DIKIRA SOPIR TERNYATA PUTRA PRESDIR

DIKIRA SOPIR TERNYATA PUTRA PRESDIR

last updateLast Updated : 2024-07-01
By:  Wildatuz ZaqiyyahCompleted
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
5 ratings. 5 reviews
46Chapters
3.3Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Baik, tampan, dan bertanggung jawab ternyata masih tak cukup untuk wanita yang haus akan uang, uang, dan uang. Wildan dikhianati Ratih–sang istri–karena ia miskin, tak seperti mantan kekasih Ratih yang bisa membelikan apa yang diinginkan wanita. Namun, siapa sangka jika status Wildan yang sesungguhnya malah terkuak ketika ia telah menyandang status duda dan bekerja sebagai seorang sopir pribadi. Ternyata ia bukan sopir biasa. Ia adalah ....

View More

Chapter 1

1. Menyebut Nama Pria Lain

"Jadi apa pekerjaanmu sampai harus pulang Subuh begini, Ratih?”

Wanita dengan baju kurang bahan itu terkejut. Ia mulai merapatkan jaketnya dan menutup pintu kembali.

“Kau anggap apa aku selama ini?”

“Aku ini suamimu. Aku masih suamimu, Ratih!” Suara Wildan tampak bergetar. “Apa nafkah yang kuberikan kurang? Nafkah lahir? Nafkah batin? Apa semua itu tidak cukup?!”

Ratih selalu bersikap tenang walau ketahuan pulang subuh dengan baju minim. Hal yang sudah biasa baginya dalam dua bulan belakangan ini. Ia mendekat ke hadapan sang suami dengan dagu terangkat.

“Apa? Coba diulang, Mas?” tantang Ratih dengan pongah. “Kamu tanya, nafkah yang kamu berikan kurang? Sangat kurang, Mas. Amat sangat kurang!” lanjut wanita dengan rambut hitam lurus karena rebonding itu.

“Berapa kau memberiku uang dalam sehari? Hanya dua lembar uang warna biru. Seratus ribu.”

“Tapi uang segitu harusnya sudah cukup untuk kita berdua, Ratih. Kita hidup di desa. Anak juga belum ada, kan?”

“Nah, itu dia. Anak.” Telunjuk Ratih menuding wajah suaminya dengan sedikit berayun. “Kamu tadi juga tanya, kan, Mas. Apa nafkah batin darimu kurang? Aku jawab, k-u-r-a-n-g. Amat sangat kurang. Kamu kurang per*kasa.Tiga tahun kita menikah, kenapa tak kunjung juga kita mendapat keturunan? Ha?!”

Urat di wajah tegas Wildan mulai mengencang. Harga dirinya seakan-akan tercecer di lantai saat istrinya berucap soal kurang perkasanya ia.

“Kamu kira aku enggak kesepian sendirian di rumah saat kamu ngojek? Aku butuh hiburan, Mas! Aku pingin punya anak!”

“Tapi bukan lantas kamu keluar rumah, bekerja malam, dan pulang subuh-subuh begini sebagai alasan hiburan! Apa kata tetangga? Mereka bahkan bilang kalau kamu menjajakan diri!”

“Peduli apa sama mereka, Mas? Mereka itu hanya netizen yang bisanya mengomentari hidup orang.”

“Sekarang aku tanya baik-baik, aku tanya kamu sekali lagi. Apa pekerjaan kamu di luar sana?”

“Aku kerja di kafe, Mas. Jadi pelayan kafe. Udah berapa kali aku ngomong begitu?”

“Kafe apa yang tutup sampai subuh begini?”

“Kafenya ada di pinggiran kota. Ya jelaslah tutup dini hari.”

Wildan bukannya tak tahu. Bahkan, tanpa sepengetahuan istrinya, ia membuntuti Ratih sampai ke tempatnya bekerja. Benar, Ratih memang berhenti dan masuk ke sebuah kafe yang cukup besar dan ramai ketika selimut gelap telah membentang. Namun, di kanan bangunan itu berdiri sebuah rumah karaoke, dan di sebelah kirinya merupakan rumah pijat terapi yang sering didatangi para pria. Tentu saja karena para terapis adalah wanita-wanita cantik nan menggoda.

Wildan mengamati tubuh istrinya dari atas sampai bawah. Ratih memang cantik dengan kulit bersih dan tubuh padat berisi di bagian-bagian tertentu. Ia risi melihat istrinya harus bekerja malam hari dengan pakaian tak sopan.

“Dan tolong jelaskan, kafe apa yang menuntut seorang pramusajinya berpakaian layaknya wanita penggoda seperti ini?” lanjut Wildan dengan pandangan menyapu.

Ratih tersenyum miring. Sepertinya sang suami mulai sadar jika ia memang bukan bekerja sebagai pelayan kafe biasa. Ratih hanya menunggu waktu yang tepat untuk memberikan suaminya sebuah kejutan.

“Udahlah, Mas. Aku capek, mau istirahat.”

Ia berlalu meninggalkan suaminya yang sudah rapi dengan pakaian koko, sarung, dan peci hitam. Wildan memang pria taat. Namun, ia seperti gagal mendidik istrinya menjadi wanita baik-baik dan terhormat.

Sungguh, pria tinggi tegap dengan kulit hitam manis itu tak mau menaruh curiga pada istrinya. Ia sangat mencintai Ratih sang istri. Namun, belakangan ini, Ratih memang tak mau diajak beribadah suami istri. Jika siang sebelum Wildan berangkat mengojek, ia akan beralasan capek dan harus tidur karena bekerja malam. Dan saat sore atau malam hari Wildan meminta haknya, Ratih juga selalu beralasan harus bersiap-siap bekerja.

Ia tak mau curiga. Namun, Wildan harus membuktikan sendiri rasa resah yang mulai bercokol di hatinya. Belum lagi desas-desus para tetangga yang mengatakan jika Ratih bekerja sebagai crew pijat terapi. Wildan tahu, istrinya tak ada bakat turunan untuk menjadi tukang pijat, kecuali ... Wildan menggeleng. Mengucap istigfar dengan lirih dan segera berlalu ke masjid, karena suara ikamah untuk salat Subuh berjamaah sudah memanggil.

Usai salat Subuh, pria yang lumayan good looking itu segera mengayun langkah agar segera sampai rumah. Ia ingin menggoda istrinya dan berbicara baik-baik agar ranjang mereka kembali hangat. Namun, tiba-tiba sandal jepitnya putus. Wildan menunduk untuk melihat apa masih bisa dibetulkan atau tidak.

“Eh, To, lu ngapain salat, sih, kalau masih hobi maksiat?”

“Ya biar imbanglah, Bro. Habis maksiat terus hapus sama salat.”

Wildan tercekat. Bukankah itu suara Dito? Pria seusianya yang hobi gonta-ganti pasangan.

“Emang boleh se-PD itu?” tanya pria yang sedang berbincang dengan Dito. “Dosa itu diampuni kalau lu bener-bener tomat. Tobat mak*siat. Nah, elu?”

Wildan memang menunduk di samping mobil mewah milik salah satu orang terkaya di desanya, dan Dito adalah putra tunggal dari orang kaya tersebut. Ya, itu suara Dito. Pria seumuran Wildan yang masih betah melajang. Bahkan, pria tampan itu tadi juga ikut salat Subuh berjamaah di masjid.

“Ya gimana, ya? Candu banget itu istri orang.”

“Eh? Lu main sama istri orang, To?”

“Iya. Tetangga kita juga.”

“Hah? Serius? Siapa, siapa?”

“Jangan ngobrol di sini. Yuk, masuk!”

Wildan gagal mendapatkan informasi lengkap. Ia semakin gelisah dengan ucapan Dito. Pasalnya, Dito adalah mantan pacar Ratih saat masih SMA. Apa jangan-jangan ....

Pria dengan janggut tipis itu segera berlalu dari samping rumah Dito yang sepi. Pria itu memang tinggal sendiri. Rumah orang tuanya ada di gang lain.

Cepat-cepat pria bersarung itu menuju rumahnya. Niat hati yang ingin membujuk sang istri untuk melayaninya sudah pupus. Rasa curiga, gelisah, dan marah semakin tumpang tindih.

“Ratih! Ratih!” Suara Wildan memanggil tak sabar setelah menutup pintu.

Hening. Tak ada jawaban. Segera ia menuju kamarnya. Suara dengkuran halus sang istri terdengar berirama. Terlihat sekali wajah lelahnya hingga mungkin suara Wildan tak masuk ke gendang telinga Ratih.

Wildan meneguk ludah. Ratih sudah berganti pakaian. Baju tipis itu mengekspos kulit putihnya yang tanpa noda. Namun, ia membelakangi posisi suaminya yang tengah berdiri menahan has*rat.

Sebagai pria normal, tentu ia ingin. Apalagi Ratih adalah istrinya yang lama tak tersentuh. Kecurigaannya mulai menguap. Ia gadaikan sebentar rasa marahnya. Wildan mulai membuka pakaiannya hingga tinggal celana pendek saja. Ia ingin membujuk Ratih agar mau melayaninya pagi ini. Harus! Tidak boleh tidak!

Perlahan, Wildan mulai menc*umbu tengkuk sang istri. Ratih menggeliat dan melenguh pelan. Wanita itu berbalik hingga membuat suaminya leluasa menciumi lehernya yang wangi.

“Mhhh ... Dito ... ge*li, Sayang ....”

Deg! Wildan tercekat.

'Apa aku tak salah dengar?'

(*)

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
Gegee
lanjut kak, ditunggu ...
2024-06-24 13:47:36
0
user avatar
Tuan Muda
alurnya menarik
2024-06-20 19:56:02
0
user avatar
Yuniw Zz
semangat upnya thor, ak suka bgt sm alurnya
2024-06-14 18:50:53
0
user avatar
Zudia
sangat suka ceritanya
2024-06-12 14:34:31
1
user avatar
Xiao Wudi
lanjut lagi..
2024-05-26 09:52:38
1
46 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status