Diana segera menghilangkan keraguan di hatinya. “Reza meminta kami untuk jangan mengungkit masalah ini di hadapanmu. Setelah kamu kembali, dia juga tidak meletakkan obat itu di rumah, melainkan dia pindahkan ke perusahaan. Mungkin dia takut kamu akan menyadarinya.”Sonia sungguh syok ketika mendengarnya. Pikirannya seketika menjadi hampa, seolah-olah dia dapat merasakan rasa sakit yang dirasakan Reza sebelumnya.Ketika menyadari wajah pucat pasi Sonia, Diana segera berkata, “Sonia, aku beri tahu kamu hari ini bukan karena ingin kamu kasihan sama Reza. Aku hanya ingin kamu tahu betapa cintanya Reza terhadapmu. Demi kamu, dia bahkan rela untuk mempertaruhkan nyawanya! Dia saja bisa berkorban hingga tahap seperti ini. Apa masih ada masalah yang tidak bisa diselesaikan?”Hati Sonia terasa penat dan kepalanya terasa sakit. Beberapa saat kemudian, tetiba dia berkata, “Aku mengerti sekarang. Terima kasih, Bu Diana. Terima kasih sudah beri tahu aku semuanya!”Tatapan Diana kelihatan lembut. “A
“Di mana Kakek?” Raut wajah Sonia tampak pucat.“Kondisi Bapak sekarang masih tergolong stabil. Kamu tidak usah panik.” Indra berusaha untuk menenangkannya, lalu membawa Sonia ke dalam rumah.Setelah masuk ke kamar Jemmy, Sonia berjalan ke depan ranjang. Tampak Jemmy yang sedang berbaring di atas ranjang itu sangat pucat. Sepertinya dia sedang tidak menyadarkan dirinya.“Kakek!” Sonia duduk di samping ranjang. Suaranya spontan gemetar.Dokter keluarga, Herman, menyadari kedatangan Sonia. Dia pun menyapa dengan hormat, “Nona sudah kembali!”Sonia mengangkat kepalanya, lalu menatapnya dengan rasa panik. “Gimana kondisi kakekku? Apa dia perlu dibawa ke rumah sakit?”Herman menjawab, “Penyakit lama Pak Jemmy kambuh lagi. Dia tidak suka ke rumah sakit. Ditambah lagi, kondisinya sekarang ini tidak cocok untuk dipindahkan. Nantinya malah akan semakin memburuk.”“Sebenarnya ada apa dengan Kakek?” Kening Sonia tampak berkerut.“Penyakit jantungnya kambuh lagi. Jadi, suplai darah tidak mencukupi
Reza terbengong di tempat. Dia yang tadinya merasa gugup seketika merasa takut. Darah di dalam tubuhnya seolah-olah berhenti mengalir. Dia tidak bergerak sama sekali.Dalam sesaat, Reza merasa dirinya bagai kembali ke dua tahun silam. Ketika mengetahui kabar kepergian Sonia, Reza pun merasa dirinya terasa kosong dan dibaluti dengan kegelapan. Sejak saat itu, dia bahkan kesakitan ketika bernapas. Apa Sonia pergi lagi? Sonia meninggalkan Reza lagi?Sekujur tubuh Reza terasa dingin. Beberapa saat kemudian, dia baru mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi Sonia. Sesuai dengan dugaan Reza, ponselnya dalam keadaan tidak aktif.Reza kembali ke ruang tamu, lalu duduk di sofa. Kali ini, Sonia akan pergi berapa tahun lagi? Kenapa? Padahal Reza sudah mengerahkan seluruh tenaganya, kenapa hasilnya malah seperti ini?Rasa sakit di hati seketika menjalar. Dia sungguh tidak bisa menerima hasil akhir ini! Beberapa saat kemudian, Reza kembali mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi Robi. “Cari tahu k
Namun, sekarang ketika melihat sang kakek sedang berbaring di atas ranjang dalam keadaan tidak menyadarkan diri, Sonia baru menyadari bahwa kakeknya sudah tua. Dia sedang sakit saat ini. Bisa jadi dia akan meninggalkan Sonia dan abangnya.Sonia menggenggam erat tangan Jemmy. “Kek, aku mohon sama Kakek untuk segera bangun, ya! Aku mohon sama Kakek! Aku nggak dengar omongan Kakek. Aku jadian lagi sama Reza. Kakek mesti bangun buat marahin aku!” Sonia menyandarkan kepalanya di samping tubuh Jemmy. Ini pertama kalinya dia merasa tidak berdaya.Pintu kamar seketika terbuka. Indra membawa semangkuk bubur ke dalam ruangan. Dia menatap Sonia dengan tatapan khawatir. “Nona, kamu makan sedikit dulu. Kamu bahkan tidak minum sama sekali dari tadi sore.”Sonia menggeleng. “Aku nggak ingin makan. Aku juga nggak bisa makan!”“Nona, Pak Jemmy akan baik-baik saja. Sebelum berpamitan dengan Nona dan Tuan, dia tidak akan pergi begitu saja.” Suara Indra terdengar terisak-isak. Tubuhnya tampak sedikit bung
Indra membalikkan tubuh untuk meninggalkan Reza. Dia berjalan ke dapur. Kebetulan tampak Herman sedang menuangkan obat yang baru selesai dimasaknya ke dalam mangkuk. Dia segera berjalan maju. “Biar aku saja yang hidangkan!”Herman mengangguk. “Setelah obatnya agak dingin, kamu bisa suap Pak Jemmy. Aku pergi siap-siap dulu. Setengah jam lagi, aku akan memberi suntikan kedua kepada Pak Jemmy.”“Baik!” Indra membawa mangkuk obat keluar dapur. Saat berjalan melewati halaman, dia menoleh, lalu tampak sosok Reza yang sedang berdiri di koridor. Ketika melihat sosok Reza yang tegap itu, entah kenapa Indra malah merasa tenang.Setelah tiba di kamar Jemmy, Sonia menoleh untuk melihatnya. “Obatnya sudah selesai dimasak?”“Iya!” Indra menyerahkannya kepada Sonia.Sonia mengetes suhunya, lalu menyuapi Jemmy sesuap demi sesuap.Setelah obat hampir selesai dihabiskan, Indra pun berkata dengan bimbang, “Nona, Tuan Reza kemari.”Gerakan tangan Sonia berhenti. Dia memalingkan kepalanya dengan kaget. “Di
“Oke, Kakek akan beri tahu kamu!” Jemmy tersenyum lebar.Herman berkata dengan tersenyum juga, “Aku pergi masak obat lagi untuk diminum di pagi hari. Kalau Pak Jemmy sudah tidak ngantuk lagi, Bapak bisa ngobrol dengan Nona Sonia. Kalau Bapak merasa capek, Bapak bisa tiduran lagi.”“Aku sudah bangun. Jadi, tidak usah masakan obat yang pahit itu lagi.” Ketika mendengar soal obat, keningnya spontan berkerut.“Kakek yang patuh!” Sonia memelototinya.Jemmy menghela napas tanda tidak berdaya. “Kalau begitu, kamu tambahkan sedikit gula.”Tentu saja Herman akan mengikuti kemauan Jemmy. “Baik, aku akan tambahkan sedikit gula.” Usai berbicara, Herman pun meninggalkan kamar.Kondisi Jemmy telah membaik. Sonia menemaninya untuk mengobrol beberapa saat.Indra menyadari langit di luar sana sudah mulai terang. Dia terpaksa mengingatkan Sonia, “Nona, Tuan Reza masih menunggu di luar!”Hati Sonia terasa tegang. Dia sungguh takut Jemmy akan emosi ketika mendengar nama Reza, nantinya kondisinya malah aka
Reza menghela napas, lalu memeluk erat Sonia. Dagunya disandarkan di atas kepala Sonia. “Apa Kakek baik-baik saja?”Sonia bersandar di dalam pelukan Reza sembari mengangguk. “Kata Dokter Herman, Kakek akan baik-baik saja asal dia siuman. Kondisinya sudah membaik.”“Baguslah kalau begitu!” Reza mengusap kepala Sonia. “Sebenarnya aku ingin masuk untuk menemanimu, tapi aku takut kamu tidak bersedia untuk bertemu denganku. Jadi, aku pun tidak berani ke dalam.”Sonia membalas dengan perlahan, “Aku tahu kamu ada di sini. Aku pun jadi merasa lebih tenang.” Kedua tangan Sonia meremas kemeja Reza. Suaranya terdengar terisak-isak. “Reza, kenapa kamu nggak beri tahu aku?”Reza tertegun sejenak, baru membalas, “Aku sudah melukaimu hingga separah itu. Sudah dua tahun kamu tidak kembali. Kamu juga mengatakan kamu tidak mencintaiku lagi. Aku sungguh takut … takut kamu benar-benar tidak menginginkanku lagi! Aku hanya ingin kamu kembali ke sisiku dan kembali mencintaiku. Tapi aku tidak ingin kamu kemba
“Nanti aku bawa kamu untuk melihatnya. Sekarang kita pergi jenguk Kakek dulu,” ucap Reza.“Mungkin Kakek lagi tidur. Nanti kita baru pergi jenguk Kakek. Sekarang aku bawa kamu istirahat dulu.”“Ke kamarmu?”“Sepertinya kamu sudah sering ke kamarku?” Sonia meliriknya sekilas. “Sekarang malah nanya lagi!”Reza tersenyum. “Emm, selama kamu tidak ada di rumah. Aku selalu tidur di kamarmu.”Sonia sudah bisa menebaknya. Ujung bibirnya sedikit melengkung ke atas. Dia menggandeng tangan Reza membawanya ke kamar.Reza mengikuti langkah Sonia. Saat ini, hanya ada Sonia di dalam pandangannya.Setelah kembali ke kamar, Sonia duluan berjalan ke sisi nakas. Dia membuka laci terbawah, lalu ada dua amplop besar di sana. Dia mengeluarkannya, kemudian tampak sertifikat rumah atas namanya. Satunya Vila Green Garden, kemudian satunya lagi sebuah apartemen.Sonia menatap si pria dengan mengangkat-angkat alisnya. “Ngapain kamu kasih aku rumah sebanyak ini?”Reza berjalan ke sisi Sonia, lalu mengecup pipinya
Tiba-tiba Morgan bertanya, “Kenapa kamu tidak pacaran?”Theresia tertegun oleh pertanyaan Morgan. Dia mengangkat kepalanya dengan perlahan, lalu berkata, “Seleraku jadi tinggi gara-gara kamu. Aku takut orang lain nggak sanggup.”Morgan terdiam.Ternyata Theresia sudah berbeda dengan yang dulu. Dia berubah menjadi lebih pemberani. Setiap ucapannya membuat Morgan tidak bisa berkata-kata. Hanya saja, dia tetap berbicara dengan begitu serius dan lugu, membuat Morgan tidak tega untuk mengomelinya.Usai berbicara, Theresia pun tersenyum. Dia tidak berbicara lagi, melainkan menunduk untuk menyantap makanannya dengan tenang.Selesai makan, Theresia menyeduh secangkir teh untuk Morgan, kemudian menyeduh secangkir kopi untuk dirinya sendiri.Meski aroma kopi dan teh bercampur aduk, aromanya tetap terasa nyaman.Theresia duduk di atas pangkuan Morgan, lalu melingkari lehernya. “Aku nggak ingin ngapa-ngapain hari ini, cuma ingin temani kamu saja, ya?”Terdengar nada manja dalam suaranya, seperti s
Reza mengusap wajah Sonia. “Semoga saja yang dia harapkan itu anggota keluarga, bukan uang. Semoga juga dia bisa memahami maksud kalian, bisa mempertahankan pemikiran awal, tidak terbuai dengan kekayaan.”Sonia menggigit bibirnya dengan perlahan. “Semoga saja dia nggak seperti itu. Hanya saja, aku juga bakal lebih hati-hati.”“Kalau begitu, kita amati selama beberapa saat dulu. Seandainya Hallie memang pantas untuk disukai Tuan Aska, masalah cucu kandung atau bukan juga bukan masalah. Seandainya dia tidak pantas, beri dia sedikit uang sebagai tebusan saja.”Sonia mengangguk. “Semuanya tergantung dengan nasibnya sendiri.”Mereka berdua selesai mengobrol masalah Hallie. Reza memeluk Sonia. “Pergi mandi dulu, lalu sarapan. Aku sudah telepon Bi Rati. Dia lagi masak yang enak-enak buat kamu.”Sonia memeluk Reza. “Aku juga merindukan Bibo!”Reza tersenyum tipis. “Sepertinya kamu tidak pernah merindukanku.”“Apa aku nggak pernah mengatakannya? Seingatku, aku sering mengatakannya berkali-kali!
“Sudah hampir pukul sembilan!”Sonia mengerutkan keningnya dengan kesal. “Tadinya aku berencana bangun pagian untuk pergi ke rumah. Tandy sudah hampir ujian akhir semester. Aku ingin memeriksa bagian mana yang ketinggalan, biar bisa beri bimbingan belajar buat dia.”Sonia menengadah kepalanya menatap Reza, lalu berkata dengan tersenyum, “Aku ini bukan guru bimbel yang bertanggung jawab. Untung saja Kak Diana nggak marah.”Reza mencubit pipi Sonia. “Kamu itu guru bimbel yang direkrut dengan susah payah. Meski dia marah, dia juga bisa memendamnya saja.”“Kamu malah berani ngomong lagi! Dia melakukannya juga demi kamu!” dengus Sonia dengan ringan.“Kalau begitu, demi balas budi kepada Kak Diana, aku pergi ajari Tandy saja?”Sonia kepikiran dengan gambaran paman dan keponakan yang sedang mengajar dan belajar itu. Tiba-tiba dia tertawa.Reza menggendong Sonia. “Hari ini kita tidak pulang. Kamu sudah sibuk gara-gara masalah Hallie. Hari ini kita tidak usah melakukan apa-apa, kita kembali ke
“Jangan kemari. Kalau tidak, kalian bukan hanya tidak bisa dirawat di rumah sakit saja, kalian bahkan tidak bisa tinggal di Kota Jembara lagi!” Nada bicara Reza terdengar datar. “Aku sudah cukup memberi kalian muka dengan membiarkan kalian tinggal di Kota Jembara. Seharusnya kamu mengerti!”“Aku mengerti! Aku mengerti!” Hendri berkata, “Aku tahu apa yang sudah aku lakukan. Aku mengerti kalau kamu berbelas kasihan kepada kami!”“Kalau kamu mengerti, mohon jauhi Sonia. Jangan ganggu dia lagi!”“Tuan Reza!” Hendri berkata dengan buru-buru, “Waktu itu aku mengantar Sonia untuk melakukan pernikahan bisnis dengan Keluarga Herdian. Sekarang hubungan kalian sebaik ini. Aku tergolong telah berbuat baik. Bisakah dilihat dari masalah itu, kamu membantuku sekali lagi?”Kening Reza berkerut. Dia berkata dengan suara dingin, “Kenapa Sonia bisa punya ayah sepertimu!”Hendri sungguh merasa malu. “Aku tidak menjadi seorang ayah yang baik. Aku sungguh bersalah pada Sonia. Aku berharap kelak aku memiliki
“Meskipun jelek, aku tetap menyukainya!” Reza memeluk Sonia ke dalam pelukannya. “Aku tahu masalah hari ini di luar dugaan, tapi kalau kejadian ini terulang lagi, aku berharap kamu tidak maju ke depan lagi!”Bagaimana kalau barang itu adalah bom? Siapa tahu ….Sonia memiringkan kepalanya bersandar di pundak Reza. “Waktu itu, aku nggak berpikir terlalu banyak. Cella menargetkanku. Nggak mungkin aku melibatkan Hallie.”“Cella memang bodoh. Padahal dia tahu alasan Keluarga Tamara bisa menjadi seperti sekarang, dia masih saja berani untuk tidak melepaskanmu!” Tatapan Reza kelihatan dingin. “Dia itu takut aku akan melupakannya. Bagus juga dia bisa datang, aku tidak akan melepaskannya lagi!”Sonia tidak menganggap masalah Cella. “Cukup usir dia dari Kota Jembara saja. Jangan kotori tanganmu demi dia.”“Aku akan mengatasinya!” Reza mengecup wajahnya. “Tidurlah!”Sonia berbaring di atas ranjang. Reza juga ikut berbaring di sisinya. Dia meniup punggung tangan Sonia sembari merangkul Sonia ke da
Aska memelototinya. “Saat siang tadi, kamu bilang kamu bisa mengambil keputusan!”Jemmy berkata dengan lantang, “Kamu malah percaya sama omonganku agar kamu menemaniku main catur?”Aska terdiam membisu.Jemmy tersenyum. “Jujur saja, kamu juga tahu sendiri temperamen Morgan. Apa kamu tidak takut Hallie akan menderita nantinya?”“Tidak takut. Aku merasa tenang bisa menikahkannya dengan keluargamu!” balas Aska.“Kamu baru saja menemukan Jeje. Sekarang kamu malah buru-buru ingin menikahkannya. Sebenarnya apa yang sedang kamu pikirkan?” Jemmy tersenyum dingin.Aska segera berkata, “Aku hanya ingin menetapkannya saja. Tentu saja aku tidak buru-buru dalam soal pernikahan.”“Tenang saja, cucuku itu masih belum punya pacar! Biarkan Julia pulang dulu, tes DNA lebih penting!” balas Jemmy.Saat mengungkit soal Julia, Aska pun tidak berbicara lagi.Di sisi tangga, Hallie yang sudah mengganti pakaian baru dan hendak menuruni tangga kedengaran perbincangan mereka berdua. Dia menggigit bibirnya dan ke
Setelah tiba di bawah gedung apartemen, Theresia mengambil tasnya dan menuruni mobil. “Mengenai isi perbincangan hari ini, aku akan suruh anggotaku untuk memasukkannya ke dalam kontrak. Saat hari Senin nanti, aku akan kirimkan kontrak perpanjangan untuk kami. Setelah kamu baca dengan saksama, kamu baru kirim kembali kepadaku.”“Baik!” Roger tersenyum lembut.Roger ikut menuruni mobil. Dia melihat wanita yang sedang berpamitan dengannya, lalu spontan berkata, “There, kita sudah kenal selama ini. Seharusnya kamu mengerti perasaanku kepadamu, bisa tidak kamu beri aku satu kesempatan?”Roger mengeluarkan sebuah cincin berlian dari dalam sakunya. “Cincin ini sudah lama bersamaku, tapi aku nggak punya keberanian untuk mengutarakan perasaanku. There, hari ini mungkin aku sedikit gegabah, tapi aku pasti bukan impulsif!”Cuaca hari ini sangat dingin. Lampu jalan memancarkan cahaya dingin, memancar ke atas berlian. Bahkan, berlian itu juga terasa sedikit dingin.Theresia berkata dengan suara lem
Morgan mengangguk. “Kalau begitu, kita pulang dulu!”Sonia berpesan, “Jangan beri tahu Kakek!”“Aku mengerti!” balas Morgan, lalu membalikkan tubuhnya pergi mengendarai mobilnya. Hallie berpamitan dengan Sonia, Theresia, dan yang lain, kemudian memasuki bangku samping pengemudi.Saat Theresia melihat mobil berjalan pergi, dia mengalihkan pandangannya, lalu bertanya pada Sonia, “Apa tanganmu sakit?”“Nggak sakit lagi. Hanya luka kecil saja. Kamu juga cepat pulang sana!” Sonia tersenyum tipis.Theresia berkata dengan khawatir, “Cella memang gila. Meski dia telah dibawa ke kantor polisi, dia juga nggak akan ditahan terlalu lama. Kamu sendiri mesti lebih hati-hati. Orang seperti itu biasanya akan melakukan hal tanpa memperkirakan akibatnya.”“Aku akan melakukannya!” balas Sonia.“Kalau begitu, aku pergi dulu!” Theresia melambaikan tangannya kepada Sonia. Dia memalingkan kepalanya melihat Roger. “Ayo, kita pergi.”Reza baru kembali dari menelepon. Dia berkata pada Sonia, “Kita ke rumah saki
Sonia segera membalikkan tubuhnya. Dia menyadari di bawah cahaya gelap, sesosok bayangan tubuh menerjang ke sisinya dengan memegang dua botol asam sulfat di tangannya. Satu di kiri dan satu di kanan. Kemudian, dia melemparkannya satu per satu ke sisi Sonia dan yang lain.“Sayang!” Reza segera berlari menarik Sonia ke dalam pelukannya. Dia menggunakan mantelnya untuk membungkus Sonia.Pada saat bersamaan, tubuh besar Morgan juga berdiri di depannya. Ketika melihat Sonia ditarik pergi oleh Reza, dia langsung menarik tangan Theresia, memutarkan tubuhnya melindungi Theresia di dalam pelukannya.Pada akhirnya, hanya tersisa Hallie sendiri. Dia melihat dengan mata kepalanya sendiri botol asam sulfat di depan wajahnya.“Hallie!” Sonia mendorong Reza, langsung melompat untuk menendang botol asam sulfat, kemudian jatuh menindih di atas tubuh Hallie.Botol asam sulfat yang satu lagi melayang bergesekan dengan kepala mereka berdua, lalu menghantam ke atas mobil Reza. “Bamm!” Terdengar suara ledak