“Pria kurang ajar! Sudah berani menyentuhku sembarangan tapi malah memarahiku seperti itu. Dia tidak terima saat aku menyebutnya gila perempuan. Memang tidak sadar diri. Aku berharap tidak perlu berurusan dengannya lagi,” keluh Regita sembari menyetir mobil.Perempuan itu baru terlibat pertengkaran dengan Marvin. Setelah kejadian Marvin menciumnya di depan Raka, Regita langsung menyusul ke ruang kerjanya dan melayangkan protes. Tapi Marvin justru memarahi dan membentak Regita dengan kasar.Regita pikir harusnya dia yang marah karena Marvin sudah menyentuhnya tanpa izin. Tapi sebaliknya malah pria itu yang berkata kasar saat Regita membahas tentang mantan istrinya.“Kalau aku punya suami yang gila perempuan seperti Marvin itu, aku pasti juga akan meminta pisah darinya. Aku tidak kuat kalau harus makan hati setiap hari melihat kelakuannya bersama perempuan lain,” ujar Regita membiarkan imajinasinya melayang jauh tentang watak pria kaya seperti Marvin. Padahal dia tidak mengenal dengan p
Marvin terus merasa gelisah setelah pembicaraannya dengan Andri. Dia sibuk mempertanyakan perasaannya sendiri. Bahkan saat mengemudi dalam perjalanan pulang dari kantor, pria itu sempat teringat kembali adegan yang terjadi antara dirinya dan Regita.“Benar kata Andri. Bagaimana bisa aku mencium perempuan itu bahkan tanpa izinnya?” ujar Marvin bermonolog sembari mengusap bibirnya. Dia mulai meragukan diri sendiri.“Tidak! Aku tidak mungkin benar-benar tertarik pada Regita. Mungkin aku hanya terbawa suasana dan tertantang untuk memancing emosi Raka. Itu sebabnya aku berani menyentuh Regita. Tidak ada perasaan apa pun dan aku hanya bermain-main untuk membalas mantan suaminya,” imbuh Marvin.Pria itu menjadi gusar. Dia takut jika hatinya benar-benar mempunyai ketertarikan pada Regita. Padahal dia sudah bertekad akan tetap menyimpan nama Lista sebagai satu-satunya perempuan yang dia cintai dalam hidupnya. Dia tidak ingin posisi Lista tergantikan oleh siapa pun.Marvin takut perasaannya ber
“Aku memang janda tapi aku tidak akan menjual bebas diriku pada duda kaya sepertimu. Aku bukan perempuan murahan yang bisa menghangatkan ranjangmu saat kau butuhkan. Jika kau menginginkan mainan untuk malam ini, kau bisa membayar jalang tapi jangan memintaku untuk datang,” ujar Regita dengan ketus tanpa mendengarkan penjelasan Marvin lebih dulu. Regita masih kesal dengan perbuatan Marvin padanya saat di kantor.“Siapa yang memintamu datang untuk menghangatkan ranjangku? Aku tidak terlalu kesepian sampai harus membayar seorang jalang. Aku memintamu datang bukan untukku tapi untuk Nathan. Dia sedang sakit dan terus memanggilmu sejak tadi. Aku juga tidak mengerti kenapa putraku bisa merasa terikat padamu,” balas Marvin mengurai kesalah pahaman Regita.Sesaat setelah itu, panggilan terputus. Regita menyetujui untuk datang karena alasan Nathan yang sakit. Akhirnya Regita pun bersiap-siap untuk pergi ke rumah Marvin.“Dasar pria besar kepala! Tadi siang marah-marah padaku. Sekarang tanpa me
“Sebenarnya ke mana pria itu pergi dan belum kembali tengah malam seperti ini. Anaknya sedang sakit bukannya dijaga malah keluyuran tidak jelas. Kalau begini caranya aku tidak bisa pulang. Aku tidak bisa membiarkan Nathan sendirian tanpa ada yang menjaga,” keluh Regita.Perempuan itu sedang mondar-mandir tidak jelas di ruang tamu rumah Marvin yang sepi. Beberapa kali dia melihat jam di ponselnya dan sudah menunjukkan tengah malam. Seharusnya dia sudah pulang ke rumah. Tapi dia tidak bisa pergi begitu saja jika Marvin belum kembali.Regita khawatir meninggalkan Nathan sendirian. Kondisinya yang sedang tidak sehat bisa membuat anak itu terbangun kapan saja. Regita memikirkan bagaimana jika nantinya Nathan tiba-tiba terbangun dan tidak mendapati siapa pun yang menjaganya. Itu sebabnya dia tidak bisa langsung pergi dari sana.Beberapa kali Regita telah mencoba menghubungi Marvin via telepon. Namun tetap saja tak ada respon. Dia hanya bisa menunggu dengan gelisah tanpa tahu ke mana sebenar
“Aku tidak benar-benar ingat apa yang sudah aku lakukan semalam. Tidak mungkin juga aku menghubungi Regita dan bertanya langsung padanya,” ujar Marvin merasa gusar di kamarnya.Pagi itu Marvin menjadi tidak tenang karena memikirkan kejadian semalam. Dia memutar-mutar ponselnya karena merasa bimbang. Dia hendak menghubungi Regita namun ia urungkan. Rasanya tidak enak jika dia bertanya langsung pada perempuan itu.“Bagaimana jika aku benar-benar meniduri Regita semalam?” kata Marvin sembari mengusap wajahnya dengan kasar.Tak bisa menghubungi Regita, Marvin akhirnya menghubungi Andri. Dia hanya ingat bahwa semalam dirinya pergi ke bar bersama asistennya itu. Andri pun membenarkan pertemuan mereka di bar. Tapi Andri mengatakan bahwa dia pulang lebih dulu karena urusan keluarga yang mendesak dan terpaksa meninggalkan Marvin sendirian.“Apa semalam aku banyak minum hingga mabuk?” tanya Marvin.“Iya, Pak. Semalam kondisi anda sangat kacau. Saya sudah melarang tapi anda tetap meminum minuman
“Untuk apa nenek sihir itu datang ke rumah kita?” tanya Leonardo dengan eskpresi tidak senang saat mengetahui Malini datang ke sana. Dia merasa geram melihat perempuan yang sudah memperlakukan adiknya dengan tidak baik.“Sudah tidak apa-apa. Kakak tidak perlu ikut campur. Biar aku sendiri yang menghadapinya,” kata Regita menenangkan.Regita meminta Leonardo untuk memberikan kebebasan padanya untuk menghadapi sang ibu mertua. Dia sendiri tidak tahu bagaimana Malini bisa mengetahui alamat rumah keluarganya dan dengan tujuan apa dia datang ke sana. Dia tidak membiarkan Leonardo masuk terlalu jauh karena masalah itu masih dalam ranah rumah tangganya.Leonardo pun mengikuti keinginan Regita. Dia pun berangkat ke kantor dan meninggalkan Regita bersama Malini di rumah. Namun dia berpesan agar Regita segera menghubunginya jika tamunya itu berbuat buruk.Regita mempersilahkan Malini duduk di ruang tamu. Malini tampak kagum karena luas ruangan dan desain interiornya jauh lebih bagus dibandingka
“Joe, apa ada pekerjaan dalam waktu dekat ini?” tanya Regita saat menghubungi salah satu teman dalam lingkaran mafianya.Kekesalan perempuan itu memuncak setelah bertemu dengan Malini. Ibu mertuanya itu datang dengan sebuah permintaan yang merendahkan Regita. Malini meminta Regita menggoda dan membujuk Marvin agar memberikan jabatan yang lebih tinggi pada Raka.Perkataan Malini seolah memposisikan Regita seperti perempuan murahan. Regita tidak bisa menerimanya. Dia merasa emosi tapi berhasil membuat Malini pergi dari rumahnya tanpa keributan.Setelah Malini pergi, Regita merasa dirinya butuh pelampiasan. Beberapa hari belakangan situasi yang dia hadapi memang cukup kacau. Kabar perselingkuhan yang menyebar, kedatangan ibu mertuanya yang tidak tahu diri serta kesalahan satu malam yang terjadi antara dirinya dengan Marvin.Semua itu membuat Regita merasa frustasi. Marvin juga tidak pernah menghubunginya lagi setelah kejadian malam itu. Sementara ibu mertuanya datang menawarkan kembali p
“Lepaskan perempuan itu.”Suara berat seorang pria mengalihkan perhatian semua orang yang ada di sana termasuk Regita. Regita mengenali pemilik suara itu. Dia sendiri heran bagaimana pria itu bisa muncul di tengah-tengah mereka.“Marvin?” ujar Regita memastikan saat jarak Marvin sudah semakin dekat.“Kau terlalu nekat untuk bermain-main dengan hal besar seperti ini. Silahkan jadi pemberani tapi jangan bodoh,” kata Marvin meremehkan Regita. Regita kesal tapi tidak bisa membantah karena kali ini dia hanya berharap pada Marvin untuk membantunya bebas.Regita hanya menjadi penonton karena selanjutnya Marvin lah yang mengambil alih peran. Regita tidak tahu apa saja yang Marvin rundingkan. Tapi pria itu berhasil membebaskannya tanpa kekerasan. Semua tampak mudah bagi pria itu. Sepertinya Marvin memberikan sejumlah uang sebagai jaminan.Dua pria bertubuh kekar yang memegangi Regita langsung menjauhkan dirinya. Mereka membiarkan Regita pergi bersama Marvin. Marvin menyuruh Regita masuk ke da