cemburu dalam diri Yana dan Gilang membuat mereka juga enggan dekat satu sama lain. Mereka sekarang sudah seperti musuh. Sedangkan Supri, dia memilih membuka hatinya untuk wanita lain, yaitu Eni. Seringnya pertemuan mereka membuat keduanya memiliki rasa. Supri juga sudah jujur tentang jika dia suka Amel kepada Eni, tapi Supri berjanji sedang berusaha melupaka

  • Jalan Menuju Jodohku   Bab 28 Bubar

    Setibanya di rumah, Amel melihat seorang sedang duduk di teras rumahnya. Dia yakin itu Ipul. "Aku harus hadapi, kalau aku menghindar terus semua nggak selesai," Amel bergumam sendirian. Amel memarkirkan motornya di tempat biasa, dia lalu menghampiri Ipul, dia tersenyum lalu duduk. "Aku mau ngomong sama kamu, Mel," pinta Ipul to the point. "Apa yang mau di bahas lagi, Kak, semua sudah jelas, untuk saat ini aku sudah memutuskan, aku ingin sendiri," jelas Amel tanpa melihat ke arah Ipul. "Kenapa, Mel? Apa karena Gilang?" Gesak Ipul. "Nggak ada hubungannya sama Gilang. Nggak usah bawa-bawa Gilang, Gilang itu murni kecelakaan," geram Amel . "Terus kenapa, Mel, tolong jelasin," pinta Ipul. Amel terlihat menarik nafas panjang lalu Amel mengambil handphonenya menujukkan sesuatu kepada Ipul. "Nih, lihat sendiri, sesudah lihat pergi dari sini, aku nggak mau lihat kakak lagi," jelas Amel menunjukkan sebuah rekaman video kepada Ipul. Beberapa hari yang lalu, sebelum Amel memutuskan se

  • Jalan Menuju Jodohku   Bab 27

    Keeseokan paginya, Amel berangkat lebih awal. Tapi tidak untuk bekerja, hari ini Amel memutuskan untuk izin bekerja. Dia belum siap untuk ketemu Ipul."Mah, aku jalan dulu ya. Aku hari ini izin, Mah, aku mau ke rumah Gilang. Kalau ada yang datang cari aku bilang aja aku sudah berangkat kerja, jangan bilang aku ke rumah Gilang ya, Mah. Pinta Amel kepada Bu Dina. "Kamu lagi ada masalah, Sayang?" Tanya Bu Dina lembut. "Nanti aku ceritain, Mah. Sekarang aku buru-buru, ingat ya, Mah, jangan bilang-bilang kalau ada yang cari aku," pamit Amel mencium tangan dan pipi Bu Dina. "Sarapan dulu, Mel," ucap Bu Dina. "Nanti aku beli aja, Mah, aku buru-buru," ucap Amel mencium tangan dan pipi Bu Dina.Bu Dina hanya menghela nafas panjang melihat Amel, tak berapa lama Pak Edi baru saja keluar dari kamar. "Ada apa, Mah? Kayanya tadi sudah ada suara Amel?" Tanya Pak Edi. "Amel baru saja berangkat, dia buru-buru," jawab Bu Dina. "Ya sudah biarlah, Mah. Mungkin Amel butuh waktu, Mah, kita sarapan b

  • Jalan Menuju Jodohku   Bab 26 Berakhir

    Yana sengaja menemui Amel, ada beberapa hal yang mau Yana bicarakan. Tapi karena Amel capek Amel mengajak Yana ke taman dekat rumahnya. Di sana, Yana membahas tentang Gilang. Yana sudah mendengar kondisi Gilang tapi Yana menduga Gilang hanya pura-pura supaya bisa dekat dengan Amel. Amel tidak percaya sama Yana, Amel marah sama perkataan Yana. "Kenapa kamu kaya gitu, Lang. Dokter sendiri yang bilang kondisi Gilang, bukan Gilang," bantah Amel tak suka dengan sikap Yana. "Itu siapa tahu kan, Mel. Jangan langsung percaya gitu aja," ucap Yana.Yana memang punya rencana untuk membuat Gilang hancur di mata Amel, dia mengarang cerita jika Gilang membohonginya. Akhirnya, Amel meninggalkan Yana sendiri, dia merasa kesal dengan sikap Yana, padahal Yana dan Gilang mereka sahabatan. Terdengar suara Yana terus memanggil Amel, tapi Amel tidak peduli dan terus berlari. Yana sebenarnya mengejarnya sampai rumah tapi Amel langsung menutup pintu rumahnya, Yana merasa tidak enak, karena orang tua Ame

  • Jalan Menuju Jodohku   Bab 25 Tidak di sangka

    Pak Edi dan Bu Dina sudah siap untuk menjenguk Gilang. "Mel, ayo berangkat kalau sudah siap," teriak Mama Dina memanggil Amel. Sore itu, mereka sudah merencanakan untuk menjenguk Gilang. "Ayo, Mah, Amel siap," ucap Amel yang sudah rapih. Sesampainya di rumah sakit, Amel yang sudah tahu ruang rawat Gilang langsung menuju ke sana. "Assallammualaikum," ucap Amel sekeluarga. "Waailaikumsalam," jawab semua yang berada di ruangan, ternyata di sana sudah ada Pak Zio, Ipul, dan Supri. Terlihat Gilang juga dalam keadaan tidak tidur tapi dia hanya diam saja. Supri sudah menceritakan keadaan Gilang ke Pak Zio dan Ipul, bahkan kabar kondisi Gilang yang lupa ingatan sudah semua tahu. Mereka semua hanya bisa mendo'akan yang terbaik untuk Gilang. "Om, Nte, ini orang tua, Mel, mau lihat keadaan Gilang," ucap Amel memperkenalkan orang tuanya. Orang tua Gilang menyambung dengan bahagia, bahkan Bu Wati dan Bu Dina terlihat berpelukan. "Apa rasa bersalah Amel begitu dalam, sampai orang tuany

  • Jalan Menuju Jodohku   Bab 24 Sebuah Keputusan

    Di kantin rumah sakit, Amel dan Supri sedang menunggu pesanan mereka tiba. Mereka memesan minuman, makanannya mereka bungkus karena ingin makan bersama di ruang rawat Bu Wati. "Mel, kenapa dari tadi bengong terus?" tanya Supri membuyarkan lamunan Amel."Aku merasa bersalah, Pri. Andai Gilang nggak aku ajak ketemu, pasti sekarang dia masih sehat," ucap Amel mulai meneteskan air mata kembali. Supri hanya bisa menghela nafas panjang, dia paham apa yang Amel rasakan. "Kamu nggak boleh sedih dan terus merasa bersalah gini, Mel. Jika Gilang tahu, dia pasti sedih, aku yakin Gilang nggak akan nyalahin kamu," Supri memberikan semangat kepada Amel. "Maaf, Mas, Mbak, pesanannya sudah siap," tiba-tiba pelayanan memberikan pesanan mereka."Terima kasih, Mbak. Ayo, Mel kita ke ruang Tante lagi," ajak Supri lalu Amel mengikutinya. ***Pak Resa sudah selesai mengurus administrasi ruang rawat Gilang, dan Gilang juga sudah dipindahkan di ruang rawat. Saat itu Gilang sudah sadar, dia terlihat suda

  • Jalan Menuju Jodohku   Bab 23 Lupa ingatan

    Bu Wati memandang Amel masih dengan wajah sedih."Mel, Dokter Rian bilang, Gilang, Gilang cidera di kepala dan kemunginan untuk sementara waktu Gilang lupa ingatan, jelas Bu Wati lemas. Amel yang mendengar itu tak bisa menahan air matanya. Dia langsung memeluk Bu Wati, Amel merasakan badan Bu Wati lemas dan akhirnya Bu Wati pingsan di pelukan Amel. "Nte, Tante," teriak Amel.Mereka semua yang di sana kaget dengan teriakan Amel. "Aku panggil suster," ucap Eni cepat berlari mencari bantuan.Tak lama suster datang membawa ranjang pasien yang di dorong. Bu Wati mendapat perawatan. "Mbak," panggil suster yang keluar dari ruangan perawat Gilang. "Iya, Sus," jawab Eni, Eni saat itu berjalan paling belakang. "Pasien sudah sadar, boleh kalau mau di lihat," jelas Suster. "Iya, Sus, terima kasih. Saya kabari orang tuanya, tadi ibunya pingsan, Sus," jawab Amel menjelaskan. Suster itu mengangguk dan masuk lagi ke dalam.Di depan ruang perawatan Bu Wati. Amel duduk dan masih menangis, di sa

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status