Raut wajah Tasya seketika berubah dingin.Ranty berjalan ke mobil sendiri. Tasya juga memasuki mobil Sonia. Dia memasang sabuk pengaman, lalu bertanya, “Untuk apa mencarinya lagi?”“Dia sudah ambil tabungan Leon yang disimpan Leon selama beberapa tahun ini. Aku nggak akan biarkan dia begitu saja.” Raut wajah Sonia sangat dingin.Tasya berkata dengan kaget, “Wanita itu memang nggak ada batasan!”Herlie bukan hanya menipu perasaan Leon saja, dia bahkan menipu uang Leon!Tasya merasa penasaran. “Jadi, kamu sengaja ajak temanmu buat bantuin kita? Bukannya kita berdua sudah sanggup untuk beri pelajaran sama dia!”Sonia mengangkat-angkat alisnya. “Serahkan masalah ini kepada ahlinya!”Setengah jam kemudian, mobil Sonia berhenti di dalam sebuah kompleks perumahan. Tasya melihat Ranty membawa dua orang wanita berbadan tinggi langsing bersamanya. Sepertinya dia mulai mengerti maksud Sonia.Mereka berjalan ke lantai atas. Wanita yang mengenakan rok merah di belakang Ranty berjalan maju untuk men
Sonia tersenyum datar. “Sejak Ranty tamat kuliah, dia sudah mengambil alih perusahaan keluarganya. Selama beberapa tahun ini, dia sudah bertemu dengan banyak orang. Jadi, trik yang dimainkan Herlie bukanlah apa-apa baginya!”Tampak rasa kagum di dalam tatapan Tasya. “Alangkah bagusnya kalau aku bisa sehebat dia nanti!”Sonia melirik Tasya sekilas, lalu menggeleng dengan perlahan. “Aku lebih berharap kamu bisa selalu seperti sekarang ini.”“Kenapa?” Tasya tidak mengerti.Sonia malah hanya tersenyum dan tidak berbicara.Jika kondisi mengizinkan, siapa pun ingin hidup dengan dilindungi, disayangi, dan dimanja oleh anggota keluarga sendiri. Itu adalah gambaran bahagia yang terlukis di benak Sonia!…Setibanya di restoran, Sonia tidak menuruni mobil. “Aku masih harus kembali ke lokasi syuting. Kamu masuk sendiri, ya!”“Baiklah!” Tasya melambaikan tangan kepada Sonia. “Sampai jumpa.”“Jangan pulang malam!” pesan Sonia.“Aku mengerti. Hati-hati di jalan!” Tasya berdiri di pinggir jalan meliha
Tasya menjawab pertanyaan Leon, “Sonia bawa anggotanya pergi meminta kartu debit ini. Herlie juga sudah dipukul habis-habisan. Anggap saja Sonia sudah membantumu melampiaskan amarahmu. Jadi, kamu nggak usah cari dia lagi. Dengan nggak bertemu dengan dia lagi, kamu pun baru bisa benar-benar melepaskannya.”Leon menggenggam erat kartu di tangannya. Raut wajahnya kelihatan sangat muram. “Aku tidak bisa melepaskannya begitu saja!”“Sonia sudah bantu kamu untuk beri pelajaran sama dia. Aku lihat dengan mata kepalaku sendiri kalau dia dipukuli.” Kali ini, Yandi melihat ke sisi mereka, lalu berkata dengan datar, “Benar apa kata Tasya. Kamu tidak perlu berhubungan dengan dia lagi.”Leon tahu Yandi takut dirinya akan menyebabkan masalah lagi. Setelah berpikir sejenak, pada akhirnya Leon pun mengangguk. “Baik.”Tasya sengaja tidak menatap Yandi. Dia hanya berkata pada Leon dengan tersenyum, “Bukannya kamu sudah kembali? Kenapa restoran masih belum dibuka?”Leon membalas, “Malam ini kita makan b
”Apa iya?” Tiba-tiba hati Tasya terasa sakit. Dia menunduk, lalu berkata dengan suara rendah, “Tapi, di hatiku, kamu berbeda dengan mereka.”Yandi tertegun sejenak. Dia menatap gadis di hadapannya dalam waktu lama. Hatinya seketika terasa berat. Beberapa saat kemudian, dia baru berkata, “Tasya, kamu masih kecil. Mungkin kamu menganggap ketergantungan terhadap seorang pria sebagai perasaan lain ….”Tasya langsung menatapnya dengan mengerutkan keningnya. “Aku punya Ayah dan juga Paman Reza. Aku bukan anak perempuan yang kekurangan kasih sayang!”Tatapan Yandi semakin dingin lagi. “Tapi aku lebih besar sembilan tahun daripada kamu. Aku bisa jadi pamanmu. Jadi, jangan beronar lagi!”Kali ini, ekspresi Tasya berubah muram. Dia bertanya dengan suara kecil, “Apa kamu suka … wanita yang dewasa?”Yandi mengangguk. “Iya, aku tidak tertarik dengan anak kecil!”Tasya merasa canggung dan malu. “Maaf, anggap saja aku nggak pernah mengatakannya.”Yandi menarik napas dalam-dalam. “Pria yang mengejarmu
Keesokan harinya adalah hari Sabtu. Pagi harinya, Tasya pun sudah berangkat ke restoran dengan diantar oleh sopir kediaman. Dia mulai menyibukkan harinya dengan membantu Bruno dan yang lain. Dia sudah cukup familier dengan pekerjaan di restoran. Ditambah lagi, Tasya sangat rajin, tidak lemah lembut seperti nona muda di keluarga kaya lainnya.Sekitar pukul sepuluh, ada tamu memasuki restoran. Tamu itu adalah pelanggan setia restoran. Dia bertanya alasan restoran tutup selama beberapa hari ini.Tasya menyerahkan menu makanan kepada mereka, lalu menjawab dengan tersenyum, “Bos kami baik sekali. Dia suruh kami istirahat untuk beberapa hari.”Para tamu juga ikut bercanda.“Sepertinya Bos Yandi memang bos terbaik yang pernah aku temui!”“Bos Yandi buka restoran juga demi buang waktu saja, bukan demi mencari keuntungan. Kalian percaya, ‘kan?”“Percaya! Tentu saja percaya! Aku nggak pernah bertemu bos sebaik Yandi. Sepertinya masalah duit juga bukan prioritasnya.”Semua orang tersenyum lebar.
Tasya mengangguk. “Boleh! Kalau begitu, kamu makan dulu. Aku akan minta izin sama bosku. Kita pergi bersama nanti.”“Kamu juga makan dulu. Kalau nanti kamu disalahkan bosmu, aku akan jelasin sama dia.” Oscar menunjukkan senyuman hangatnya.“Nggak usah, aku bisa makan di belakang. Kalau begitu, aku sibuk dulu!”Tasya pergi melayani tamu lainnya. Dia sudah lama bekerja di restoran. Jadi, dia pun sudah kenal dengan banyak pelanggan setia. Senyuman dan sapaan yang diberikan Tasya sangatlah lembut. Dia tak berhenti mondar-mandir di dalam restoran. Rambut hitam yang dikuncir tinggi juga tak berhenti melambai. Tasya kelihatan sangat energik.Saat Yandi keluar, dia dapat melihat Oscar yang sedang duduk di dekat jendela terus menatap ke sisi Tasya. Dapat terlihat rasa suka dari tatapan pria itu. Kemudian, tatapan Yandi beralih ke sisi Tasya. Dia mengambil kotak rokok, lalu pergi ke dalam dapur.Setelah sibuk beberapa saat, saat Bruno ke dapur, dia pun berkata kepada Yandi, “Oh, ya, Bos. Nanti
Satu jam sebelumnya, Tasya mengunggah sebuah postingan di Instagram. [ Udara di pegunungan sangat segar. Senyuman anak-anak sungguh manis. ]Kemudian, tampak juga foto selfie dirinya. Senyuman di wajah Tasya sangatlah polos. Latar belakangnya adalah sebuah sekolah di pedesaan. Sekelompok anak-anak sedang menerima buku pelajaran dengan gembira. Ada juga banyak teman sekolah Tasya yang sedang berdiri di belakang sana. Kemudian, di dalam kerumunan, tampak Oscar sedang melihat ke sisi Tasya. Senyuman di wajahnya juga tampak sangat lebar.Yandi melihat foto itu dalam waktu lama. Kemudian, dia mematikan layar ponselnya, kembali bersandar di bangkunya.Seumur hidupnya, seharusnya Yandi tidak akan menyukai wanita mana pun. Dia juga tidak akan menikah, tidak akan mengulangi kisah miris ibunya.Tasya sangatlah energik, polos, dan baik hati. Sementara, Yandi sudah pernah mengalami banyak rintangan sebelumnya. Dia memiliki pengalaman yang tidak bisa dibayangkan Tasya. Semuanya memang mirip sepert
Panggilan terhubung. Sesuai dengan dugaan Hendri, nada bicara Sonia terdengar dingin. Dia mengatakan dirinya tidak memiliki waktu malam ini.Hendri berusaha untuk membujuknya lagi. Ketika menyadari sikap tegas Sonia, pada akhirnya Hendri terpaksa mengakhiri panggilan, lalu memberi tahu masalah ini kepada ayahnya.Saat Tobias mengetahui kabar Sonia menolak undangannya, dia berkata dengan tersenyum dingin, “Apa Sonia merasa dirinya hebat? Hanya karena memiliki dukungan Keluarga Herdian, dia malah tidak menganggap Keluarga Dikara lagi? Dia hanya bekerja dengan Keluarga Herdian. Memangnya sampai kapan dia bisa dilindungi oleh Keluarga Herdian? Dasar tidak tahu diri!”Hendri berkata, “Temperamennya memang seperti ini, makanya semuanya tidak begitu menyukainya. Salah paham dia dengan ibunya juga semakin dalam saja.”Tobias berucap dengan serius, “Sepertinya masalah di dirinya cukup besar. Karakternya cukup dingin dan keras, tidak tahu untuk mengalah, apalagi menyenangkan hati orang lain.”Pa
“Sudah hampir pukul sembilan!”Sonia mengerutkan keningnya dengan kesal. “Tadinya aku berencana bangun pagian untuk pergi ke rumah. Tandy sudah hampir ujian akhir semester. Aku ingin memeriksa bagian mana yang ketinggalan, biar bisa beri bimbingan belajar buat dia.”Sonia menengadah kepalanya menatap Reza, lalu berkata dengan tersenyum, “Aku ini bukan guru bimbel yang bertanggung jawab. Untung saja Kak Diana nggak marah.”Reza mencubit pipi Sonia. “Kamu itu guru bimbel yang direkrut dengan susah payah. Meski dia marah, dia juga bisa memendamnya saja.”“Kamu malah berani ngomong lagi! Dia melakukannya juga demi kamu!” dengus Sonia dengan ringan.“Kalau begitu, demi balas budi kepada Kak Diana, aku pergi ajari Tandy saja?”Sonia kepikiran dengan gambaran paman dan keponakan yang sedang mengajar dan belajar itu. Tiba-tiba dia tertawa.Reza menggendong Sonia. “Hari ini kita tidak pulang. Kamu sudah sibuk gara-gara masalah Hallie. Hari ini kita tidak usah melakukan apa-apa, kita kembali ke
“Jangan kemari. Kalau tidak, kalian bukan hanya tidak bisa dirawat di rumah sakit saja, kalian bahkan tidak bisa tinggal di Kota Jembara lagi!” Nada bicara Reza terdengar datar. “Aku sudah cukup memberi kalian muka dengan membiarkan kalian tinggal di Kota Jembara. Seharusnya kamu mengerti!”“Aku mengerti! Aku mengerti!” Hendri berkata, “Aku tahu apa yang sudah aku lakukan. Aku mengerti kalau kamu berbelas kasihan kepada kami!”“Kalau kamu mengerti, mohon jauhi Sonia. Jangan ganggu dia lagi!”“Tuan Reza!” Hendri berkata dengan buru-buru, “Waktu itu aku mengantar Sonia untuk melakukan pernikahan bisnis dengan Keluarga Herdian. Sekarang hubungan kalian sebaik ini. Aku tergolong telah berbuat baik. Bisakah dilihat dari masalah itu, kamu membantuku sekali lagi?”Kening Reza berkerut. Dia berkata dengan suara dingin, “Kenapa Sonia bisa punya ayah sepertimu!”Hendri sungguh merasa malu. “Aku tidak menjadi seorang ayah yang baik. Aku sungguh bersalah pada Sonia. Aku berharap kelak aku memiliki
“Meskipun jelek, aku tetap menyukainya!” Reza memeluk Sonia ke dalam pelukannya. “Aku tahu masalah hari ini di luar dugaan, tapi kalau kejadian ini terulang lagi, aku berharap kamu tidak maju ke depan lagi!”Bagaimana kalau barang itu adalah bom? Siapa tahu ….Sonia memiringkan kepalanya bersandar di pundak Reza. “Waktu itu, aku nggak berpikir terlalu banyak. Cella menargetkanku. Nggak mungkin aku melibatkan Hallie.”“Cella memang bodoh. Padahal dia tahu alasan Keluarga Tamara bisa menjadi seperti sekarang, dia masih saja berani untuk tidak melepaskanmu!” Tatapan Reza kelihatan dingin. “Dia itu takut aku akan melupakannya. Bagus juga dia bisa datang, aku tidak akan melepaskannya lagi!”Sonia tidak menganggap masalah Cella. “Cukup usir dia dari Kota Jembara saja. Jangan kotori tanganmu demi dia.”“Aku akan mengatasinya!” Reza mengecup wajahnya. “Tidurlah!”Sonia berbaring di atas ranjang. Reza juga ikut berbaring di sisinya. Dia meniup punggung tangan Sonia sembari merangkul Sonia ke da
Aska memelototinya. “Saat siang tadi, kamu bilang kamu bisa mengambil keputusan!”Jemmy berkata dengan lantang, “Kamu malah percaya sama omonganku agar kamu menemaniku main catur?”Aska terdiam membisu.Jemmy tersenyum. “Jujur saja, kamu juga tahu sendiri temperamen Morgan. Apa kamu tidak takut Hallie akan menderita nantinya?”“Tidak takut. Aku merasa tenang bisa menikahkannya dengan keluargamu!” balas Aska.“Kamu baru saja menemukan Jeje. Sekarang kamu malah buru-buru ingin menikahkannya. Sebenarnya apa yang sedang kamu pikirkan?” Jemmy tersenyum dingin.Aska segera berkata, “Aku hanya ingin menetapkannya saja. Tentu saja aku tidak buru-buru dalam soal pernikahan.”“Tenang saja, cucuku itu masih belum punya pacar! Biarkan Julia pulang dulu, tes DNA lebih penting!” balas Jemmy.Saat mengungkit soal Julia, Aska pun tidak berbicara lagi.Di sisi tangga, Hallie yang sudah mengganti pakaian baru dan hendak menuruni tangga kedengaran perbincangan mereka berdua. Dia menggigit bibirnya dan ke
Setelah tiba di bawah gedung apartemen, Theresia mengambil tasnya dan menuruni mobil. “Mengenai isi perbincangan hari ini, aku akan suruh anggotaku untuk memasukkannya ke dalam kontrak. Saat hari Senin nanti, aku akan kirimkan kontrak perpanjangan untuk kami. Setelah kamu baca dengan saksama, kamu baru kirim kembali kepadaku.”“Baik!” Roger tersenyum lembut.Roger ikut menuruni mobil. Dia melihat wanita yang sedang berpamitan dengannya, lalu spontan berkata, “There, kita sudah kenal selama ini. Seharusnya kamu mengerti perasaanku kepadamu, bisa tidak kamu beri aku satu kesempatan?”Roger mengeluarkan sebuah cincin berlian dari dalam sakunya. “Cincin ini sudah lama bersamaku, tapi aku nggak punya keberanian untuk mengutarakan perasaanku. There, hari ini mungkin aku sedikit gegabah, tapi aku pasti bukan impulsif!”Cuaca hari ini sangat dingin. Lampu jalan memancarkan cahaya dingin, memancar ke atas berlian. Bahkan, berlian itu juga terasa sedikit dingin.Theresia berkata dengan suara lem
Morgan mengangguk. “Kalau begitu, kita pulang dulu!”Sonia berpesan, “Jangan beri tahu Kakek!”“Aku mengerti!” balas Morgan, lalu membalikkan tubuhnya pergi mengendarai mobilnya. Hallie berpamitan dengan Sonia, Theresia, dan yang lain, kemudian memasuki bangku samping pengemudi.Saat Theresia melihat mobil berjalan pergi, dia mengalihkan pandangannya, lalu bertanya pada Sonia, “Apa tanganmu sakit?”“Nggak sakit lagi. Hanya luka kecil saja. Kamu juga cepat pulang sana!” Sonia tersenyum tipis.Theresia berkata dengan khawatir, “Cella memang gila. Meski dia telah dibawa ke kantor polisi, dia juga nggak akan ditahan terlalu lama. Kamu sendiri mesti lebih hati-hati. Orang seperti itu biasanya akan melakukan hal tanpa memperkirakan akibatnya.”“Aku akan melakukannya!” balas Sonia.“Kalau begitu, aku pergi dulu!” Theresia melambaikan tangannya kepada Sonia. Dia memalingkan kepalanya melihat Roger. “Ayo, kita pergi.”Reza baru kembali dari menelepon. Dia berkata pada Sonia, “Kita ke rumah saki
Sonia segera membalikkan tubuhnya. Dia menyadari di bawah cahaya gelap, sesosok bayangan tubuh menerjang ke sisinya dengan memegang dua botol asam sulfat di tangannya. Satu di kiri dan satu di kanan. Kemudian, dia melemparkannya satu per satu ke sisi Sonia dan yang lain.“Sayang!” Reza segera berlari menarik Sonia ke dalam pelukannya. Dia menggunakan mantelnya untuk membungkus Sonia.Pada saat bersamaan, tubuh besar Morgan juga berdiri di depannya. Ketika melihat Sonia ditarik pergi oleh Reza, dia langsung menarik tangan Theresia, memutarkan tubuhnya melindungi Theresia di dalam pelukannya.Pada akhirnya, hanya tersisa Hallie sendiri. Dia melihat dengan mata kepalanya sendiri botol asam sulfat di depan wajahnya.“Hallie!” Sonia mendorong Reza, langsung melompat untuk menendang botol asam sulfat, kemudian jatuh menindih di atas tubuh Hallie.Botol asam sulfat yang satu lagi melayang bergesekan dengan kepala mereka berdua, lalu menghantam ke atas mobil Reza. “Bamm!” Terdengar suara ledak
Saat Morgan kembali ke ruangan VIP, Reza pun telah tiba.Tadinya Hallie duduk di samping Sonia. Begitu Reza datang, dia pun langsung duduk di samping Morgan.Saat melihat Morgan telah kembali, Hallie segera berkata dengan tersenyum, “Kak Morgan, masakan sudah datang, rasanya benar-benar enak!”Morgan tidak membalas, melainkan melihat Reza. “Kapan kamu datangnya?”“Baru saja!” Reza tersenyum tipis, lalu menuangkan segelas alkohol untuk Morgan. “Arak hasil fermentasi Bos. Coba dicicip!”Sonia berkata, “Aku juga ingin minum!”Reza menuangkan setengah gelas untuk Sonia. “Cuma segini saja.”Daripada tidak ada, Sonia juga tidak boleh serakah. Dia menuangkan setengahnya ke gelas Hallie. “Sebelumnya saat di Istana Fers, aku lihat kamu jago minum. Cuaca sudah dingin. Ayo, kita minum bersama untuk menghangatkan tubuh.”Hallie tersenyum malu. “Aku itu memaksakan diriku buat minum. Sebenarnya aku gampang mabuk.”Mereka minum sembari mengobrol. Saat Reza mengobrol dengan Morgan, dia juga tidak lupa
Theresia mengangkat pandangannya dan tersenyum lembut. Seketika seperti angin musim semi yang membuat bunga-bunga bermekaran.Setelah menghabiskan sebatang rokok, Morgan melangkah ke sisi restoran. Saat melewati jendela sebelah, dia menoleh sekilas, ternyata adalah seorang pria. Dia juga mengenakan sweater biru dan kelihatan sangat muda.Setelah sekilas pandang, Morgan mengalihkan pandangannya kembali, lalu melanjutkan langkahnya.Sesampainya di dalam restoran dan melewati koridor, tiba-tiba pintu kayu di sebelah kanan terbuka. Morgan mengangkat kepalanya dan matanya berpapasan dengan mata gadis yang keluar dari pintu. Satunya kelihatan syok, sedangkan yang satu lagi menatap dengan tatapan penuh makna.Setelah mereka kencan buta, mereka tidak pernah saling berhubungan lagi. Hari ini adalah pertama kalinya mereka bertemu lagi.Ternyata selama berada di satu kota, pasti akan ketemu.Theresia duluan bersuara, “Kamu masih belum pergi?”Seingat Theresia, Morgan mengatakan dia hanya akan tin