Kelly juga mulai marah. Dia berkata dengan mengerutkan keningnya, “Ngapain aku bohongi kamu? Lagi pula, ini masalah pribadiku, nggak ada hubungannya dengan masalah pekerjaan. Kenapa kamu marah-marah sama aku?”Jason sungguh emosi hingga kehabisan kata-kata. Dia menarik napas dalam-dalam. Nada bicaranya terdengar dingin dan juga ketus. “Kamu segera ke perusahaan!”Kelly membalas, “Hari ini hari Sabtu!”“Aku suruh kamu lembur! Tidak boleh?” tanya Jason dengan marah.Kelly terdiam sejenak. “Oke, kamu itu bos, tentu saja aku harus mendengar omonganmu. Aku segera ke sana!”“Bawa Yana sekalian!” Nada bicara Jason masih kedengaran ketus.“Kenapa mesti bawa Yana?” Kelly sungguh tidak mengerti.“Tidak kenapa-napa! Jangan tanya alasan apa pun!” Seusai berbicara, Jason langsung mengakhiri panggilan, tidak memberi Kelly kesempatan untuk menolak.Kelly melihat panggilan sudah diputuskan. Hatinya terasa sangat penat. Awalnya Kelly merasa kesal lantaran Sandora tiba-tiba menjodohkannya dengan Derrick
“Kalau begitu, aku akan jelaskan kepada Paman. Semua karena aku ingin bertemu dengan Nenek, makanya Ibu jadi terlambat bekerja,” ucap Yana dengan mengerutkan keningnya.Kelly spontan tersenyum. Dia merangkul Yana di dalam pelukannya, lalu berbisik, “Yana, kenapa kamu pengertian sekali?”“Karena Yana ingin Ibu gembira. Kalau Ibu nggak suka pergi ke rumah Nenek, kelak kita nggak pergi lagi!” Yana menggeleng dengan perlahan.Kelly terisak-isak. Yana terlalu pengertian, tahu akan apa pun!…Hari ini adalah hari Sabtu. Tidak banyak orang yang datang bekerja. Kelly membawa Yana menaiki lift khusus langsung ke lantai 39. Mereka bahkan tidak bertemu dengan siapa pun di sepanjang perjalanan.Setelah tiba ke lantai 39, Kelly membawa Yana berjalan ke dalam, lalu duduk di bangku. “Aku pergi lapor pekerjaan dengan Paman dulu. Kamu jangan sembarangan lari, ya. Tunggu Ibu di sini!”Hana mengangguk dengan patuh. “Ibu pergi sana. Jangan sampai Paman marah.”“Patuh!”Kelly mengecup kening Yana, lalu ber
Tangan Jason yang sedang mendorong mainan seketika tertegun. Dia lalu berkata dengan perlahan, “Ucapan nenekmu salah. Ibumu tidak akan bahagia bersama Paman Derrick.”“Kenapa?” Yana melebarkan kedua matanya menatap Jason dengan kebingungan.Jason pun tersenyum. “Karena mereka berdua tidak cocok.”Yana tidak mengerti. Dia kelihatan bingung, lalu bertanya, “Jadi, apa Paman dan Ibu cocok?”Pertanyaan Yana membuat Jason terbengong sejenak. Tatapannya seketika menjadi muram. “Tidak cocok juga. Karena ibumu tidak menyukai Paman.”“Kalau Paman memperlakukan Ibu dengan baik, Ibu pasti akan menyukaimu!” ucap Yana dengan lugu.Jason mendengus dingin. “Aku tidak berharap disukai ibumu. Aku cukup disukai oleh Yana saja!”Yana menepuk-nepuk pundak Jason, lalu berbicara layaknya orang dewasa, “Aku akan bantu Paman untuk bicara yang bagus-bagus di hadapan Ibu!”Jason pun tersenyum. “Memangnya apa yang akan Yana katakan?”Yana memutar kepalanya, lalu mengambil sebiji kacang. “Paling-paling Yana bilang
Kelly memotong jagung, lalu memasukkannya ke dalam panci. Saat memalingkan kepala, tampak Jason masih sedang mencuci wortel. Dia mencuci setiap garis dan celah daun dengan bersih. Kelly segera berkata, “Sudah cukup!”Saat ini, Jason mengangkat wortel, lalu mengamatinya. “Gimana cara kupasnya?”Kelly memperagakannya sekali. Jason mengangguk, lalu mengupas sesuai dengan instruksi Kelly.Jujur saja, Kelly sungguh takut dengan cara Jason memegang pisau. Dia sungguh khawatir Jason akan melukai tangannya sendiri.Untung saja, meski Jason tidak pernah mengupas kulit wortel sebelumnya, dia juga tidaklah bodoh. Tak lama kemudian, dia mulai mahir dalam gerakannya.Namun, Kelly masih saja merasa tidak tenang. Dia terus memalingkan kepala untuk mengamati Jason.Jason memalingkan kepala untuk menatap Kelly. “Gantengan pisau ini atau aku?”“Hah?” Kelly tertegun sejenak, lalu menjawab dengan ternganga, “Ten … Tentu saja gantengan Pak Jason.”Jason sungguh kehabisan kata-kata. “Siapa juga yang ingin d
“Emm ….” Jason tersenyum lembut. “Kamu boleh mencobanya!”Yana memiringkan kepalanya seolah-olah sedang memikirkan sesuatu.Saat Kelly kembali dari mengambil sesuatu, tampak Jason dan Yana sedang duduk bersama sembari mengobrol. Suasana terasa sangat harmonis. Hanya saja, perasaan Kelly malah terasa agak rumit.Seandainya Jason tahu Yana adalah anaknya, bisa jadi dia akan merasa gembira! Hanya saja, Kelly tidak ingin kehilangan Yana. Jadi, dia hanya bisa memendam rahasia di hatinya, tidak mengatakannya!Kelly memasak sup, lalu memasak empat jenis makanan. Ini adalah pertama kalinya mereka bertiga makan bersama. Jason dan Yana kelihatan biasa-biasa saja, tetapi Kelly tidak bisa bersikap biasa-biasa saja.Untung saja selama makan, Jason terus menjaga Yana. Jadi, dia tidak memiliki waktu untuk meladeni Kelly. Makanan pun bisa dilahap Kelly dengan tenang.Selesai makan, Kelly kembali ke meja kerjanya. Sementara, Jason membawa Yana untuk bermain di ruangannya.Sewaktu pukul tiga sore hari,
Tatapan sinis Jason diarahkan ke sisi Kelly. Dia pun bertanya, “Apa yang kamu takutkan?”Kelly segera membalas, “Aku bukan takut. Hanya saja, nggak bagus untuk membawa anak di saat kerja.”Jason masih melirik raut wajah Kelly. Dia juga tidak berkata lain, langsung berpamitan dengan Yana. “Sampai jumpa! Kamu mesti merindukanku, ya!”“Paman juga mesti merindukan aku dan Ibu, ya!” Yana melambaikan tangan kecilnya.Kelly tidak berani tinggal lama di mobil lagi. Dia segera menggendong Yana untuk menuruni mobil. Setelah mobil Jason melaju pergi, mereka berdua baru memasuki gedung.Kepergian Jason membuat Kelly merasa sangat lega. Raut wajahnya juga tidak setegang sebelumnya lagi. Dia menggendong Yana, lalu berkata dengan tersenyum, “Paman Jason itu bosnya ibu. Kamu nggak boleh kasih tahu semuanya ke dia, apalagi terlalu menempel sama dia. Nanti kamu akan dibenci!”Yana melebarkan mata jernihnya. “Tapi Paman itu temanku!”Kelly membalas dengan tidak berdaya, “Meskipun kalian itu teman, kalian
Yana merangkak untuk duduk di atas paha Kelly, lalu merangkul leher sang ibu. Dia bertanya dengan nada khawatir, “Ibu, Nenek juga galakin kamu, ya?”Kelly memeluk putrinya. “Tenang saja, Ibu nggak takut!”“Ibu, kelak kita nggak usah ke rumah Nenek lagi, ya.” Yana dapat merasakan kesedihan di hati Kelly. Kelly terisak-isak sembari mengangguk dengan perlahan. “Oke!”Tiba-tiba pintu rumah dibuka. Sonia masuk dengan menenteng dua kantong belanjaan. Ketika melihat kedua orang sedang berpelukan, Sonia pun bertanya, “Ada apa?”“Bibi!” Yana memalingkan kepalanya. “Nenek galakin Ibu!”Sonia melihat Kelly dengan kaget. Dia berjalan kemari, duduk di samping mereka, lalu bertanya, “Hari ini kamu pulang ke rumah Kak Kenzo?”“Emm!” Kelly mengangguk, lalu menceritakan apa yang terjadi hari ini.“Bagaimana perasaanmu terhadap Derrick?” tanya Sonia.“Nggak ada perasaan apa-apa. Kamu sendiri tahu kondisiku. Aku nggak mungkin akan berpacaran, apalagi menikah.”“Kita jangan pikirkan masalah ayahmu dulu.
“Ranty akan segera tiba!” balas Sonia, lalu memalingkan kepalanya bertanya pada Yana, “Bibi Ranty akan segera kemari. Katanya dia bawa hadiah buat kamu. Apa kamu gembira?”Yana segera berlari ke sisi pintu. “Bibi Ranty!”“Masih belum!” Kelly tersenyum dengan tidak berdaya.Setengah jam kemudian, Ranty datang dengan menenteng banyak kantongan. Begitu memasuki rumah, dia langsung menjerit, “Di mana Yana? Yana kesayanganku!”Yana berlari dari dalam dapur. “Bibi Ranty!”Ranty meletakkan barang bawaannya, lalu menggendong Yana. “Sayangku, Bibi kangen banget sama kamu!”Yana sungguh gembira saat ini.Sonia menyajikan makanan ke atas meja. “Kamu cuci tangan dulu. Kita akan segera makan!”“Aku beri hadiah ke Yana dulu!” Ranty mencuci tangan, lalu mengeluarkan hadiah kepada Yana.Ada boneka, kotak musik, dan berbagai terusan indah ….“Ada satu mainan lagi, tapi ukurannya agak gede, jadi aku suruh kurir untuk mengantarnya ke rumah. Seharusnya paket akan diterima dalam dua hari ini.” Ranty tersen
Tiba-tiba Morgan bertanya, “Kenapa kamu tidak pacaran?”Theresia tertegun oleh pertanyaan Morgan. Dia mengangkat kepalanya dengan perlahan, lalu berkata, “Seleraku jadi tinggi gara-gara kamu. Aku takut orang lain nggak sanggup.”Morgan terdiam.Ternyata Theresia sudah berbeda dengan yang dulu. Dia berubah menjadi lebih pemberani. Setiap ucapannya membuat Morgan tidak bisa berkata-kata. Hanya saja, dia tetap berbicara dengan begitu serius dan lugu, membuat Morgan tidak tega untuk mengomelinya.Usai berbicara, Theresia pun tersenyum. Dia tidak berbicara lagi, melainkan menunduk untuk menyantap makanannya dengan tenang.Selesai makan, Theresia menyeduh secangkir teh untuk Morgan, kemudian menyeduh secangkir kopi untuk dirinya sendiri.Meski aroma kopi dan teh bercampur aduk, aromanya tetap terasa nyaman.Theresia duduk di atas pangkuan Morgan, lalu melingkari lehernya. “Aku nggak ingin ngapa-ngapain hari ini, cuma ingin temani kamu saja, ya?”Terdengar nada manja dalam suaranya, seperti s
Reza mengusap wajah Sonia. “Semoga saja yang dia harapkan itu anggota keluarga, bukan uang. Semoga juga dia bisa memahami maksud kalian, bisa mempertahankan pemikiran awal, tidak terbuai dengan kekayaan.”Sonia menggigit bibirnya dengan perlahan. “Semoga saja dia nggak seperti itu. Hanya saja, aku juga bakal lebih hati-hati.”“Kalau begitu, kita amati selama beberapa saat dulu. Seandainya Hallie memang pantas untuk disukai Tuan Aska, masalah cucu kandung atau bukan juga bukan masalah. Seandainya dia tidak pantas, beri dia sedikit uang sebagai tebusan saja.”Sonia mengangguk. “Semuanya tergantung dengan nasibnya sendiri.”Mereka berdua selesai mengobrol masalah Hallie. Reza memeluk Sonia. “Pergi mandi dulu, lalu sarapan. Aku sudah telepon Bi Rati. Dia lagi masak yang enak-enak buat kamu.”Sonia memeluk Reza. “Aku juga merindukan Bibo!”Reza tersenyum tipis. “Sepertinya kamu tidak pernah merindukanku.”“Apa aku nggak pernah mengatakannya? Seingatku, aku sering mengatakannya berkali-kali!
“Sudah hampir pukul sembilan!”Sonia mengerutkan keningnya dengan kesal. “Tadinya aku berencana bangun pagian untuk pergi ke rumah. Tandy sudah hampir ujian akhir semester. Aku ingin memeriksa bagian mana yang ketinggalan, biar bisa beri bimbingan belajar buat dia.”Sonia menengadah kepalanya menatap Reza, lalu berkata dengan tersenyum, “Aku ini bukan guru bimbel yang bertanggung jawab. Untung saja Kak Diana nggak marah.”Reza mencubit pipi Sonia. “Kamu itu guru bimbel yang direkrut dengan susah payah. Meski dia marah, dia juga bisa memendamnya saja.”“Kamu malah berani ngomong lagi! Dia melakukannya juga demi kamu!” dengus Sonia dengan ringan.“Kalau begitu, demi balas budi kepada Kak Diana, aku pergi ajari Tandy saja?”Sonia kepikiran dengan gambaran paman dan keponakan yang sedang mengajar dan belajar itu. Tiba-tiba dia tertawa.Reza menggendong Sonia. “Hari ini kita tidak pulang. Kamu sudah sibuk gara-gara masalah Hallie. Hari ini kita tidak usah melakukan apa-apa, kita kembali ke
“Jangan kemari. Kalau tidak, kalian bukan hanya tidak bisa dirawat di rumah sakit saja, kalian bahkan tidak bisa tinggal di Kota Jembara lagi!” Nada bicara Reza terdengar datar. “Aku sudah cukup memberi kalian muka dengan membiarkan kalian tinggal di Kota Jembara. Seharusnya kamu mengerti!”“Aku mengerti! Aku mengerti!” Hendri berkata, “Aku tahu apa yang sudah aku lakukan. Aku mengerti kalau kamu berbelas kasihan kepada kami!”“Kalau kamu mengerti, mohon jauhi Sonia. Jangan ganggu dia lagi!”“Tuan Reza!” Hendri berkata dengan buru-buru, “Waktu itu aku mengantar Sonia untuk melakukan pernikahan bisnis dengan Keluarga Herdian. Sekarang hubungan kalian sebaik ini. Aku tergolong telah berbuat baik. Bisakah dilihat dari masalah itu, kamu membantuku sekali lagi?”Kening Reza berkerut. Dia berkata dengan suara dingin, “Kenapa Sonia bisa punya ayah sepertimu!”Hendri sungguh merasa malu. “Aku tidak menjadi seorang ayah yang baik. Aku sungguh bersalah pada Sonia. Aku berharap kelak aku memiliki
“Meskipun jelek, aku tetap menyukainya!” Reza memeluk Sonia ke dalam pelukannya. “Aku tahu masalah hari ini di luar dugaan, tapi kalau kejadian ini terulang lagi, aku berharap kamu tidak maju ke depan lagi!”Bagaimana kalau barang itu adalah bom? Siapa tahu ….Sonia memiringkan kepalanya bersandar di pundak Reza. “Waktu itu, aku nggak berpikir terlalu banyak. Cella menargetkanku. Nggak mungkin aku melibatkan Hallie.”“Cella memang bodoh. Padahal dia tahu alasan Keluarga Tamara bisa menjadi seperti sekarang, dia masih saja berani untuk tidak melepaskanmu!” Tatapan Reza kelihatan dingin. “Dia itu takut aku akan melupakannya. Bagus juga dia bisa datang, aku tidak akan melepaskannya lagi!”Sonia tidak menganggap masalah Cella. “Cukup usir dia dari Kota Jembara saja. Jangan kotori tanganmu demi dia.”“Aku akan mengatasinya!” Reza mengecup wajahnya. “Tidurlah!”Sonia berbaring di atas ranjang. Reza juga ikut berbaring di sisinya. Dia meniup punggung tangan Sonia sembari merangkul Sonia ke da
Aska memelototinya. “Saat siang tadi, kamu bilang kamu bisa mengambil keputusan!”Jemmy berkata dengan lantang, “Kamu malah percaya sama omonganku agar kamu menemaniku main catur?”Aska terdiam membisu.Jemmy tersenyum. “Jujur saja, kamu juga tahu sendiri temperamen Morgan. Apa kamu tidak takut Hallie akan menderita nantinya?”“Tidak takut. Aku merasa tenang bisa menikahkannya dengan keluargamu!” balas Aska.“Kamu baru saja menemukan Jeje. Sekarang kamu malah buru-buru ingin menikahkannya. Sebenarnya apa yang sedang kamu pikirkan?” Jemmy tersenyum dingin.Aska segera berkata, “Aku hanya ingin menetapkannya saja. Tentu saja aku tidak buru-buru dalam soal pernikahan.”“Tenang saja, cucuku itu masih belum punya pacar! Biarkan Julia pulang dulu, tes DNA lebih penting!” balas Jemmy.Saat mengungkit soal Julia, Aska pun tidak berbicara lagi.Di sisi tangga, Hallie yang sudah mengganti pakaian baru dan hendak menuruni tangga kedengaran perbincangan mereka berdua. Dia menggigit bibirnya dan ke
Setelah tiba di bawah gedung apartemen, Theresia mengambil tasnya dan menuruni mobil. “Mengenai isi perbincangan hari ini, aku akan suruh anggotaku untuk memasukkannya ke dalam kontrak. Saat hari Senin nanti, aku akan kirimkan kontrak perpanjangan untuk kami. Setelah kamu baca dengan saksama, kamu baru kirim kembali kepadaku.”“Baik!” Roger tersenyum lembut.Roger ikut menuruni mobil. Dia melihat wanita yang sedang berpamitan dengannya, lalu spontan berkata, “There, kita sudah kenal selama ini. Seharusnya kamu mengerti perasaanku kepadamu, bisa tidak kamu beri aku satu kesempatan?”Roger mengeluarkan sebuah cincin berlian dari dalam sakunya. “Cincin ini sudah lama bersamaku, tapi aku nggak punya keberanian untuk mengutarakan perasaanku. There, hari ini mungkin aku sedikit gegabah, tapi aku pasti bukan impulsif!”Cuaca hari ini sangat dingin. Lampu jalan memancarkan cahaya dingin, memancar ke atas berlian. Bahkan, berlian itu juga terasa sedikit dingin.Theresia berkata dengan suara lem
Morgan mengangguk. “Kalau begitu, kita pulang dulu!”Sonia berpesan, “Jangan beri tahu Kakek!”“Aku mengerti!” balas Morgan, lalu membalikkan tubuhnya pergi mengendarai mobilnya. Hallie berpamitan dengan Sonia, Theresia, dan yang lain, kemudian memasuki bangku samping pengemudi.Saat Theresia melihat mobil berjalan pergi, dia mengalihkan pandangannya, lalu bertanya pada Sonia, “Apa tanganmu sakit?”“Nggak sakit lagi. Hanya luka kecil saja. Kamu juga cepat pulang sana!” Sonia tersenyum tipis.Theresia berkata dengan khawatir, “Cella memang gila. Meski dia telah dibawa ke kantor polisi, dia juga nggak akan ditahan terlalu lama. Kamu sendiri mesti lebih hati-hati. Orang seperti itu biasanya akan melakukan hal tanpa memperkirakan akibatnya.”“Aku akan melakukannya!” balas Sonia.“Kalau begitu, aku pergi dulu!” Theresia melambaikan tangannya kepada Sonia. Dia memalingkan kepalanya melihat Roger. “Ayo, kita pergi.”Reza baru kembali dari menelepon. Dia berkata pada Sonia, “Kita ke rumah saki
Sonia segera membalikkan tubuhnya. Dia menyadari di bawah cahaya gelap, sesosok bayangan tubuh menerjang ke sisinya dengan memegang dua botol asam sulfat di tangannya. Satu di kiri dan satu di kanan. Kemudian, dia melemparkannya satu per satu ke sisi Sonia dan yang lain.“Sayang!” Reza segera berlari menarik Sonia ke dalam pelukannya. Dia menggunakan mantelnya untuk membungkus Sonia.Pada saat bersamaan, tubuh besar Morgan juga berdiri di depannya. Ketika melihat Sonia ditarik pergi oleh Reza, dia langsung menarik tangan Theresia, memutarkan tubuhnya melindungi Theresia di dalam pelukannya.Pada akhirnya, hanya tersisa Hallie sendiri. Dia melihat dengan mata kepalanya sendiri botol asam sulfat di depan wajahnya.“Hallie!” Sonia mendorong Reza, langsung melompat untuk menendang botol asam sulfat, kemudian jatuh menindih di atas tubuh Hallie.Botol asam sulfat yang satu lagi melayang bergesekan dengan kepala mereka berdua, lalu menghantam ke atas mobil Reza. “Bamm!” Terdengar suara ledak