Share

56

Author: Ipak Munthe
last update Last Updated: 2025-08-16 00:09:09

"Nih," Bima memberikan secangkir teh hangat.

"Baik banget," kata Sofia sambil mengeluarkan tangannya dari selimut tebal yang menutupinya. "Makasih ya," tambahnya sambil cengengesan.

Bima kembali duduk di sofa dengan selimut tebal juga.

Sepertinya setelah bermain hujan-hujanan cukup membuat keduanya keinginan.

"Tapi kamu nggak naruh racun di minuman ini, kan?" tanya Sofia tajam.

Baru saja Bima duduk, tapi saat mendengar ucapan itu, ia langsung bangkit dan berjalan mendekati Sofia.

"Kembalikan!" kata Bima.

"Hehehe..." Sofia nyengir kuda sambil menggelengkan kepalanya.

"Kembalikan!" kata Bima lagi, kali ini dengan tegas.

"Aku bercanda, ish... serius banget sih?" balas Sofia.

"Itu menuduh!" jawab Bima kesal.

"Aku bercanda," ulang Sofia sambil berusaha menjauhkan cangkir di tangannya.

Bima ikut naik ke atas ranjang dan mencoba mengambilnya.

Tapi Sofia berusaha keras mempertahankannya. Ia keluar dari dalam selimutnya, dan karena terlalu banyak bergerak, teh pun tumpa
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Janda Ceroboh dan Pengacara Dingin   59

    “Kau!” Bima menunjuk Firman tajam. “Keluar dari rumah ini!” perintahnya. “Hey! Kau tidak bisa mengusirnya!” sahut Erin lantang. “Kenapa tidak bisa?” tantang Bima dengan sorot mata menusuk. “Ini bukan rumahmu!” tegas Erin. Bima menoleh pada Oma, lalu suaranya meninggi. “Oma! Wariskan semuanya padaku sekarang juga, atau tidak usah sama sekali!” “Bima!” Erlangga langsung menarik kerah kaos putranya. “Kau pikir kau siapa, hah?!” geramnya. Bima menepis tangan ayahnya, lalu mundur selangkah. Wajahnya dingin. “Aku pewaris rumah ini, Tuan Erlangga.” Ia kemudian menatap Oma. Namun, Oma buru-buru angkat bicara. “Ayo kita bicarakan baik-baik. Jangan ada lagi yang saling menyakiti," Oma mohon. “Oma,” suara Bima berat. “Mau aku, atau dia, yang tetap tinggal di rumah ini?” Oma menghela napas panjang sebelum berkata, “Erin, untuk sementara… Firman tidak tinggal di sini ya.” “Ma! Sofia itu penyebab semuanya! Harusnya dia yang diusir! Dia pasti mencoba menggoda Firman!” b

  • Janda Ceroboh dan Pengacara Dingin   58

    Tok! Tok! Tok! “Kak Bima!” panggil Lala sambil mengetuk pintu. Tak ada jawaban. Lala pun memberanikan diri masuk. Ia mendapati Bima tertidur di sofa. Tanpa pikir panjang, Lala segera mendekat dan mengguncang tubuhnya. “Kak!!” teriaknya panik. Bima perlahan membuka mata, tampak kebingungan melihat Lala di kamarnya. “Kak, cepat bangun! Sofia sama Firman ada di kamar belakang!” suara Lala gemetar. Mendengar nama Sofia disebut, Bima langsung terperanjat dan bangkit. Wajah Lala yang panik membuatnya semakin khawatir. “Mereka berdua ada di kamar belakang!” ulang Lala buru-buru. Tanpa menunggu penjelasan lebih lanjut, Bima segera melangkah cepat menuju kamar belakang. Ia mencoba memutar gagang pintu—terkunci. Tanpa ragu, Bima langsung mendobraknya. BRAAAK! Bima tertegun melihat pemandangan di hadapannya. Sofia bersama Firman berada di atas ranjang—Sofia bahkan terperangkap di bawah tubuh lelaki itu. Begitu melihat Bima, Firman buru-buru bangkit dengan wajah panik.

  • Janda Ceroboh dan Pengacara Dingin   57

    "Ya 500 juta," Firman pun kembali mengulang ucapannya sambil terus mengamati reaksi Sofia. "Untuk apa?" tanya Sofia tenang. "Untuk kamu agar bisa lepas dari Bima dan..." Firman pun Tersenyum penuh kebanggaan. Tapi Sofia benar-benar sudah muak pada Firman. "Kita bisa bekerja sama," lanjut Firman. Sofia pun Tersenyum. "Kamu mau?" tanya Firman penuh rasa percaya diri. Sofia Tersenyum lalu menggelengkan kepalanya, "Enggak!" katanya mantap. Firman kecewa mendengarnya, padahal sudah berharap besar jika Sofia setuju. "Permisi!" Sofia hendak pergi, tapi Firman malah menahannya lagi dan membuat Sofia harus kembali melihat wajah Firman yang begitu menjengkelkan. "Ayolah... aku juga bisa kasih kamu lebih, kamu bisa minta berapapun yang kamu mau kalau sama aku," bujuk Firman. Tapi tak ada hal yang bisa meluluhkan hati Sofia. "Aku istri Mas Bima, jangan sembaranggan!" balas Sofia. "Ya, pura-pura kan?" "Jangan sembaranggan bicara!" "Aku tahu dan yakin betul, ayolah...

  • Janda Ceroboh dan Pengacara Dingin   56

    "Nih," Bima memberikan secangkir teh hangat. "Baik banget," kata Sofia sambil mengeluarkan tangannya dari selimut tebal yang menutupinya. "Makasih ya," tambahnya sambil cengengesan. Bima kembali duduk di sofa dengan selimut tebal juga.Sepertinya setelah bermain hujan-hujanan cukup membuat keduanya keinginan. "Tapi kamu nggak naruh racun di minuman ini, kan?" tanya Sofia tajam. Baru saja Bima duduk, tapi saat mendengar ucapan itu, ia langsung bangkit dan berjalan mendekati Sofia. "Kembalikan!" kata Bima. "Hehehe..." Sofia nyengir kuda sambil menggelengkan kepalanya. "Kembalikan!" kata Bima lagi, kali ini dengan tegas. "Aku bercanda, ish... serius banget sih?" balas Sofia. "Itu menuduh!" jawab Bima kesal. "Aku bercanda," ulang Sofia sambil berusaha menjauhkan cangkir di tangannya. Bima ikut naik ke atas ranjang dan mencoba mengambilnya. Tapi Sofia berusaha keras mempertahankannya. Ia keluar dari dalam selimutnya, dan karena terlalu banyak bergerak, teh pun tumpa

  • Janda Ceroboh dan Pengacara Dingin   55

    Sesampainya di dalam kamar, pintu langsung tertutup dan Bima menguncinya. Sofia berdiri di tengah kamar dengan tubuh basah kuyup, menunggu Bima masuk. Bima yang baru menutup pintu, meneguk saliva tanpa sadar. Pemandangan Sofia dengan rambut dan pakaian yang menempel di tubuhnya membuatnya sulit mengalihkan pandangan. "Mas, Sofia mau ngomong!" ujarnya tegas. Sejak di taman sampai sekarang, pikirannya hanya berputar pada satu hal—ini harus dibicarakan. "Ngomong aja," sahut Bima santai. "Pokoknya aku nggak mau ada adegan kayak tadi lagi!" tegasnya. Bima mengangkat sebelah alis. Ia tak tahu pasti kemana arah pembicaraan ini, tapi membiarkan Sofia melanjutkan. "Kamu ngerti kan, Mas? Udah dua kali. Dan aku nggak mau dilecehkan!" ucap Sofia, matanya mulai berkaca-kaca. Bima tidak menyangka Sofia memikirkan sejauh itu. Sialnya, ia juga tak bisa berjanji, karena tanpa sadar bibir Sofia sudah mulai jadi candu baginya. "Tidak ada yang melecehkanmu. Aku nggak pernah merendahka

  • Janda Ceroboh dan Pengacara Dingin   54

    Bima hanya tersenyum menunggu permintaannya dituruti oleh Sofia. Siapa yang bisa mendengar teriakan Sofia? Hanya Bima saja. “Kalau kamu nggak mau, sampai pagi kita akan terus di sini seperti ini!” ancam Bima. Sofia benar-benar tidak bisa bergerak. Haruskah dia menuruti keinginan Bima? Meminta ampun? Ah, tidak mungkin! Tapi… siapa yang akan menolongnya di tengah hujan begini? “Ya udah,” ujarnya akhirnya, menyerah terpaksa. Bima tersenyum samar. Akhirnya, wanita keras kepala itu menyerah juga. “Apa? Kamu bilang apa?” tanya Bima, jelas menikmati kemenangannya. Ia tak berniat melepaskan Sofia semudah itu—perjuangan mengejarnya barusan terlalu melelahkan. “Aku minta maaf,” kata Sofia dengan nada tidak tulus. “Kamu ngomong apa?” Bima pura-pura tidak dengar, bahkan mendekatkan telinganya ke mulut Sofia. “MAAF, BUDEK!” pekik Sofia. Bima menahan tawa. “Kamu nggak tulus!” “Aku udah nurut, lepasin sekarang juga!” “Aku bilang minta ampun, lalu minta maaf,” teran

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status