Hanya saja, Rose benar-benar menangis selama tiga hari demi kepergian Roxy.Sejak saat itu, mereka berdua tidak memelihara anjing lagi karena tidak bisa menerima rasa sakit akibat perpisahan.Rose membalikkan tubuhnya untuk berhadapan dengan Juno. Dia berkata dengan sedikit sedih, “Ketika mengungkit soal Roxy, aku pun merindukannya lagi. Selama bertahun-tahun ini, aku kira kamu sudah melupakan Roxy.”Juno berkata dengan suara rendah, “Tidak.”Roxy adalah anjing yang dipelihara mereka berdua. Mana mungkin Juno akan melupakannya?“Menurutmu, apa Roxy sudah dilahirkan kembali?” Mata Rose berkilauan. “Mungkin ia sudah terlahir kembali menjadi manusia. Sekarang, sepertinya ia sudah berumur 10 tahun juga!”Juno mengangkat tangannya untuk menepuk kepala Rose. “Sembarangan berpikir lagi!”Setelah Roxy meninggal, Rose-lah yang merasa paling sedih. Setelah itu, setiap kali ada bayi yang lahir di kompleks ini, Rose pun akan pergi mengunjunginya, lalu bertanya pada Juno apakah dia adalah Roxy yang
Rose tiba-tiba merasa gugup karena ditatap oleh bola mata hitam itu. Dia mengambil ponselnya berjalan keluar. Suaranya terdengar dingin. “Ada urusan apa kamu mencariku?”Devin berkata, “Aku ingin pergi mencarimu untuk bahas soal Ester. Apa kamu bersedia untuk mendengarnya?”Rose sudah membuka pintu, berjalan keluar dari ruang tamu. Dia berkata dengan suara dingin, “Aku nggak bersedia untuk mendengar dan nggak ada juga yang perlu dikatakan. Kamu sudah mengkhianati hubungan kita berdua. Nggak ada gunanya lagi untuk membahas lagi.”“Rose, aku mau ngobrol tatap muka sama kamu!” Devin berkata, “Sekarang aku lagi tunggu di bawah rumahmu!”Kening Rose berkerut. “Aku nggak lagi di rumah. Kamu pulang sana. Aku juga nggak ingin ngobrol sama kamu.”“Rose, kamu bilang kamu sudah mencintaiku selama bertahun-tahun. Apa benar kamu bahkan tidak memberiku satu kesempatan terakhir untuk bertemu denganmu?” Terdengar rasa sakit dari dalam suara Devin.“Uhuk, uhuk, uhuk!” Tiba-tiba terdengar suara batuk ke
Kening Juno berkerut. “Oh, ya?”Usai berbicara, Juno melepaskan kacamatanya dan menunduk. Dia menempelkan keningnya di atas kening Rose. “Coba aku periksa, apa kamu yang demam?”Tiba-tiba mereka berdua mendekat. Kedua pasang mata saling bertemu. Setelah si pria melepaskan kacamatanya, bola mata hitamnya kelihatan semakin jelas dan juga tajam. Hati Rose gemetar. Sekujur tubuhnya juga terasa sedikit lemas.Juno menatap Rose, lalu perlahan-lahan mendekati bibirnya.Saat bibir hampir saling bersentuhan, tiba-tiba Rose memiringkan kepalanya untuk menghindar. Dia berkata dengan suara rendah, “Di mana obatnya? Aku ambilkan obat buat kamu!”Hati Juno seketika terasa hampa. Dia pun mengangguk dengan perlahan. “Aku ambilkan!”Juno berdiri, lalu berjalan keluar. Setelah Rose melihat bayangan punggung Juno telah menghilang, dia baru menghela napas panjang dan menepuk wajahnya yang panas itu. Dia pun berdiri, lalu ikut berjalan keluar ruangan.Juno mengambil kotak P3K kemari. Dia membongkarnya, ter
Surat itu sudah ditulis sejak lama. Tulisan itu juga tulisan di saat Juno masih sekolah dulu. Jadi, surat itu sudah diletakkan di dalam bingkai sejak dulu.Jantung Rose mulai berdetak kencang. Dia segera memasukkan surat yang telah dilipat ke dalamnya, lalu meletakkan bingkai foto ke tempat semula.Hanya saja, hati Rose masih tetap terasa panas. Jelas-jelas Rose sudah mengetahui masalah ini. Dia masih saja seperti baru menyadari sebuah rahasia saja.…Tidak lama kemudian, Juno telah keluar. Dia mengenakan pakaian santai berwarna kegelapan, lalu bertanya pada Rose, “Kamu mau minum apa? Cuma boleh minum yang panas saja, mau bandrek atau susu?”Rose berlagak tidak melihatnya, lalu membalas, “Aku nggak ingin minum. Mana barang titipan ibuku? Aku nggak menemukannya.”Juno melipat kedua lengannya di depan dada sembari bersandar di sisi pintu. Dia menatap Rose dengan datar. “Tidak ada titipan barang. Dia hanya titip pesan buat kamu.”Mata Rose sedikit dilebarkan. “Pesan apa?”Juno melangkah m
Juno pun terbangun. Dia segera memalingkan kepalanya. Bola mata hitam yang baru bangun itu terlihat sedikit linglung dan gugup ketika melihat Rose.Bola mata Rose juga ikut bergerak. Dia bertanya dengan suara kecil, “Apa aku sudah tidur lama? Sudah jam berapa?”Akhirnya tatapan Juno berubah tenang. Dia melihat jam tangannya sekilas. “Sekarang jam delapan!”Juno melihat gerimis yang masih turun di luar sana, kemudian berkata dengan suara datar, “Aku turun mobil dulu. Kamu tunggu aku di mobil.”Juno mengambil payung dari sisi pintu mobil. Dia membuka pintu, menuruni mobil, kemudian berjalan ke sisi bangku samping pengemudi. Setelah pintu dibuka, dia menutupi Rose dengan jaketnya. Satu tangan Juno mengangkat tinggi payung, kemudian tangannya yang satu lagi merangkul pundak Rose membawanya menuruni mobil.Rose pun tidak kehujanan sama sekali. Mereka berdua berjalan ke dalam kompleks. Juno memiringkan payungnya untuk melindungi Rose dari hujan.Saat memasuki lift, Rose melihat bagian pundak
Juno mengangkat kepalanya untuk melihat kemari. Dia berkata dengan kening berkerut, “Ada apa?”Rose menggeleng dengan perlahan. “Nggak kenapa-napa.”“Makan. Jangan pikir kebanyakan. Nanti malah mengganggu pencernaan.” Juno mengambil sayuran untuk Rose.Rose juga mengambil sepotong daging untuk Juno. “Nah, kesukaanmu!”Rose tidak boleh seperti dulu yang mana selalu menerima semua kebaikan dari Juno dengan enaknya. Dia akan berusaha untuk memberi balasan kepada Juno. Semuanya dimulai dari sekarang dan dimulai dari setiap hal kecil.Ekspresi Juno kelihatan syok. Tatapannya ketika melihat Rose juga lebih mendalam. Rose malah merasa canggung. “Cepat makan.”Ujung bibir Juno sedikit melengkung ke atas. Secercah cahaya mulai memancar ke dalam hatinya yang gelap. Perlahan-lahan, Juno bagai telah terjerumus saja.…Selesai makan, mereka berjalan keluar dan di luar masih sedang turun hujan. Juno langsung melepaskan jasnya untuk menutup kepala Rose, melindunginya berjalan ke dalam mobil.Setelah