“Ke pasar aja lama banget, sih!? Beli keperluan atau jalan-jalan kamu?!”
Bentakan seorang perempuan paruh baya menyambut kedatangan Regita. Telinganya sudah harus dikepung kebisingan yang berasal dari omelan Malini. Padahal keringat sebiji jagung yang menggantung di pelipisnya akibat perjalanan jauh juga belum sempat ia hapus. Hembusan napasnya juga belum keluar masuk secara teratur.Regita memilih diam karena sadar bahwa Malini adalah ibu mertuanya yang tidak boleh ia lawan. Lagi pula dia sudah cukup terbiasa dengan omelan ibu dari suaminya itu. Bukan sekali itu saja, hampir setiap hari Regita harus mendengarkan kemarahan Malini yang semakin hari semakin kreatif pula alasannya. “Maaf, Ma. Tadi jalannya macet. Bahkan aku sudah turun di tengah jalan dan memilih berjalan kaki agar cepat sampai di rumah,” ujar Regita berusaha menjelaskan kondisi perjalanan yang ditempuhnya.“Banyak alasan kamu ya. Semakin hari kerjamu juga semakin lamban. Seharusnya kamu bersyukur karena Raka mau menikahi yatim piatu tidak jelas seperti kamu. Sekarang hidupmu jadi lebih enak karena menjadi bagian dari keluarga kami. Setidaknya kamu bisa membuat dirimu menjadi sedikit berguna di rumah ini,” hina Malini bahkan mulai menyinggung asal usul Regita.Malini memang selalu membahas tentang status Regita yang merupakan anak yatim piatu. Sejak awal Malini memang tidak menyukai Regita karena tidak punya orang tua. Satu-satunya keluarga yang dimiliki Regita hanya seorang kakak. Malini menganggap Regita tidak sederajat dengan keluarganya. Sebenarnya Regita sudah merasa tidak aneh dimarahi seperti itu. Perkataan dan hinaan Malini memang sangat pedas. Bahkan sampai mengalahkan pedasnya sambal kesukaan Raka.Ya. Raka adalah alasan utama Regita bertahan di sana. Di sebuah rumah yang sebenarnya tak terlalu mewah namun cukup membuat mertuanya menjadi sangat angkuh. Malini selalu menyombongkan kekayaan dan kedudukannya sebagai pengusaha mini market yang sukses di daerah itu. Awal pertemuan Raka dan Regita terjadi saat mereka menempuh pendidikan di kampus yang sama. Salah seorang teman mengenalkan mereka berdua. Lambat laun hubungan mereka berkembang dari sekedar teman hingga berakhir di pelaminan. Sudah terhitung satu setengah tahun mereka menjalani kehidupan pernikahan. Regita sadar sejak awal Malini memang tidak menyukainya. Dia mengira sikap Malini akan berubah lembut seiring berjalannya waktu. Tapi harapannya itu tak pernah terwujud walau seujung kuku. Bahkan sebaliknya, sikap bengis Malini semakin menjadi-jadi. Melihat perlakuan Malini, posisi Regita lebih cocok dianggap sebagai babu dari pada menantu. Tapi berbeda halnya dengan Raka, laki-laki itu selalu bersikap manis pada Regita. Hanya cinta Raka yang menjadi sumber kekuatan Regita untuk bertahan di sana. Raka selalu meminta Regita bersabar menghadapi sikap ibunya. Walau tidak pernah jelas Regita harus menahan kesabaran itu sampai kapan. Raka tidak pernah memperlakukan Regita dengan buruk. Selama satu setengah tahun hidup bersama, Raka selalu memperlakukan Regita dengan lembut. Walau ada satu sifat Raka yang membuat Regita tak suka. Raka adalah sosok laki-laki yang terlalu patuh pada perkataan ibunya. Setiap kali ada masalah antara Malini dan Regita, Raka tidak menunjukkan pendirian yang tegas hendak membela siapa. Dia hanya meminta Regita bersabar dan mengalah pada orang tua. Bahkan tidak hanya Malini, ipar perempuan Regita juga kerapkali ikut campur dalam urusan rumah tangga mereka. Tak jauh berbeda dari mertuanya, sang ipar juga memperlakukan Regita layaknya seorang pembantu. Mereka menganggap Regita hanya menumpang hidup dan keberadaannya harus dimanfaatkan. Malini merasa Raka yang bekerja di perusahaan besar tidak cocok dengan Regita yang hanya memilih menjadi ibu rumah tangga. Padahal sejak awal memang Malini mengatakan ingin menantu yang bisa membantu pekerjaan rumah. Bahkan sebenarnya Regita adalah lulusan sarjana seni. Dia memilih tidak bekerja setelah menikah karena ingin menuruti keinginan sang ibu mertua. Regita berharap pilihannya itu membuat Malini akan menyukai dan menerimanya dengan baik sebagai menantu. Tapi kini Malini justru mengeluhkan Regita yang dianggap tidak dapat mengangkat derajat keluarganya. Terlebih lagi dengan keadaan Regita yang tak kunjung hamil, Malini semakin mencaci maki Regita dan memperlakukan perempuan itu seenaknya. “Eh, kenapa jadi bengong di situ? Lagi pula untuk menarik simpati siapa kau menunjukkan wajah sedih yang dibuat-buat itu? Kalau memang itu bagian dari keahlianmu, kenapa tidak menggunakannya untuk mengiba belas kasih orang-orang di jalanan sana? Bahkan jika menjadi pengemis mungkin keberadaanmu akan lebih berguna bagi kami,” tegur Malini dengan caci maki yang semakin menorehkan luka di hati Regita. Rasanya Regita ingin menangis. Usahanya sama sekali tidak dihargai. Terkadang dia sangat mengimpikan mendengar pujian dari mertuanya walau sekali saja. Dia juga sama seperti perempuan lain yang ingin disayangi oleh ibu mertuanya. Tapi hal itu tidak pernah dia dapatkan sepanjang menjadi istri Raka. “Sabar, Gita. Kamu harus kuat menahan diri demi cintamu pada Raka,” batin Regita memberikan dukungan pada dirinya sendiri. “Jangan hanya diam saja! Lebih baik sekarang kamu ke dapur dan buat masakan yang enak. Ada tamu penting yang akan datang hari ini,” perintah Malini dengan nada membentak.“Memangnya siapa yang akan datang, Ma?” tanya Regita penasaran. Dia memang merasa daftar belanjaan yang diberikan Malini cukup banyak hari itu. Tapi dia tidak diberitahu sebelumnya bahwa akan ada tamu. “Bukan urusan kamu. Sudah jangan banyak tanya. Cepat ke dapur dan masak yang enak. Kalau sampai hidangan belum siap saat tamu itu sudah datang, kamu akan merasakan akibatnya!” kata Malini dengan bengis. Regita hanya bisa menurut dan berlalu menuju dapur. Dia mulai mengerjakan apa yang diperintahkan oleh ibu mertuanya. Dia melakukan semuanya sendirian tanpa ada yang membantu. Setelah masakan siap, Regita langsung menghidangkannya. Pada saat yang sama, Malini kembali datang untuk memeriksa hasil pekerjaan menantunya. Dia bahkan mengoreksi rasa dengan teliti sudah seperti juri lomba memasak di televisi. Melihat dari tingkah Malini, Regita bisa menduga kalau tamu itu benar-benar penting.Tak lama kemudian, deru mobil terdengar berhenti di depan rumah. Kedatangan tamu yang dinantikan itu membuat wajah Malini berubah sumringah. Regita benar-benar penasaran siapa orang yang kedatangannya begitu menggembirakan sang ibu mertua. Regita berniat untuk melihatnya, tapi Malini justru mengusir Regita dari sana. “Cepat masuk ke kamarmu! Mama tidak mau tamu itu tahu kalau mama punya menantu jelek dan dekil seperti kamu. Pergi dan jangan membuat malu!” kata Malini membuat Regita memperhatikan penampilannya sendiri. Regita akui penampilannya memang cukup buruk. Dia hanya mengenakan daster lusuh khas baju dinas ibu rumah tangga. Aroma dapur dan debu-debu dari pasar bercampur jadi satu. Tubuhnya yang belum mandi terasa lengket dengan keringat. Regita menurut dan masuk ke kamarnya. Dia membersihkan diri, berganti baju dan sedikit berdandan agar penampilannya lebih enak dipandang jika tak sengaja dilihat oleh para tamu itu. Saat sedang memoles lipstik tipis di depan cermin rias, Regita mendengar gelak tawa yang ramai. Regita penasaran dengan keseruan yang terjadi. Dia pun mendekati ruang tamu untuk mencari tahu. Dia bisa melihat ada seorang perempuan yang duduk bersebelahan dengan Raka. Dia juga baru tahu kalau Raka ada di sana bersama tamu-tamu ibunya. Ada sepasang perempuan dan laki-laki paruh baya yang juga berada di antara mereka. Regita memperhatikan perempuan cantik yang duduk di dekat suaminya. Dia mulai merasakan gelagat yang aneh saat menyadari ada sikap yang berbeda di antara mereka. Raka dan perempuan itu tampak malu-malu dan saling curi pandang. Ditambah lagi dengan pujian-pujian yang mengatakan bahwa keduanya adalah pasangan serasi. Regita belum mengerti apa yang sebenarnya terjadi hingga dia mendengar pernyataan mengejutkan dari Malini. “Saya merasa terhormat dengan kedatangan bapak dan ibu ke rumah kami. Saya juga sudah tidak sabar ingin segera menjadikan Nadia sebagai menantu. Senang rasanya karena kalian menyambut baik rencana pernikahan putra putri kita yang akan dilaksanakan bulan depan,” kata Malini. Mendengar pernyataan itu membuat perasaan Regita semakin tidak tenang. Dia tidak tahu apa yang sedang direncanakan Malini sebenarnya. Tapi satu yang pasti, sepertinya kali ini dia sudah tidak bisa tinggal diam lagi.“Pernikahan bulan depan? Siapa yang akan menikah?” ujar Regita tiba-tiba menunjukkan diri di hadapan semua orang. Para tamu itu terkejut dan memandang aneh pada Regita. Sementara Malini menunjukkan ekspresi tidak suka karena Regita datang menyela. Raka juga tak kalah kagetnya.“Gita, lebih baik kamu masuk,” kata Raka seolah tidak menginginkan keberadaan Regita di sana. Tapi bukannya pergi, Regita justru semakin mendekat ke arah Raka. Dia memandang laki-laki itu dengan tatapan tak percaya.“Katakan padaku dengan jujur. Apa maksud semua ini? Apa Mas Raka akan menikah lagi?”“Iya. Aku akan menikah dengan Nadia.”“Apa?”Regita benar-benar sakit hati. Dia merasakan pengkhiatan besar setelah mendengar pernyataan Raka. Regita sungguh tidak menyangka bahwa laki-laki yang sangat dicintainya tega membuat keputusan untuk menikahi perempuan lain.Regita bisa terima semua penghinaan Malini selama ini. Tapi satu pengkhianatan dari orang yang dicintai sudah cukup membuat Regita memutuskan untuk berhenti. Tidak ada gunanya lagi dia terus menahan derita di rumah itu. Keberadaannya sama sekali tidak dihargai.Satu-satunya alasan Regita bertahan adalah Raka. Tapi nyatanya sang suami juga menorehkan kecewa. Sebagai laki-laki, Raka tidak bisa bersikap tegas. Raka terlalu mudah diatur oleh ibunya termasuk dalam urusan rumah tangga. Bahkan Raka juga tidak bisa menolak kehendak Malini yang ingin menikahkannya lagi dengan Nadia.Pertahanan Regita sudah berada di ambang batas. Sudah cukup dia merendahkan diri diperlakukan seperti babu di rumah suaminya sendiri. Tapi dia tidak akan pernah berbesar hati menerima poligami. S
“Aku tahu kamu sedang kecewa pada keluarga suamimu. Tapi kenapa kamu melampiaskan kemarahan pada rekanku?” ujar Leonardo setelah berhasil membawa Regita pergi dari café. Mereka sedang berada dalam perjalanan pulang menuju rumah.“Rekanmu itu memang pantas mendapatkannya. Dia tidak menjaga anaknya dengan baik. Ayah macam apa dia,” balas Regita masih menunjukkan kekesalannya pada tingkah laku Marvin. Dia tidak menyangka jika ternyata Marvin adalah rekan bisnis sang kakak. Padahal Regita belum puas menceramahi pria itu tapi Leon sudah lebih dulu menariknya pergi.Leon tidak merespon ocehan Regita lebih lanjut. Dia cukup paham sifat adiknya itu meski sudah dua tahun terakhir mereka tidak tinggal bersama. Mereka berpisah semenjak Regita memutuskan untuk menikahi Raka dan tinggal bersama keluarga suaminya.“Jadi bagaimana? Kau kabur dari rumah suamimu hanya untuk sementara waktu atau untuk seterusnya?” tanya Leon mengalihkan topik pada permasalahan rumah tangga Regita.“Aku tidak mungkin ke
“Selamat pagi, Adikku Tersayang. Bagaimana pestamu semalam? Apakah sangat menyenangkan?” sapa Leon menjadi orang pertama yang Regita lihat saat membuka mata.Regita masih berusaha mengumpulkan kesadarannya. Kepalanya terasa pusing. Dia masih belum ingat sepenuhnya tentang kejadian semalam hingga dirinya berakhir di kamar itu.“Pesta?” ujar Regita lirih dengan ekspresi kebingungan.“Ya. Semalam kau menghabiskan waktu untuk bersenang-senang di club malam. Sayang sekali kalau kau tidak mengingatnya. Semalam kau bahkan diantar pulang oleh seorang pria tampan,” balas Leonardo justru sengaja menggoda.“Apa?” ujar Regita terkejut saat mendengar pernyataan sang kakak.“Aku diantar pulang oleh seorang pria?” kata Regita mengulang pernyataan Leon dalam bentuk pertanyaan. Dia ingat bahwa semalam dia memang pergi ke club. Tapi dia tidak sadar siapa yang sudah mengantarnya pulang ke rumah.“Pasti Joe yang mengantarku ke sini atau mungkin teman-temanku yang lain yang semalam juga ikut ke club,” uca
“Apa yang kau lakukan? Kenapa kau berkata seperti itu di depan semua orang?” ujar Regita setela berhasil menarik Marvin pergi menjauh dari kerumunan. Kini mereka berbicara berdua di tempat yang cukup sepi.Regita benar-benar tidak habis pikir dengan perbuatan Marvin yang mengaku bahwa mereka telah berselingkuh. Sekarang perempuan itu mondar-mandir tidak jelas karena panik. Masalahnya bukan hanya Raka dan Nadia yang mendengar perkataan Marvin tentang perselingkuhan palsu itu.“Seharusnya kamu berterima kasih padaku. Aku sudah membantu agar harga dirimu tidak jatuh di hadapan suamimu dan calon istri barunya itu,” balas Marvin dengan sombongnya.“Astaga! Kau bilang tindakanmu itu membantu? Justru kau semakin menyulitkan hidupku sekarang. Apa kau tidak bisa berpikir panjang sebelum mengambil tindakan? Apa yang akan dipikirkan orang-orang setelah mendengar pengakuanmu tadi,” keluh Regita sembari memijat pelipisnya yang terasa berdenyut.“Kenapa terlalu memikirkan tanggapan orang lain? Biar
“Marvin Marcellino, CEO Waymart berselingkuh dengan perempuan berinisial RA yang merupakan istri dari karyawannya sendiri.”Regita memijat pelipisnya yang terasa pusing karena tidak bisa tidur nyenyak sejak semalam. Pemberitaan tentang dirinya dan Marvin semakin ramai saja. Entah sudah ada berapa artikel dan akun gosip dengan berbagai tagline. Regita juga mengeluhkan kepandaian para wartawan yang berhasil mengambil potret saat Marvin merengkuh pinggang Regita hingga posisi mereka tampak begitu mesra. Sekarang foto itu sudah menyebar ke mana-mana.Semua terjadi akibat pengakuan Marvin di pesta ulang tahun Nathan. Marvin bukan orang biasa sehingga setiap apa yang terjadi dalam kehidupannya akan menjadi daya tarik bagi orang lain termasuk media massa. Acara ulang tahun Nathan sebagai putra seorang pengusaha sukses juga tak luput dari rekaman awak media. Itu sebabnya berita tentang pengakuan perselingkuhan Marvin bisa menyebar dengan cepatnya.Regita gelisah memikirkan pemberitaan yang se
“Anda tidak bisa terus mengabaikan isu perselingkuhan anda yang semakin beredar tidak jelas di media sosial. Anda harus segera mencari jalan keluar untuk menjaga opini publik,” kata Andri, asisten Marvin di kantor.“Kau tahu kan bahwa aku tidak pernah peduli dengan opini orang lain tentang diriku,” bantah Marvin.“Iya saya mengerti. Tapi sekarang masalah ini sudah berdampak pada harga saham perusahaan kita. Saya harus sampaikan kabar ini walau anda tidak akan senang mendengarnya. Beberapa klien juga sudah membatalkan kerja samanya dengan kita akibat gosip itu,” tutur Andri.“Dasar orang-orang aneh. Kenapa mereka bisa begitu terpengaruh dengan gosip murahan dan menjadikannya sebagai alasan untuk memutuskan sebuah kerja sama bisnis,” kata Marvin.“Memang begitulah adanya, Pak. Sekarang apa yang beredar di media sosial termasuk gosip memang sangat mempengaruhi preferensi konsumen. Mereka mengatakan tidak mau bekerja sama dengan perusahaan yang dipimpin oleh pria perebut istri orang.”“Si
“Sudahlah, Sayang. Kita tidak perlu lagi menyembunyikan hubungan kita di hadapan Raka.”“Apa? Sayang?” ujar Regita merasa heran dengan panggilan yang diberikan Marvin pada dirinya.“Iya. Syukurlah kalau sekarang dia sudah tahu segalanya. Kita tidak perlu repot-repot lagi mencari kesempatan untuk bermesraan secara sembunyi-sembunyi. Aku tidak sabar menantikan kalian segera resmi bercerai,” kata Marvin yang diikuti tindakan mengejutkan.Marvin merengkuh tubuh Regita hingga posisi mereka sangat dekat. Regita yang masih kebingungan kalah cepat dengan ulah Marvin yang tiba-tiba mengecup singkat bibir gadis itu. Regita terbelalak tak percaya dengan apa yang pria itu lakukan.Bukan hanya Regita, Raka juga terkejut menyaksikan adegan yang terjadi di hadapannya. Marvin sangat berani mencumbu Regita tepat di depan matanya. Raka semakin terbakar emosi karena hal itu.“Apa yang kau lakukan?” tanya Regita lirih. Dia masih tak mengerti dengan sikap aneh Marvin.“Aku merindukanmu, Sayang” jawab Marv
“Pria kurang ajar! Sudah berani menyentuhku sembarangan tapi malah memarahiku seperti itu. Dia tidak terima saat aku menyebutnya gila perempuan. Memang tidak sadar diri. Aku berharap tidak perlu berurusan dengannya lagi,” keluh Regita sembari menyetir mobil.Perempuan itu baru terlibat pertengkaran dengan Marvin. Setelah kejadian Marvin menciumnya di depan Raka, Regita langsung menyusul ke ruang kerjanya dan melayangkan protes. Tapi Marvin justru memarahi dan membentak Regita dengan kasar.Regita pikir harusnya dia yang marah karena Marvin sudah menyentuhnya tanpa izin. Tapi sebaliknya malah pria itu yang berkata kasar saat Regita membahas tentang mantan istrinya.“Kalau aku punya suami yang gila perempuan seperti Marvin itu, aku pasti juga akan meminta pisah darinya. Aku tidak kuat kalau harus makan hati setiap hari melihat kelakuannya bersama perempuan lain,” ujar Regita membiarkan imajinasinya melayang jauh tentang watak pria kaya seperti Marvin. Padahal dia tidak mengenal dengan p