Ocean benar-benar merasa muak dengan yang terjadi dalam hidupnya yang menurutnya tidak biasa. Dia tidak pernah ingin hidup dalam kemewahan bersama Satrio, tetapi tanpa ketenangan sama sekali. Ocean lebih memilih hidup sederhana di rumah orang tuanya dan menjalani hari demi hari dalam ketenangan. Untuk apa semua kemewahan yang dia dapatkan jika setiap hari merasakan gundah yang tidak pernah berhenti.
Satrio menuntut Ocean untuk menjelaskan semua kesalahan yang menurut pria itu tidak pernah dia lakukan. Tentu saja Satrio merasa tidak bersalah, pria itu adalah jenis makhluk paling tidak sensitif yang suka mengentengkan segala sesuatu. Mengaku simpel, tetapi selalu masa bodoh. Ocean bosan dengan hidupnya yang tertekan.
Desakan Satrio untuk mengetahui semua perasaan bencinya memang benar-benar menjengkelkan. Namun, melihat situasinya maka Ocean memang harus mengatakan semuanya. Lebih baik melemparkan semuanya ke wajah Satrio yang menyebalkan lalu
Satrio memang terlihat tenang dalam menghadapi Ocean. Dia mulai paham dengan apa yang terjadi hingga Ocean menutup diri. Secara otomatis ingatannya melayang pada sedikit percakapan dengan Athena mengenai berhenti dekat-dekat dengan wanita, juga ucapan Raphael yang menyatakan dia kurang peka. Satrio mengakui mereka berdua benar dan itu membuatnya berpikir tentang banyak hal, termasuk membuat istrinya itu kembali seperti dulu.Memendam emosi yang sebenarnya sudah naik hingga ubun-ubun, Satrio terus menatap Ocean yang hilir mudik di dapur. Prioritas utamanya adalah menangani Ocean. Dia sudah mengatakan kepada perawatnya untuk mengalihkan semua pasien pribadinya untuk konsultasi setelah tiga hari atau periksa ke dokter yang telah dia minta untuk menggantikannya. Masalah yang lain akan dia tangani belakangan, yang terpenting adalah istrinya terlebih dahulu.Setelah semua telepon panjangnya, di sinilah Satrio berada. Di vila orang tuanya yang ada
Ocean mulai jengah dengan Satrio yang terus menempel padanya sejak mereka pulang dari liburan singkat minggu lalu. Setiap pagi Satrio mengantarnya bekerja dan datang satu jam lebih awal di jam makan siang. Keheranan Ocean tidak hanya sampai di situ. Hampir setiap ada waktu luang Satrio selalu datang ke kantornya atau mengekor ke mana pun Ocean pergi. Bahkan ke gudang sekalipun, suaminya itu tetap menjadi pengikut setia dan menanyakan banyak hal mengenai cara-cara Ocean menjalankan bisnis mereka.Kelakuan Satrio itu mau tidak mau jadi mengundang kecurigaan di hati Ocean. Jangan-jangan suaminya itu baru saja melakukan hal yang tidak menyenangkan dan sedang berusaha mencari alibi. Bagaimanapun Ocean tidak suka, Satrio tetap tidak mengindahkan. Suaminya tetaplah pria menjengkelkan dengan banyak alasan yang tidak mau mendengarkan pendapat orang lain."Bisa berhenti mengekori aku tidak, Sam?" tanya Ocean saat sudah sangat jengah."
Hati Satrio sedang senang. Tabiatnya yang dasarnya menyenangkan, jadi lebih menyenangkan karena hal itu. Sepanjang pagi, senyum ramah selalu tersungging dari wajahnya yang memang rupawan. Beberapa dokter obgyn yang kebetulan dinas di waktu yang sama sempat menggodanya."Dokter Sat, sepertinya anda sedang dalam mood yang baik hari ini," komentar Made, rekan sejawatnya."Tentu saja Dokter Made, Dokter Satrio kan baru pulang dari bulan madu yang sedikit terlambat," timpal Radit."Kita tinggal menunggu kabar baiknya kalau begitu." Ayu tak mau kalah.Satrio berdecak. "Kalian itu, suka bener godain saya. Bosan mingkem itu mulut?" Satrio menanggapi dengan santai. "Lagian nih, ya, pada gada kerjaan gitu? Sana kerja, jangan makan gaji buta!""Ada hal yang memang harus membuat kita itu wajib sedikit iseng dan hari ini sepertinya giliran anda yang menjadi korban keisengan, mengingat kebiasaan and
Ocean sedang mengunjungi apotek pusat di rumah sakit tempat suaminya bekerja. Tadi pagi mereka berangkat bersama dan Ocean langsung diantarkan Satrio hingga pintu apotek. Ocean merasa kalau suaminya sangat manis akhir-akhir ini. Terlebih lagi saat Ocean melihat sesuatu. Tidak sampai diminta, Satrio sudah membelikan benda itu untuknya. Ocean benar-benar harus mengendalikan matanya jika tidak mau banyak barang menumpuk tidak berguna di rumah mereka.Hingga tengah hari Ocean masih asyik melihat seluruh data dalam komputer dan menemukan kejanggalan yang sama dengan komputer apotek Satrio. Ocean menautkan alis, bagaimana bisa itu terjadi padahal karyawan di rumah sakit ini berbeda dengan di apoteknya? Ocean bingung, bukan masalah suaminya merugi. Rumah sakit membayar seluruh tagihan kepada Satrio tanpa kurang, tetapi rumah sakit ini jelas rugi.Ocean memutuskan terus bekerja dan mencari tahu sendiri apa yang harus dikirimkan ke rumah sakit ini. B
Operasi beruntun yang dilakukan sejak pukul sebelas membuat Satrio melewatkan makan siang. Sudah pasti lelah, tetapi pikirannya hanya dipenuhi segala hal tentang Ocean. Khawatir kalau istrinya itu juga melewatkan makan siang karena menunggunya.Satrio menyandarkan tubuh di kursi kebesarannya. Bermaksud istirahat sejenak dengan memejamkan mata dan melemaskan otot-ototnya yang terasa kaku."Dokter Sat, boleh saya masuk?" Ranti, bidan yang biasa membantunya berdiri di ambang pintu setelah mengetuknya dua kali.Satrio membuka mata dan menegakkan duduknya. "Masuk, Mbak Ranti! Ada apa?"Ranti masuk dan duduk di depan Satrio. Memberikan tumpukan map yang sudah dipahami oleh Satrio. Satrio meraih map teratas dan mulai membacanya."Dokter, saya dengar gosip nanas," kata Ranti saat Satrio menekuni isi map."Nanas?" Satrio tidak mengerti. "Mau bikin acara rujakan? Tapi saya nggak ikut, ya?
Sudah hampir tiga bulan Ocean mengikuti program kehamilan pada dokter langganan temannya. Semuanya dia lakukan diam-diam tanpa membicarakannya dengan Satrio. Suaminya benar-benar menyebalkan jika berurusan dengan keinginannya yang satu ini.Dokternya mengatakan bagus dan tidak ada masalah dengan dirinya. Dokter itu juga mengatakan kalau sel telurnya matang dengan ukuran yang cukup besar setiap bulannya. Ocean gembira dan sering merayu Satrio di masa suburnya. Bukan hal yang sulit untuk melakukan hal itu mengingat Satrio adalah pria yang mengabulkan setiap keinginannya dengan mudah selama hal itu tidak memancing emosinya.Kini Ocean bingung. Kata dokternya tidak ada masalah, tetapi kehamilannya tak kunjung terjadi. Dokternya justru menyarankan supaya suaminya juga bisa datang untuk memeriksakan diri. Apa yang akan dia katakan pada Satrio untuk mengikuti saran dokternya? Suaminya yang super usil itu pasti akan menertawakan perbuatannya, lagipula Satrio juga pasti hafal pro
Satrio mengurungkan niatnya untuk mengantar Ocean ke apotek mereka. Dia mengajaknya ke rumah sakit dan bermaksud meminta istrinya menunggu di ruang kerjanya saja. Hatinya merasa tidak tenang meninggalkan Ocean sendirian.Beruntung Ocean menyambut baik niat Satrio. Belakangan Satrio selalu merasa senang karena Ocean yang hampir tidak pernah membantah kata-katanya. Ocean bahkan mengatakan ingin selalu dekat dengannya. Satrio tentu tidak keberatan, dia menyukai semua yang dilakukan Ocean termasuk bermanja-manja dan membuatnya harus bangun tengah malam."Sam," panggil Ocean. "Aku mau ikut visit pasienmu. Pengen tau kamu kerjanya gimana.""Yakin?" tanya Satrio. "Beberapa koas biasanya mengikuti aku dan aku bisa sedikit ... galak pada mereka.""Nggak papa. Boleh ikut, ya?""Boleh."Satrio meraih snelli dan mengenakannya. Dia meraih stetoskop dan memasukkannya ke saku. Setelah itu,
Ocean merasa tegang karena kedatangan Lina ke ruang kerja suaminya. Ada begitu banyak hal yang berlarian di kepalanya. Pertanyaan antara seberapa sering Lina datang ke tempat itu dan mengapa perempuan itu selalu berkeliaran di sekitar Satrio. Sekarang Lina bahkan menatapnya garang seolah dia adalah kuman berbahaya yang pantas untuk disingkirkan.Ocean menyeka dahinya yang mendadak berkeringat. Namun, lengan Satrio yang melingkari pinggangnya memberikan sedikit rasa nyaman. Ditatapnya Lina yang kini sudah duduk di depannya. Pengganggu kenyamanan itu meletakkan kotak makan sementara matanya masih menatap garang pada Ocean."Mas Dokter, aku ke sini pas jam makan siang. Ke mana kok nggak pamitan?" Lina bertanya dengan suara manja yang terdengar memuakkan di telinga Ocean.Ada rasa tidak suka dalam hati Ocean dengan kelakuan Lina. Pegawai satu itu benar-benar tidak tahu malu dan menganggapnya tidak ada. Ocean memejamkan mata, meng