Share

PART 8

JANGAN BANGUNKAN SINGA TIDUR

#JBST

PART 8

Aku dan Diandra tidak ikut ke pemakaman. Kami lebih memilih berada di rumah. Melepas kepergian Samudra yang digendong sang ayah menuju pusara.

Jika ditanya aku berkabung atau tidak sudah pasti aku berkabung. Bagaimana pun juga Samudra adalah cucuku. Anak kandung Delisa.

Ku peluk boneka doraemon kesayangan Delisa. Menghirup aroma Delisa yang menempel di boneka kesayangannya.

Sungguh dadaku sesak jika mengingat sulungku sekarang. Sebagai seorang ibu pasti ia akan sangat terpukul tidak bisa melihat bahkan memeluk putranya.

Bayangan bekas luka dipunggung Delisa tiba-tiba terlintas dipikiranku. Aku tidak lupa. Hanya saja aku masih bingung bagaimana caraku mengungkap siapa pelakunya.

Mengingat Saputra begitu khawatir pada Delisa serta sikapnya tadi saat meminta agar bisa menggendong Samudra ke pusara membuatku ragu. Apa mungkin Samudra yang melukai Delisa?

Menyiksa lebih tepatnya?

Tapi jika bukan Saputra lalu siapa?

***

"Ibu tidak tau apa yang terjadi dengan Delisa setelah libur UTS. Delisa melarang Ibu untuk mengunjunginya. Entah ia tetap tinggal di kos atau kamu pindahkan, entah bagaimana kesehariannya dan apa yang dikonsumsi sehingga menyebabkan ia seperti ini. Yang pasti Ibu menemukan bekas luka cambukan di punggungnya yang sudah mengering. Apa kamu tau tentang itu Nak?" Jelasku pelan.

Pandanganku sendu menghadap Delisa yang terbaring lemah diatas ranjang. Tidur lelap tanpa merasa terganggung dengan suaraku.

Tatapan khawatir dari Saputra berubah menjadi datar. Pandangannya dingin. Membuat suasana di ruangan ini menjadi canggung.

Apa ada yang salah dengan perkataanku? Kurasa tidak aku hanya menanyakan apa yang tidak ku ketahui padanya. Mengapa bisa secepat itu ekspresinya berubah?

"Kamu tau sesuatu nak?" Tanyaku lembut

"Aku memindahkannya ke apartemenku." Jawabnya singkat

Mataku membulat.

Jadi Delisa melarangku menjenguknya karena mereka tinggal bersama?

"Jadi kalian kumpul kebo? Ya Allah kenapa Delisa begitu rendah dimatamu nak?" Tanyaku dengan mata berkaca-kaca

"Lalu bagaimana dengan kuliah Delisa? Jika dia tinggal bersamamu kenapa tak kau rawat dengan baik? Apa kau juga tak memenuhi kebutuhan gizinya? Jawab Ibu! Bagaimana bisa Delisa dan bayinya bisa seperti ini jika memang dia tinggal bersamamu?" Cercaku emosi

Sungguh sebagai orangtua aku merasa sangat tak dihargai. Bagaimana bisa putri sulungku tak jujur jika tinggal seatap dengan pria yang bukan mahramnya? Ya Allah mereka telah berzina selama ini, ampuni keteledoranku dan suamiku Ya Allah...

"Jawa Ibu! Jangan diam saja! Jelaskan bagaimana bisa kondisi anakku seperti ini? Kamu menyiksanya? Jawab?" Tekanku semakin emosi melihat wajah Saputra yang semakin datar

"Aku mengurus cuti kuliahnya. Delisa memang tinggal bersamaku dan aku juga sudah berusaha mencukupi segala kebutuhannya. Tapi kehamilan Delisa sangat lemah. Tak ada makanan yang bisa masuk ke dalam tubuhnya." Jelasnya singkat

"Lalu kamu tak membawanya ke rumah sakit?" Tanyaku mendesis yang dibalas palingan muka dari Saputra.

Jika keadaannya seperti itu kenapa dibiarkan? Tidakkan ia berfikir bagaimana keadaan Delisa dan anaknya jika sedari awal sudah seperti itu?

"Seharusnya kau tak boleh berbuat seperti ini. Mintalah baik-baik, kami tak akan menolak jika kau pinta baik-baik. Jika seperti ini sama saja kau tak menganggap Ibu ini orangtua yang patut dihormati. Kau tau Put? Melihat putriku seperti ini rasanya Ibu ingin mati. Sesak! Sedari kecil kami sayangi, jangankan dipukul, dibentak saja tak pernah anakku Put. Kamu benar-benar membuat Ibu nelangsa." Paparku pilu

"Tak pernahkah kau bayangkan jika Ibu atau saudara perempuanmu yang berada diposisi Delisa? Tidakkah dadamu sesak membayangkannya?" Sahutku dengan derai air mata

"Aku sudah meminta Delisa menjadi istriku. Tapi Delisa menolak." Jawabnya yang membuatku menoleh ke arahnya

"Delisa ingin aku sembuh terlebih dahulu, baru kami bisa menikah."

Sembuh? Saputra sakit?

Tapi sakit apa?

***

Aku kembali tersadar dari lamunanku. Mengingat kembali percakapanku dan Saputra kemarin sore. Saputra sedikit menyinggung jika dia harus sembuh baru Delisa bisa menjadi istrinya. Berarti kemarin malam Delisa ingin menjelaskan tapi keburu kejadian tak diinginkan ini yang terjadi.

Jika Saputra harus sembuh terlebih dahulu berarti Saputra sedang sakit. Tapi sakit apa?

Saputra bahkan tidak terlihat sakit. Malah badannya sehat, bugar dan kekar.

Lalu maksud dari kata sembuh itu apa?

Aku kembali mengingat-ingat kejadian kemarin. Saputra memang terlihat khawatir dan begitu menyayangi Delisa. Tapi dalam sekejap pandangannya terkadang berubah 180°.

Dari cara Pak Rahmat menenangkan Saputra tadi juga seperti sudah sering Saputra kehilangan kendali seperti ini.

Dan Ayah, mengapa cara pandangnya terhadap Saputra tiba-tiba berubah? Apa karena Ayah iba pada nasib Saputra dan Delisa yang harus kehilangan bayinya? Atau Ayah telah mengetahui sesuatu dan belum menceritakan padaku?

Aaarrgh

Rasanya kepalaku ingin pecah. Jika Saputra terlihat sehat seperti itu apa iya Sapurra memiliki penyakit mental?

Mungkin saja karena sikapnya kadang bisa berubah drastis. Tapi bisa saja itu reflek bukan? Saputra kalut dengan kejadian yang baru menimpanya.

Ya Allah ...

Sungguh aku kalut. Tolong bantu aku Ya Allah ...

Ku benamkan wajahku dalam-dalam ke boneka doraemon Delisa, menangis sesenggukan disana.

Setelah puas ku tengadahkan kepalaku menatap langit-langit kamar.

Tunggu!

Ada kertas yang menyembul di kantong doraemon milik Delisa.

Bukan cuma selembar tapi lima lembar.

'Mencintaimu seperti menggenggam mawar. Jika ku genggam tanganku terluka. Jika ku lepas akan meninggalkan bekas.'

Ini tulisan tangan Delisa.

Delisa mencintai Saputra tapi disini dijelaskan memiliki atau melepaskan akan sama-sama terluka.

Rumit sekali kisah asmara putriku ini.

'Sasmita Maharani'

Ini nama siapa? Apa orang ketiga diantara Saputra dan Delisa?

'Inginku cukup sederhana. Kuharap kamu sembuh sebelum kita menikah.'

Lagi-lagi kata sembuh. Sebenarnya lelaki sehat seperti Saputra sakit apa?

'Sexsual Sadisme'

Apa ini nama penyakit?

Tapi kenapa aku tak pernah dengar jenis penyakit ini?

.

.

.

Bersambung ...

❤❤❤

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status